Balas Dendam

961 Kata
Setelah mengatakan kalimat tak terduga dan mengejutkan, jelas Savira langsung disidang oleh keluarganya sendiri, sementara Abian hanya bisa menunggu dengan perasaan bingung di ruang tamu. "Apa maksud perkataanmu tadi, Savira?" Chandra bertanya dengan serius. Savira diam dengan kepala sedikit menunduk. Entahlah, dia sendiri tak begitu paham kenapa kata-kata tadi bisa keluar dengan mudah dari mulutnya. "Kamu ingin mencoba menjalani hubungan dengan Abian? Kerasukan apa kamu Savira?" Nina bertanya dengan nada tak percaya. Jelas mereka heran, karena mereka ingat kemarin Savira masih menangisi Xavier. "Ini keputusanku," jawab Savira singkat. Chandra dan Nina saling bertatapan saat mendengar itu. Sementara Nathan dan Trisha, hanya bisa menyaksikan saat Savira ditanyai. "Savira, pikirkan lagi. Jangan mengambil keputusan yang gegabah. Ini untuk kelanjutan hidupmu." Chandra berucap. Savira menghela nafas pelan mendengarnya. Dia sudah bisa menebak kalau keluarganya pasti akan memberikan respon seperti ini. "Aku sudah memikirkannya sejak semalam, Pa. Keputusanku sudah bulat." Savira berkata dengan penuh tekad. Semua orang yang ada di sana menatap Savira dengan tatapan heran. Mereka merasa yakin kalau Savira kerasukan. "Manusia bisa merencanakan, tapi tetap saja Tuhan yang menentukan. Kepergian Xavier menjadi tanda kalau dia dan Savira tidak berjodoh. Lalu berhasilnya Abian menggantikan Xavier bisa menjadi tanda juga kalau sebenarnya jodoh Savira adalah Abian, bukan Xavier." Mia, ibu kandung Chandra tiba-tiba muncul dari arah dapur dan mendekat pada Savira yang sedang duduk di sofa ruang keluarga. "Pernikahan bukanlah sesuatu yang pantas untuk dipermainkan. Melakukan ijab kabul lalu menjatuhkan talak sesuka hati hanya demi menjaga nama baik saja. Jangan berpikir masalah akan selesai saat Savira di talak. Kalian pikir orang-orang akan berpikir bagaimana jika tahu Savira menjadi janda dalam waktu yang sangat singkat?" Chandra dan Nina kehilangan kata setelah Mia angkat bicara. Berhasil melangsungkan pernikahan demi menjaga nama baik. Lalu jika orang-orang tahu Savira menjadi janda, akan terasa sia-sia saja usaha mereka menjaga nama baik. "Savira sudah memutuskan, biarkan saja dia menjalaninya. Secara hukum agama, segala hal tentang Savira sekarang adalah tanggung jawab suaminya. Kalian tidak berhak ikut campur, apalagi jika Savira tidak setuju." Kata-kata yang Mia lontarkan terdengar sangat bijak. Chandra dan Nina merasa tak setuju, namun mereka bingung harus membalas ucapan Mia dengan argumen seperti apa. "Sekarang, Savira sudah siap menjalani kehidupan yang baru. Jika Abian keberatan, maka dia boleh menjatuhkan talak pada Savira. Tapi jika dia tak mau melakukan itu, kalian jangan memaksanya." Mia memberikan peringatan yang cukup keras untuk anak dan menantunya tersebut. Chandra dan Nina saling berpandangan setelah mendengar itu, kemudian mereka hanya bisa menghela nafas pelan. Keputusan yang Savira buat, benar-benar diluar dugaan. *** Bisa dibilang, Savira tidak berpikir panjang saat berkata ingin mencoba menjalani hubungan dengan Abian. Yang ada dalam benaknya saat itu hanya tentang rasa kecewa, benci, dan ingin balas dendam. Savira sangat marah dan benci pada Xavier yang mempermainkannya. Dan Savira merasa kecewa juga pada apa yang Wanda lakukan. Savira terus bertanya pada diri sendiri, apa kekurangan dia. Dari segi fisik, rasanya dia tidak jelek-jelek amat. Dia juga berasal dari keluarga yang cukup terpandang. Dia berpendidikan, dan menjalani hidup yang baik selama ini. Dia bahkan sudah punya pekerjaan tetap. Jadi, alasan apa yang membuat Wanda tidak suka padanya? Savira berpikir, dengan menjalani hidup sebagai istri Abian, mungkin bisa menjadi balas dendam terbaik baginya untuk Wanda dan Xavier. Keputusan yang Savira buat, diterima cukup baik oleh Abian. Abian tak mungkin memaksa menjatuhkan talak pada Savira jika gadis itu sendiri yang ingin mencoba menjalani hubungan dengannya. Hanya saja, Abian merasa aneh dan tak nyaman. Bagaimana pun juga, Savira pernah menjadi pacar anaknya. Usia mereka yang terpaut jauh sebenarnya tidak menjadi masalah besar. Mengingat status Savira yang berpacaran dengan Xavier lalu menikah dengannya sekarang, itulah yang mengganggu pikiran Abian. Abian tahu, Xavier kabur keluar negri secara sadar tanpa paksaan, hanya saja mendapat bantuan. Itu berarti Xavier memang siap melepaskan Savira. Hanya saja, Abian khawatir dengan respon Xavier nantinya jika tahu kalau Savira sekarang menikah dengannya. Hubungan Abian dengan Xavier sudah buruk sejak dulu, dan semakin memburuk setiap waktunya. Abian tak mau jika hubungan dia dan Xavier semakin memburuk karena masalah ini. Ya, semoga saja Xavier tidak berulah jika sudah tahu kenyataannya nanti. Memulai kehidupan baru yang bisa dibilang mendadak, Abian berusaha bersikap sebaik mungkin pada Savira. Dia tak tahu tujuan Savira sebenarnya apa hingga memutuskan mau mencoba menjalani hubungan dengannya. Walau begitu, Abian harus memperlakukan Savira dengan baik dan jangan sampai membuat keluarga gadis itu kecewa nantinya. Karena sudah menjadi suami istri, jelas mereka akan tinggal bersama mulai sekarang. Savira langsung mengemas pakaian dan barang-barangnya untuk ikut pindah ke rumah Abian. Cukup sedih sebenarnya, karena selama ini Savira tak terbiasa jauh dari keluarganya. Chandra dan Nina melepaskan kepergian Savira dengan berat hati. Namun sekali lagi, mereka ingat kalau Savira sendiri lah yang membuat keputusan. Chandra hanya bisa berpesan pada Abian agar selalu menjaga Savira dengan baik. Selama menjalin hubungan dengan Xavier, Savira hanya bertemu sekali dengan Abian, yaitu saat memberitahu Abian kalau dia dan Xavier akan menikah. Karena itu, bisa dibilang mereka tak pernah berinteraksi sedikit pun. Tak heran jika komunikasi mereka sekarang sangat kaku dan canggung. Keterikatan mereka dalam sebuah pernikahan sangat mendadak. "Ini kamar untukmu. Kebetulan, kamar saya ada di sebelah kamar ini. Bi Yanti sudah membersihkannya, jadi kamu bisa langsung memakainya." Abian membawa Savira ke lantai dua rumahnya, juga mengantar Savira ke kamar yang akan ditempati gadis itu. Hal ini Abian lakukan juga atas permintaan Savira sendiri. Savira merasa, mereka butuh waktu untuk lebih saling mengenal satu sama lain. "Terima kasih banyak. Maaf jika keputusan yang aku buat membuat Om Abian merasa keberatan." Savira berucap dengan nada bersalah. "Savira, jika saya boleh tahu, apa alasan kamu mengambil keputusan ini?" Abian akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Savira diam untuk beberapa saat. Namun saat dia bersuara, jawaban yang dia berikan pada Abian membuat Abian terdiam. "Aku merasa, mungkin ini memang takdir dari Tuhan yang harus aku jalani."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN