Pilihan Mengejutkan

1001 Kata
Savira duduk termenung di pinggir ranjang. Matanya melihat sekeliling, pada kamarnya yang sudah didekorasi dengan indah. Seulas senyum miris terukir di bibirnya, tak menyangka kalau nasibnya akan semenyedihkan ini. Savira sudah selesai membersihkan tubuh dan kini memakai piyama polos berwarna biru muda. Dia tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang, yang jelas Savira memikirkan nasibnya ke depan. Abian memakai namanya sendiri saat akad tadi, bukan memakai nama Xavier. Dan itu berarti, pernikahan dia dan Abian sah di mata agama. Yang berarti juga, sekarang Savira sudah sah menjadi istri Abian. Savira memejamkan mata dengan erat. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing lagi sekarang. Mungkin, dia butuh istirahat malam ini. Masalah status dia dan Abian, bisalah dipikirkan lagi besok. Savira menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang lalu menarik selimut tebal miliknya yang hangat. Saat hendak membaringkan tubuh, ponselnya yang berada di atas laci bergetar pelan. Karena penasaran, Savira mengambilnya. Dan keningnya berkerut ketika melihat ada DM masuk dari akun yang tak dia kenal. "Xavier tidak pernah mencintaimu, Savira. Kamu saja yang terlalu bodoh menganggap Xavier memiliki perasaan padamu. Sekarang, dia sedang tidur lelap bersamaku. Ngomong-ngomong, Tante Wanda juga merestui hubungan kami." Rasa perih dan sesak di d**a langsung terasa oleh Savira setelah membaca pesan tersebut. Air mata mengalir membasahi pipinya saat dia melihat satu persatu foto yang dikirimkan oleh akun tersebut. Dengan cepat Savira menutup mulutnya, berusaha menahan isak tangisnya sendiri. Lihatlah. Saat dia kelimpungan di sini karena Xavier pergi, tapi pria itu malah asyik senang-senang dengan perempuan lain, bahkan sampai tidur bersama. Tangan Savira yang memegang ponsel terlihat gemetar, hingga ponsel tersebut jatuh dari tangannya. Pada akhirnya, tangis Savira pecah. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ini sangat menyakitkan. Xavier sudah terlalu dalam menyakitinya. Xavier dan wanita itu sudah sangat keterlaluan padanya. *** Saat pagi datang, Chandra langsung menemui Savira di kamarnya. Dia begitu kaget melihat keadaan putrinya yang bangun dengan mata bengkak karena menangis semalaman. "Ra, kamu sudah tahu sendiri bagaimana kenyataan tentang Xavier dari ayahnya. Tak ada gunanya masih mengharapkan dia kembali padamu," ujar Chandra dengan suara pelan. Savira terdiam dengan selimut yang masih membungkus tubuhnya. Dia tak memiliki semangat untuk menjalani hari seperti biasanya. Hati dan fisiknya terasa sangat lelah setelah semua yang terjadi. Dia butuh istirahat panjang. "Tentang Abian, Papa tidak tahu harus mengambil langkah apa. Papa juga salah karena membiarkan dia melakukan ijab kabul dengan namanya sendiri kemarin." Chandra berucap. Savira masih diam saat mendengar itu. Dia juga tidak tahu harus berkata apa pada ayahnya sekarang. "Secara agama, kamu dan Abian sudah sah menjadi pasangan suami istri. Namun pernikahan kalian belum tercatat di KUA. Mungkin, Papa akan meminta Abian datang ke sini dan menjatuhkan talak padamu. Apa kamu setuju?" Chandra bertanya. Savira masih diam, tak memberikan jawaban. Bagaimana bisa dia menjawab saat pikirannya pun terbang entah kemana. "Papa yakin Abian akan setuju dengan rencana Papa ini. Tugasnya menggantikan Xavier dan menghindarkan keluarga kita dari rasa malu sudah selesai." Chandra terus berbicara walau Savira tidak merespon apapun. Chandra tentu tidak tahu kalau semalam Savira mendapatkan informasi menyakitkan langsung dari orang yang sudah tega menghancurkan hatinya. Setelah beberapa menit, Chandra tak kunjung mendapatkan jawaban dari Savira. Dia lalu berdiri, hendak pergi dari kamar Savira. Namun sebelum Chandra benar-benar pergi, Savira bersuara. "Panggil saja ayahnya Xavier ke sini, Pa. Aku ingin bertanya sesuatu padanya." *** Pukul dua siang, Abian datang lagi ke rumah Chandra dan Nina atas panggilan dari Chandra sendiri. Abian tak tahu tujuan apa dia dipanggil, namun dia yakin kalau yang akan di bahas adalah tentang apa yang terjadi di hari kemarin. Hari ini, rumah Chandra tidak seramai hari kemarin. Anggota keluarga yang menginap sudah pulang, dan tinggal keluarga inti saja. Abian pun datang ke sana sendirian saja, tanpa ditemani ibu maupun adiknya. Abian dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu bersama Chandra. Jelas yang akan dibahas Chandra adalah tentang ijab kabul yang dilakukan kemarin. Dan Abian sudah bisa menebaknya sejak awal. "Savira ingin bertanya sesuatu pada Anda, Pak Abian." Chandra berkata. Abian sedikit kaget juga bingung saat mendengar itu. Namun tak lama kemudian, Savira muncul dan duduk di samping ayahnya. Matanya masih terlihat bengkak, membuat Abian merasa sangat bersalah. Sudah pasti mata bengkak itu terjadi karena Savira masih menangisi kelakuan Xavier yang sangat jahat. "Savira, saya minta maaf atas kelakuan Xavier yang sudah sangat jahat padamu. Saya juga tidak menyangka dia sampai tega seperti itu." Abian memulai pembicaraan dengan permintaan maaf secara langsung pada Savira. "Om tidak perlu meminta maaf karena bukan Om yang salah. Aku yakin, Om juga tidak menginginkan ini semua terjadi," timpal Savira dengan nada suara yang tenang. Mendengar nada suara Savira, Chandra merasa lega. Mungkin keadaan Savira sekarang sudah jauh lebih baik. "Aku hanya ingin bertanya sesuatu. Apa Om tahu alasan Tante Wanda tidak merestui hubunganku dengan Xavier? Jika diingat-ingat lagi, sepertinya Tante Wanda sangat membenciku dan tak pernah bersikap baik padaku." Savira akhirnya melontarkan pertanyaan yang memang ingin dia tanyakan pada Abian. "Saya tidak tahu tentang itu, Savira. Saya hanya tahu jika kehidupan Xavier semakin kacau karena tak ada arahan apapun dari ibunya." Abian menjawab. Savira terdiam beberapa saat setelah mendengar itu. Dia kemudian berusaha mengingat hari-hari yang dia lewatkan bersama Xavier. Apakah Xavier pernah cerita tentang Abian? Tidak. Xavier selalu bilang kalau Abian tidak pantas menjadi seorang ayah. Entah alasan apa yang membuat Xavier berkata seperti itu. "Terima kasih atas jawabannya, Om. Aku hanya ingin menanyakan itu saja," ucap Savira. Abian pun menganggukkan kepalanya dengan pelan. Setelah suasana hening untuk beberapa saat, akhirnya Chandra mulai membahas tentang status Abian dan Savira sekarang. Chandra mengatakan secara detail rencana yang sudah dia susun pada Savira maupun Abian, yaitu agar Abian segera menjatuhkan talak saja pada Savira agar semuanya cepat selesai. "Tentu. Saya akan melakukannya." Abian berucap, menyetujui perkataan Chandra. "Apa Om sudah memiliki seseorang?" Savira bertanya, membuat Abian dan Chandra merasa heran. Abian pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Savira. Dan yang Savira katakan selanjutnya, berhasil membuat Abian juga Chandra terkejut bukan main. "Bagaimana kalau kita berusaha menjalaninya saja? Tuhan tak mungkin memberikan izin kita menjadi suami istri jika ini bukan garis takdirku."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN