Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Setelah jawabannya yang tidak dijawab oleh Raisa, Juan tidak lagi memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Raisa. Dia berangkat pagi pagi untuk pergi ke luar kota. Katanya, dia menginap selama satu malam di sana. bahkan di pagi buta, Raisa harus bangun untuk menyiapkan pakaian Pak Dekan untuk dibawa pergi. “Bapak besok pulang jam berapa?” “Gak tau, liat situasi aja.” “Tapi pas hari sabtu bakalan di sini kan? Pas seminar proposal?” “Gak tau juga, Raisa.” Entah mengapa, Raisa merasa terabaikan. Tidak suka ketika Juan hanya melihat berkas di tangannya dan focus pada ponselnya. Ini masih pukul lima pagi, dan pria itu masih sedingin malam. “Pak? Bapak marah ya sama saya?” “Hah? Karena apa?” Raisa tidak menjawab, mungkin karena semalam? Dia merogoh lagi ponselnya. Memang akhir akhir ini