Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Jadi sekarang gimana?” tanya Raisa dengan hidungnya yang terlihat memerah. Gemas, Juan ingin sekali meraup bibir itu dan menggigit pipinya. Namun sadar diri, untuk sekarang dia harus menahan. “Pulang ya.” “Gak mau ngasih arahan dulu sama saya, Pak? Ke depannya saya harus kayak gimana?” sambil terisak. FYI, sekarang posisi Raisa itu berada di pangkuan Juan. Dirinya bahkan tidak sadar bagaimana dia bisa duduk menghadap sang dekan, bahkan dirinya dipangku olehnya, tangan Juan juga dengan kurang ajar melingkar di pinggangnya. “Masa saya gak Acc proposal. Orang lain pada foto sama proposalnya sendiri?” “Saya penguji satu kamu. Jadi nantinya saya yang bakalan nentuin. Kalau saya setuju, yang lainnya juga demikian.” berdehem dan menarik lagi Raisa ke dalam dekapan. Setidaknya Juan memanfaatk