1
"Aku ingin kita menikah, Sam!" teriakku pada Sam yang kini tengah berbaring sambil menutup wajahnya dengan bantal. Sejak tadi, kami memang sedang bertengkar. Dan Sam seperti biasanya, tak ingin mendengarkan ocehanku.
"Kita sudah berpacaran lebih dari tiga tahun, tapi hubungan kita tidak mengalami peningkatan sama sekali. Kau lihat Laura dan Rush? Bahkan anak mereka sudah berumur hampir 1 tahun! Sedangkan kita? Bahkan kau tak ingin memiliki anak dariku!" tuduhku padanya. Sam masih tak bergeming, dia masih menutup wajahnya dengan bantal. Aku mulai geram dan membuka bantal itu dari wajahnya.
"Apa?" tanyanya malas dengan gaya menaikkan salah satu alisnya.
Cukup sudah. Harusnya aku menyadari sejak awal jika Sam hanya ingin mempermainkanku saja.
"Kau b******n b******k, Samuel!" teriakku lagi sebelum benar-benar masuk ke dalam walk in closet, dan menurunkan sebuah koper merah besar. Sudah aku putuskan mulai hari ini aku akan meninggalkan apartemen milik pria b******k didalam sana.
Aku adalah seorang wanita. Aku ingin seperti Laura maupun Elisa adik Rush yang bisa membina rumah tangganya sendiri. Rumah tangga. Mungkin aku dan Sam tak akan pernah merasakannya. Dimulai dari penolakan terang-terangan ibu Sam yang tidak menyetujui aku kelak menjadi istri Sam.
Apa salahnya jika aku seorang wanita karier dan ingin berumah tangga? ibu Sam hanya bersifat tradisional, yang menganggap seorang wanita karier tak akan bisa mengurus rumah tangganya sendiri. Mungkin saja aku akan seperti Laura yang bisa mengurus perusahaannya sambil tetap bisa mengurus anak dan suami.
Demi Tuhan, aku mencintai Sam. Aku hanya tidak tahan dengan sikap terlalu penurut pada ibunya itu.
"Mau kemana kau?" tanyanya ketika mengikutiku masuk ke dalam walk in closet. Dia tampak seperti biasanya, seolah masalah pernikahan kali ini adalah masalah biasa dan bisa diatasi dengan mudah olehnya. Namun tekadku sudah bulat.
Aku mendengus sambil terus memasukkan seluruh pakaian dan barang-barangku, mungkin sisanya aku akan menggunakan jasa pindahan.
"Tentu saja pergi dari tempat ini!" kataku acuh. Setelah memastikan semua barang masuk, aku membalut tubuhku yang hanya terbungkus pakaian dalam dengan sebuah jaket denim dan celana jeans, lalu melewatinya yang mesih terperangah dengan sikapku.
"Kau akan menyesal seperti biasanya, Gior!" ancamnya yang membuat aku kembali mendengus. "Kita lihat saja, Samuel. Siapa yang akan menyesal. Keluar dari sini, aku akan mencari pria yang akan menerima wanita sibuk sepertiku untuk menjadi istirinya," kataku sinis.
Sam menatapku tak percaya, seolah-olah yang aku ucapkan adalah bisikan setan tak berwujud. Dia menggeleng dan berkacak pinggang. Tatapannya seolah meremehkanku. Tetapi apa peduliku? Aku Gior, pemenang piala Oscar lima tahun berturut-turut. Tak akan mudah bagiku untuk terancam dan terintimidasi sifatnya.
"Kita lihat saja, Gyorintt. Kau akan menyesal karena sikapmu ini. Kau benar-benar lancang!"
Aku hanya mengangkat bahuku acuh, dan pergi meninggalkannya keluar apartemen menuju ke tempat parkir untuk mengambil mobilku sendiri. Aku memang tak membawa satupun barang yang pernah dibelikan Samuel. Yang aku bawa hanya barang-barang hasil jerih payahku.
Dadaku terasa sesak pada akhirnya dan lihatlah, Gior tak akan pernah sekuat itu.
Air mataku akhirnya jatuh juga tanpa bisa ditahan lagi, untungnya keadaan basement sangat sepi karena ini memang hampir tengah malam. Aku menangis sekuat-kuatnya, menumpahkan segala rasa kesalku didalam hati karena ulah Sam. Ada apa dengan Sam yang tak pernah ingin memperjuangkan hubungan kami di hadapan ibunya?
Tangisanku baru terhenti ketika seseorang menggedor jendela penumpang mobilku. Betapa terkejutnya aku ketika melihat sam berdiri disana dengan sebuah kaos usang dan celana boxer yang memang sedari tadi dia gunakan.
Bugh bugh bugh
"Gior buka pintunya, maafkan aku. Aku mengaku salah sudah meremehkanmu kali ini. Demi Tuhan Gior aku tak ingin berpisah darimu. Jika kau membuka pintu sialan ini, aku akan berbicara lagi pada Mom," bujuk Sam. Namun aku tak akan merendahkan harga diriku lagi dengan cara membukakan pintu mobil ini dengan mudah.
Lalu tanpa menghiraukan perkataannya, aku melajukan mobil keluar dari basement, melalui kaca spion, aku melihat Sam memukul-mukul mobilnya sendiri dengan frustasi.
1-0!
∞∞∞
Pintu lift nyaris saja tertutup ketika aku muncul. Dengan susah payah aku berlari sambil menari koper besar milikku.
"Tahan liftnya, b******k!" teriakku tanpa sadar. Aku merutuki mulut kotorku yang terkadang susah untuk dikontrol. Untungnya seseorang di dalam sana akhirnya menghentikan liftnya untukku.
Aku masuk dengan nafas tersengal, lelah karena berlari-lari di dalam gedung apartemen ini. Bahkan aku lupa mengucapkan terima kasih pada siapapun yang menghentikan lift.
"Gadis bermulut sampah," gumam seseorang yang berada di sebelahku. sontak aku langsung berbalik ke arahnya. Aku menatapnya meremehkan, dia pria berkaca mata dengan kulit putih pucat. Pastilah orang ini sangat nerdy.
"Apa kau bilang? Lebih baik kau bermain game online daripada merutuki mulutku!" sungutku kesal. Pria tersebut mendelik sebentar, lalu fokus kembali pada angka di atas pintu lift.
Pada angka 22 kami berdua berbarengan keluar dari lift. Saat ini aku untuk sementara tinggal di apartemen Laura. Dia sudah memberiku izin beserta kode pengaman miliknya. Dan sepertinya pria berkacamata itu adalah tetangga Laura yang tinggal tepat di depan apartemen 203 milik Laura.
Pria itu memasukkan kode pengamannya, dan membuka pintu. Sebelum dia masuk, aku sempat dibuat tercengang oleh perkataannya. "Kau tahu, Nona. Aku bahkan bisa membuatmu menjerit berkali-kali minta dipuaskan. Itu adalah keahlianku selain bermain game online. Dan satu lagi," dia berbalik dan matanya menelusuri tubuhku, "Aku sangat suka melihatmu mengenakan bra berwarna merah." Kemudian dia masuk ke dalam apartemen. Meninggalkan aku yang bersemu merah karena ucapannya, sial!
∞∞∞
Pagi ini jadwalku berjalan seperti biasa. Sebagai pembuka aku melakukan pemotretan untuk sebuah brand pakaian dalam ternama rancangan Elisa, Sexy Elise.
Sudah hampir 1 tahun terakhir aku didaulat sebagai Brand Ambassador untuk Sexy Elise. Sama seperti Laura, Elisa menggunakan jasaku karena pembayaranku bisa dicicil. Kedua teman yang menyebalkan!
Tetapi aku tak pernah mengeluh. Produk mereka sangat terkenal, ini berdampak baik untuk karierku yang semakin hari akan semakin menurun karena bermunculan model-model dan aktris baru di Hollywood. Aku termasuk salah satu yang beruntung karena bisa menjadi model untuk produk mereka.
Aku datang bersamaan dengan Elisa yang turun dari mobil diantar oleh Damian suaminya. Tidak kuketahui pasti kapan mereka menikah, ketika aku mengenal Elisa, dia sudah menikah saat itu.
Elisa dan suaminya tampak harmonis. Ditambah lagi saat ini Elisa sedang mengandung anak kedua buah cinta mereka. Sedangkan anak pertama mereka berusia dua tahun.
"Hai, G! Lama tak bertemu. Kau pergi sendiri?" aku mengangguk dan langsung mencium pipinya.
Kami terus mengobrol sambil berjalan memasuki gedung ini. Sedikit bertukar cerita selama kami tidak bertemu dan Elisa menceritakan kehamilannya yang membuatku iri setengah mati.
"Bagimana hubunganmu dan Sam?" tanya Elisa pada akhirnya. Aku diam sejenak sebelum menjawab. Memikirkan alasan apa yang akan aku berikan padanya saat ini.
Elisa terkekeh, "Aku tahu kau akan berbohong padaku!" tebak Elisa tepat. Aku hanya menggaruk dahiku yang tak gatal.
"Kami baru saja putus tadi malam," lirihku yang langsung dibalas senyum menenangkan oleh Elisa.
"Tak apa, G. Aku yakin akan ada jalan keluar untuk hubungan kalian. Untuk saat ini, fokuslah pada pemotretan, aku tak ingin brandku merugi karena kegalauan modelnya,” canda Elisa yang aku sambut dengan tawa.
Memang hanya Elisa dan Laura yang bisa membuatku tenang ketika mengingat kepelikan masalahku dan Sam. Mereka yang sangat tahu bagaimana aku mencintai Sam melebihi apapun. Mereka juga yang paling tahu bagaimana kecewanya aku pada Sam.
∞∞∞
Saat ini pemotretan sedang berlangsung. Elisa mengawasi langsung pemotretan yang aku lakukan. Dia benar-benar memastikan aku tak akan membuat rugi produknya.
"Gior! Kau harus lebih menggoda. Duduk dan sedikit merunduk!" perintah Elisa padaku. Aku mengikuti semua instruksi darinya. Beberapa kali dia melakukan hal yang sama.
Entah ini sudah pakaian dalam keberapa yang aku coba. Seujurnya aku sangat menyukai pakaian dalam milik Elisa edisi kali ini. Sepanjang pemotretan aku bahkan tak menghitung berapa pose sexy yang aku keluarkan. Mungkin ini efek dari pakaian dalam Sexy Elise yang memang dimitoskan selalu membuat si pemakai akan merasa lebih sexy berkali-kali lipat.
Pemotretan selesai satu jam kemudian. Aku keluar dari studio dan langsung memakai jubah yang diberikan oleh Elisa. Aku melihat hasil fotoku bersama Elisa dan sang fotografer untuk memilih foto-foto terbaik sambil beberapa kali mendengarkan saran-saran berguna dari fotografer.
"Well, aku suka fotomu hari ini, G. Kebetulan-" ucapan Elisa tiba-tiba terpotong oleh seseorang yang memanggilku.
"Gyorintt." Aku berbalik dan menemukan Sam berdiri disana masih dengan setelan kerja, hanya saja tanpa mengenakan jas dan dasi. Dia menatapku dalam seolah meminta penjelasan.
Aku dan Elisa saling bertukar pandang, tak lama Elisa memberikanku privasi untuk berbicara dengan Sam.
"Ada apa?" tanyaku malas.
Dia mengatupkan rahangnya ketat dan tiba-tiba menarikku ke dalam ruang ganti yang berada di dekat kami.
"Kenapa kau berpose dengan pakaian dalam lagi? Kita akan semakin sulit mendapat restu Mom jika melihatmu-"
"Persetan dengan Ibumu, Samuel!" teriakku padanya. Sejujurnya aku khawatir jika orang di luar sana mendengar, tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Aku benar-benar lelah mendengar penjelasan tentang ibunya.
"Jaga mulutmu, G! Aku benar-benar tidak menyukai mulut kotormu itu!" Sam berdesis, tanpa diduga, dia langsung mencengkram rahangku keras. Aku ingin berteriak, namun Sam masih belum melepaskan cengkramannya.
"Dengarkan aku, G. Jika bukan aku yang memilikimu, maka tidak ada yang lain boleh memilikimu." Aku hanya melotot sambil mengeraskan rahangku tanda aku tak takut dengan semua ancamannya.
Aku tak tahu sejak kapan melihat wajah Sam menjadi memuakkan seperti ini. Dengan geram aku meludahi wajah tampannya itu yang sontak langsung membuat dia melepaskan cengkramannya. "Dengar, Samuel. Aku tak akan pernah takut dengan ancaman seorang pengecut sepertimu," tunjukku pada wajahnya.
"Dan benar jika kau menyadari kalau kau, TIDAK AKAN PERNAH MEMILIKIKU!" aku hendak keluar, namun yang ada aku malah dibuat bergetar oleh ucapannya.
"Kau jalang kecil, G. Bagaimana dengan video kita? Mencoba melawan, namun kau bodoh! Kau bahkan melupakan aksi binalmu pada video persetubuhan kita. Aku bahkan tak memiliki keyakinan jika video itu menyebar kau masih bisa melangkah dengan tegak seperti sekarang. Kariermu akan hancur, G."
Tuhan, aku harap aku sedang bermimpi.
∞∞∞