13

1157 Kata
  Gior tampak sangat diam. Dia duduk di kursi belakang penumpang bersama boneka anjing besarnya. Sesekali dia menguap, dan hampir terpejam. Wajar saja, kami sudah keluar sejak pukul tiga dini hari hanya untuk menghindari Laura. Ponselku bergetar, menandakan satu pesan baru saja masuk ke sana. Tanpa melihatnya pun aku sudah tahu siapa dan apa isi di dalam pesan tersebut. Laura Welmingheld: Ingatkan aku untuk memasak otakmu menjadi sup, Smart! Aku terkekeh. Laura dengan ini aku nyatakan gagal dalam misinya membawa Gior ke Skotlandia. Perjalanan kami dari Los Angeles menuju rumah baru membutuhkan waktu yang cukup panjang. Pantai menjadi daerah yang di pilih oleh orang-orangku sebagai hunian yang memiliki lingkungan damai. Setelah berjalan sekitar tiga puluh km ke arah selatan Los Angeles, kami sampai di Long Beach. Tepat di sebuah rumah pantai dengan pemandangan indah Samudera Pasifik. Aku turun dari mobil terlebih dulu, menuju pintu penumpang di bagian belakang dan membukanya. Gior berkedip-kedip beberapa kali. Lalu menatapku sambil memiringkan kepalanya. Aku tersenyum manis pada wanitaku itu meskipun dia tak balas tersenyum. Ketika tanganku terulur dia malah melirik telapakku aneh. Benarkah orang depresi tidak mengerti hal ini? "Gior, kita sudah sampai ke rumah. Kau tidak ingin menikmati pantainya?" Dia melirikku sekilas dan berpindah ke tanganku lagi. Aku yang sedikit kehilangan kesabaran kini mengambil tangannya. Dia masih tetap diam. Sesaat kemudian barulah Gior menyeret b****g cantiknya keluar dari sana. Dia berjalan bersamaku dengan masih saling bergandengan. Aku meringis ketika melihat boneka anjing cokelatnya menyeret tanah. "G, bisa kau angkat Drew? Dia akan kotor jika kau seret seperti itu," ujarku menasihati. Walaupun dibutuhkan sekitar beberapa detik untuk mencerna ucapanku, akhirnya Gior menggendong boneka besar itu dengan tangan kanannya. Terlihat sekali dia sedikit kesusahan menggedong boneka setinggi satu setengah meter itu. Pernah satu kali aku ingin membantunya membawa boneka itu untuk jalan-jalan di sekitar taman rumah sakit. Dia langsung mengamuk saat itu juga dan berteriak agar jangan menyentuh Drew-nya. Apakah dia tidak ingat jika Drew sesungguhnya adalah pria tampan yang senantiasa menggenggam tangan mungilnya ini? Huek. Huek. Huek. "G, kau tidak apa-apa?" Aku menatap khawatir kepada Gior yang kini memegangi mulutnya. Beberapa kali suara serupa muntah keluar dari sana. Dengan hati-hati dan perlahan aku memijat tengkuk wanitaku ini. Setelah menyelesaikan muntahnya, aku menggendong Gior masuk ke dalam rumah. Membawanya ke lantai atas, tepatnya ke kamar kami. Wajahnya berkeringat dan dia terlihat sedikit pucat. Melihat keadaannya, dengan sigap aku meletakkannya ke atas kasur ukuran king size. Dengan perlahan kubantu Gior melepaskan mantelnya. Dia tampak menurut meskipun sedikit kesulitan ketika tangan sebelah kanannya masih menggenggam boneka sialan itu. "Bisa kau lepaskan sebentar bonekanya? Mantelmu tidak akan bisa terlepas jika tangan kananmu masih menggenggam Drew, G." Dia menatapku lagi sambil memiringkan kepalanya. Tak lama boneka itu terlepas, namun saat aku akan melanjutkan melepaskan mantel milikknya, tanganku ditepis seketika. Dia merajuk? Aku menghela nafas kasar saat melihat Gior kini berbaring sambil memeluk bonekanya. Sesaat aku merasa menyesal telah memberikan boneka sialan itu padanya. Sialan, Gior benar-benar mengacuhkanku. Sepertinya aku harus memikirkan cara supaya Gior tidak bersikap seperti ini. Ya, tentu saja memaksanya bukan cara yang benar! Dokter Gerald! ∞∞∞ "Ya. Sam saat ini sudah bebas dari pemeriksaan polisi, Drew." Aku tertegun ketika mendengar ucapan Rush kali ini. Tepat satu minggu kami tinggal di Long Beach. Keadaan Gior sudah sangat membaik. Laut menjadi terapi terbaik untuknya. Meskipun jika mencium aroma laut Gior akan mengalami muntah-muntah. Aku berjalan ke sudut selatan rumah kami. Disana aku menemukan Gior sedang makan bersama seorang perawat. Mereka duduk di sebuah kursi taman yang langsung mengarah ke laut. Aku berjalan ke arahnya. Perawat yang menemaninya pun segera beranjak dari kursi. Gior menarik tanganku agar duduk di sebelahnya. "Lalu dimana dia sekarang?" tanyaku pada Rush yang masih terhubung di sambungan. Kami saling berhubungan di luar sepengetahuan Laura. Bukan seperti pasangan gay, hanya saja Rush mau membantuku mengurus beberapa hal. Rush menghela nafas, "Itulah yang aku khawatirkan, Drew. Aku tak mendengar lagi kabar tentangnya sejak satu minggu yang lalu. Sepertinya dia masih menginginkan Gior." Aku mendesah frustasi. Gior tampak masih memperhatikan laut. Kukecup dia sekilas, masih tak ada respon. "Kalau begitu tunggu apalagi, Rush? Kita tidak bisa bersikap lembut lagi pada Sam. Sepertinya pria konyol itu akan bertemu Gior-ku dalam waktu dekat jika tidak cegah. Sepertinya memasukkan pria itu ke penjara untuk waktu yang lama adalah pilihan terbaik." Aku bersumpah jika baru saja melihat mata Gior membulat! Wanita itu bereaksi saat aku menyebut nama Sam! "Jadi kasus ini tetap berjalan?" tanya Rush sepertinya kembali meyakinkan. Aku mengangguk dan terkekeh meskipun dia tidak melihat. "Tentu saja! Pria sialan itu harus membusuk di dalam penjara. Dan, aku tak akan pernah lagi mendengar Ibunya memohon padaku." "Baiklah, terserah kau saja aku hanya membantu." Kemudian sambungan kami terputus. Well, dalam kasus kali ini Rush memang banyak ambil bagian. Selain guna mendamaikan Laura yang tampaknya masih sangat marah padaku, Rush juga banyak mengerti tentang hukum Amerika. Sehingga kehadirannya amat sangat membantu. Meskipun aku dulunya membenci pria tua itu. Aku tersentak ketika Gior dengan tiba-tiba menggenggam tanganku. Tangan hangat yang mengaliri sengatan listrik yang besar. Dia menggengam tanganku yang aku yakini sebagai upaya mendamaikan hati yang berkecamuk. "Hey... kenapa kau cemberut hm?" Wajah Gior berubah murung saat ini. Dia jarang melakukannya. Hanya beberapa kali. Namun setelah murung dia akan menangis sepanjang malam. "Kapan kau akan menjawab pertanyaanku? Sudah lama kau tidak bicara. Aku lebih senang melihatmu marah atau menggerutu, Gior. Bagian dari hidupku yang menyayat hati adalah hal semacam Ini." Aku mendesah frustasi, "Kau tahu, G. Hal yang paling aku inginkan saat ini adalah melihatmu kembali menjadi Gior yang menyebalkan. Benar katamu malam itu, aku merindukan saat-saat di apartemen dulu. Kita memasak atau hanya sekedar membuat kesal satu sama lain. Sempat terpikir olehku untuk mengakhiri hubungan ini. Tetapi aku tak bisa." "Semenjak mengenalmu malam itu, aku bukan lagi Drew yang tak banyak bicara. Aku berubah menjadi Drew yang sangat mudah marah dan terlalu banyak bicara. Tetapi aku menyukai itu, karena kau yang selalu jadi penyebabnya. Aku pikir itu romantis. Namun ternyata bagimu atau bagi orang lain itu bukan hal yang romantis. Aku tak tahu percintaan seperti apa yang kau inginkan. Bagiku cinta berarti melindungi apa yang jadi milikku. Menyayangi dengan caraku sendiri." Aku mempererat genggaman tangan kami, dan berkata, "Ternyata aku memang tak bisa berkata manis, bersikap romantis, melindungi bahkan menyayangi dengan cara yang wajar. Membuatmu seperti ini adalah kesalahan fatal bagiku. Haruskah kita akhiri saja semua ini, G?" Kukecup tangannya yang berada di genggamanku. "Bukan bermaksud meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Semua orang merasa bahwa saat kau bersamaku, adalah saat-saat paling mengerikan. Maafkan aku, G. Aku tak bisa lagi menjalani semua ini. Tetapi aku berjanji padamu, tak ada wanita lain. Hanya dirimu selamanya. Walaupun kita tidak bisa selalu seperti ini lagi nantinya. Aku akan sering mengunjungimu." Aku bangkit berdiri dan menangkup wajahnya. Matanya tampak berkaca-kaca. Apakah bisa aku melakukan hal ini? Tetapi ini demi Gior. Demi keselamatannya. Ya, dia harus diselamatkan dari Sam... dan aku. Perlahan namun pasti aku mendekatkan bibirku pada bibir Gior. Saat bibir itu saling menyentuh, kami hanya diam. Seakan tak rela jika momen ini hilang begitu saja. Tidak! Ini demi kebaikan Gior. Aku melepaskan ciuman kami dan segera berbalik pergi. Namun, saat langkah itu belum terlalu jauh, sebuah alunan merdu masuk begitu saja ke dalam telinga. "Jangan tinggalkan aku, Drew. Aku sudah tidak sanggup..." "...berperan seperti ini." ∞∞∞
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN