Kembali Beraksi.

1112 Kata
“Ada masalah, Za?” Alexa mengerjap, mengumpat dalam hati karena malah melamun barusan. “Heum, nggak ada apa-apa. Oke nanti aku siap-siap dulu, kamu kirim saja rinciannya nanti, ya!” katanya cepat. “Oke, deh!” hembus Putri, “maaf, ya, Zahwa. Tapi aku lagi butuh uang itu buat biaya kuliah. Bisa ya?” Alexa menghela nafas dalam-dalam, miris mendengar yang sebenarnya terjadi di dalam universitasnya sendiri. “Ya, nanti aku transfer!” katanya. Putri pun mengiyakan, dia mewanti-wanti Alexa untuk segera bersiap sebelum menyudahi percakapan mereka. “Sekarang gimana caranya aku transfer?” gumamnya bingung. Saat ini dia bisa saja mengirimkan uang itu pada Putri, tapi masa iya pakai rekening pribadinya?! Suara denting notifikasi di ponsel menyadarkannya, Alexa termangu menggigit bibir begitu pesan dari Putri. “Hotel Paradise lagi?” gumamnya antara heran dan jengah. Alexa memikirkan bagaimana caranya supaya dia sendiri yang berbicara dengan Mami yang jadi perantara transaksi mereka, dia tak mau terus-terusan bergantung pada Putri sebagai jembatan penghubung dia dan mucikari itu. “Heum, atasan akan turun tangan dan memberikan teguran kalau anak buahnya nggak becus dalam bekerja!” ujarnya seraya mengerling, mendapat satu ide yang semoga saja bisa memancing mucikari itu keluar dari persembunyiannya. “Oke, mari bersiap!” ujarnya dengan senyum riang di wajahnya. Tidak seperti sebelumnya, Alexa memilih untuk berdandan sendiri untuk misi kali ini. Dia bersiap di rumah Mbok Sumi, dan wanita itu hanya diam menatapnya dengan penuh kecemasan. “Non, jangan pergi lagi. Mbok nggak enak hati!” tukas wanita tua itu tak menyembunyikan kegelisahannya. “Nggak apa-apa, Mbok, aku sudah bawa banyak alat pertahanan diri di tas!” sahut Alexa sambil sibuk memakai maskara. Mbok Sumi melirik ke arah tas Alexa taoi dia tak berminat untuk memeriksanya, hanya saja malam ini perasaannya tidak enak seolah akan terjadi pada anak mantan majikannya itu. “Aku bakal pulang lebih awal, Mbok. Tapi kalau Mbok mau tidur duluan, taruh saja kuncinya di atas ventilasi atau di bawah keset, ya!” kata Alexa sejenak menoleh pada Mbok Sumi sambil tersenyum. Tapi yang dia lihat adalah wajah sendu pengasuhnya itu, Alexa mengerti, dia lalu beranjak duduk di samping Mbok Sumi dan memeluknya. “Aku janji akan baik-baik saja,” katanya. … kali ini, lanjutnya bertekad dalam hati. Mbok Sumi menghela nafas sambil menyentuh tangan Alexa yang melingkari bahunya. Wanita tua yang sudah melewati usia setengah abad itu begitu berarti dalam hidupnya, dia yakin Revan juga pasti sangat menyayangi Mbok Sumi. Hidup dan tumbuh bersama Mbok Sumi bahkan sejak bayi membuat ikatan batin mereka pun kuat, jadi Alexa tidak heran jika Mbok Sumi merasa perasaan cemas terhadapnya. “Ya, Non, Mbok cuma bisa berdoa banyak-banyak dari sini!” hembus Mbok Sumi. Alexa tersenyum lalu mencium pipi yang sudah mulai keriput itu dengan sayang. “Aku sayang Mbok!” katanya terkekeh. *** Malam ini Alexa memakai mini dress satu tali ke leher, yang dia ambil dari salah satu koleksi baju clubbing miliknya yang sudah lama sekali tak dipakai. “Syukurlah ukurannya masih sama, aku yang kurus atau bajunya melar gara-gara kelamaan digantung?” kekehnya seraya mematut diri di kaca jendela lobi hotel. Dia mengeluarkan sebuah permen karet dan memakannya. Alexa tak sadar jika penampilannya mencuri perhatian beberapa tamu dan pekerja hotel. Rata-rata dari mereka yang kebanyakan adalah pria, hanya bisa menelan saliva sambil memalingkan wajahnya dengan cepat, dan berusaha menahan ereksi masing-masing. “Oke, kali ini kamar 303. Hm, keduluan reservasi sama orang apa gimana, kok maksa banget booking kamar dengan nomor mirip begini!” ujarnya heran. Setelah keluar dari lift, Alexa berjalan menyusuri lorong yang hotel. Langkahnya kali ini terlihat lebih percaya diri, hanya saja dia termangu sebentar ketika langkahnya tiba di depan kamar 303 itu. “Dia ada di dalam!” gumamnya sambil menghela nafas dalam-dalam, berusaha untuk tetap tenang dan tidak gugup. Laki-laki yang ada di dalam itu adalah sosok yang sama, yang kemarin sudah mendapatkan keperawanannya. “Tenang dan percaya diri, ada kesempatan kamu langsung lari saja, Alexa!” gumannya lagi sambil lalu tangannya menyentuh gagang pintu dan mengetuknya. Tak ada jawaban, Alexa juga tak menunggu agar pintunya terbuka, karena bisa jadi orang itu juga menunggunya di dalam. Dia hanya ingin memberitahukan kedatangannya. “Permisi!” ucap Alexa. Perlahan dia melangkah masuk lalu kembali menutup pintu, hanya saja dia sengaja tidak merapatkannya, supaya kuncinya tidak menyala. “Aku nggak mau terkurung di sini!” ujarnya sambil meletakkan sepahan permen karet di ambang pintunya. Suasana kamar terasa sama seperti sebelumnya, temaram dan hening. Alexa mengingat sesuatu yang mungkin sedikit berbeda dari transaksi mereka kemarin, yaitu dia dalam keadaan baik-baik saja tanpa merasa kepanasan lagi. “Alexa? Apa itu kamu?” panggil suara rendah yang datang dari arah tempat tidur. DEG! Alexa melangkah masuk, dia tertegun ketika melihat bagian ruangan yang terdapat tempat tidur itu pun terlihat gelap. Dia yang berdiri di bawah cahaya lampu pun merasa silau dengan perbedaan kontras di antara mereka. “A-aku di sini …,“ sahut Alexa setengah berbisik, dia tak mau klien itu mendengar suaranya lebih jelas. Terdengar gerak halus dari tempat tidur, Alexa sedikit termangu menyadari jika rupanya orang itu sedang berbaring tadi. Orang itu berdiri, bayangannya yang terbentuk terlihat nyata dari tempat Alexa berdiri yang masih cukup terang itu. Alexa terpaku diam ketika melihat tangan kokoh itu muncul terulur ke arahnya, lalu meraih wajahnya. “Alexa, itukah namamu?” bisik lelaki itu sebelum melabuhkan ciuman hangat di bibir Alexa. Alexa termangu, daya tahannya untuk tidak terpancing dengan cumbuan laki-laki itu, perlahan-lahan memudar dan runtuh. Dia terbuai ciuman orang itu yang mana tangannya pun meraih tubuhnya merapat. “Ummmhhh ….“ Reflek Alexa menahan diri, tangannya terangkat menyentuh d**a telanjang tanpa busana itu. Terkejut tapi di sisi lain dia merasa gairahnya semakin naik dan membakar tubuhnya. “Mmmh … Alexa ….“ Alexa merintih manakala tangan besar itu bergerak merayap lembut di punggungnya, menyentuh kulitnya yang terbuka. Otaknya bekerja keras untuk membuat kesadarannya tetap ada, tapi tubuhnya merespon lain. Seluruh sendinya seolah lemas terbakar gairah yang lalu berpusat ke bawah sana. “Mmmhhh ….“ Alexa mengerang, otaknya panik ketika merasakan tali bajunya terlepas dari leher namun dia terlalu lemas untuk melawan. Tiba-tiba lampu ruangan di atas tempat tidur menyala meski masih redup, Alexa juga terkejut dan membuka mata ketika orang itu memutar tubuhnya. Dia hendak menatap orang itu namun tak sempat melakukannya, karena kemudian lelaki itu memeluknya dari belakang, menyibak rambutnya lalu menciumi leher dan meremas dua bukit kembarnya dengan lembut dan penuh gairah. “Ohhh ….“ Alexa memejamkan mata, merebahkan kepalanya di d**a bidang lelaki yang setengah bertelanjang itu, dia menggeliat meliukkan tubuhnya seiring dengan hasras seksual yang semakin memanas. “Kamu indah, Lexa …,“ bisikan itu seolah jadi pemicu mujarab yang langsung melambungkan kesadarannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN