CSL BAB 12 - Tidak Akan Melepaskanmu

1141 Kata
Fauzan pergi ke rumah orang tuanya setelah menemui Fahri. Bukan menemukan solusi yang baik saat bertemu sahabatnya, malah Fauzan dapat teguran dan nasihat dari Fahri untuk mencoba menerima Bibah dan bersikap baik dengan Bibah. Bagaimana bisa Fauzan baik dengan Labibah, sementara melihat Labibah saja dia langsung naik pitam. Darahnya mendidih dan ingin menumpahkan segala amarahnya pada Labibah. Fauzan langsung masuk ke dalam rumah orang tuanya. Astari dan Johar yang belum tidur mereka menyambut kedatangan Fauzan malam-malam. "Kamu ada apa ke sini malam-malam, Zan? Dengan Bibah juga?" Tanya Astari. "Untuk apa mengajak dia, Ma?" Jawab Fauzan. "Kamu bertengkar dengan Bibah?" tanya Johar "Tidak, hanya sedang salah paham. Aku kecewa dengan Bibah yang terlalu menjelekkan Syafira, Pa," ungkap Fauzan. "Jangan sebut nama perempuan itu lagi! Kenapa kalau Bibah menjelekkan dia? Gak salah Bibah menjelekkan perempuan itu!" hardik Astari. "Benar dugaanku, pasti mama dan papa dipengaruhi Bibah, makanya mama dan papa menjodohkan aku dengan Bibah, semua pasti Bibah yang minta, kalian pastu sudah di komporin Bibah, Bibah pasti sudah menjelek-jelekkan Fira di depan mama dan papa!" Fauzan semakin geram. Ia yakin Bibah sudah mencuci otak kedua orang tuanya hingga mendengar nama Syafira saja orang tuanya sangat membencinya. "Kamu apa tidak merasa yang salah itu siapa? Yang meninggalkan kamu itu siapa? Kenapa Bibah yang disalahkan? Kami mendjodohkan kamu dengan Bibah, karena kami yakin Bibah yang terbaik buat kamu!" ucap Astari. "Baik menurut mama dan papa, belum tentu baik menurut aku!" Tukas Fauzan. "Kalau menurutmu baik, kenapa Fira malah hamil dengan laki-laki lain?!" Teriak Astari karena sudah terlampau marah. "Hamil? Maksud mama siapa yang hamil? Fira gitu? Fira hamil dengan laki-laki lain? Oh jado Bibah juga sudah meracuni otak mama dengan bilang seperti itu, kalau Fira meninggalkanku karena dia hamil dengan pria lain?" Ucap Fauzan semakin geram. "Kamu belum tahu yang sebenarnya, Zan! Jangan banyak bicara!" Bentak Johar. "Yang sebenarnya? Maksud papa, yang sebenarnya itu memang Fira hamil dengan laki-laki lain? Iya begitu?" "Ya seperti itu, Fira meninggalkan kamu karena dia hamil anak dari laki-laki yang bernama Jamil. Kekasihnya. Dia berhubungan dengan Jamil di belakang kamu, hingga dia hamil, dan akhirnya dia pergi meninggalkan kamu, karena harus menikah dengan Jamil. Fira yang bilang sendiri dengan papa dan mama saat dia mau peegi lalu menikah dengan Jamil," jelas Johar. "Gak mungkin! Fira tidak seperti itu! Pasti mama, papa, Bibah, dan kedua orang tuanya sekongkol untuk menyingkirkan Fira, kan? Karena mama dan papa selalu menganggap Fira dan keluarganya tidak sepadan dengan keluarga kita? Iya begitu, kan? Mama dan papa sengaja memisahkan aku dan Fira!" Ucapan Fauzan semakin ngelantur, dia semakin kacau mendengar papanya bicara kalau Fira hamil dengan laki-laki bernama Jamil, sama seperti apa yang Labibah katakan. "Maafkan kami yang menutupi semua ini. Kami hanya tidak mau kamu terlalu sakit mendengar semua kenyataan yang terjadi saat itu kalau Fira tengah hamil anak dari Jamil. Kami merahasiakannya, Fira yang mau, dan dia bilang suatu hari nanti akan menemuimu, menjelaskan semua kesalahpahaman yanh terjadi," jelaa Astari. "Aku tidak percaya, aku tidak percaya Fira seperti itu! Gak mungkin, Ma!" Fauzan semakin kacau mendengar penuturan dari kedua orang tuanya. Semua itu nyata apa adanya, tapi Fauzan benar-benar tidak mau percaya. "Fauzan ... Kamu harus percaya dengan semua ini, semua yang papa dan mama ceritakan malam ini benar yang terjadi, tidak ada kebohongan dalam cerita ini," ucap Johar. "Gak, Pa! Aku gak percaya Fira seperti itu. Dia perempuan baik-baik, Pa. Dia tidak mungkin sampai hamil dengan laki-laki lain. Gak mungkin!" Fauzan berteriak, dia benar-benar tidak terima kalau semuanya bilang Fira pergi karena hamil dengan laki-laki lain. "Sesuatu yang terlihat baik, belum tentu baik untukmu, Zan. Begitu pun sebalikanya. Sesuatu yang kamu anggap paling buruk, belum tentu itu buruk untuk kamu, bahkan bisa jadi ternyata itu yang terbaik untuk kamu," tutur Johar. "Kalau kamu benci Bibah karena semua ini, bencilah dia. Tapi, jangan sakiti hati dan fisiknya. Dia perempuan baik-baik, Zan," ucap Astari. Fauzan tidak memedulikan kedua orang tuanya bicara lagi, ia beranjak dari tempat duduknya lalu pergi untuk pulang ke rumahnya. "Asal kamu tahu, semua puisi Fira yang diberikan ke kamu, itu semua milik Bibah. Dia yang menulis semuanya. Mama mohon, jangan sakiti Bibah, kalau kamu tidak menginginkannya, kembalikan pada orang tuanya, Zan. Jangan sakiti dia lebih dalam lagi," ucap Astari. Fauzan membalikkan badannya, lalu tertawa kecil di hadapan mamanya. "Mama bilang apa? Kembalikan pada orang tuanya? Bukankah ini maunya mama, papa, dan orang tua Bibah supaya Bibah menikah denganku? Mudah sekali langsung mengembalikan! Dia harus merasakan sakitnya hatiku, Ma! Aku tidak akan melepaskan Bibah, sebelum aku menemukan Syafira! Itu janjiku!" Erang Fauzan, lalu ia pergi meninggalkan rumah orang tuanya. Fauzan melajukan mobilnya untuk pulang. Ia semakin kacau, tidak menemukan titik terang. Sebenarnya Fauzan sudah menemukan jawabannya, tapi karena hatinya keras, dan sudah terlanjur menjudge istrinya yang salah, dan meminta dijodohkan dengan dirinya pada orang tuanya, ia sama sekali tidak percaya penuturan kedua orang tuanya. "Arrggghhtt!!!" Fauzan teriak di dalam mobilnya. Ia bimbang harus percaya pada semua orang yang bilang kalau Fira hamil atau tidak. Tapi, hatinya tetap teguh, ia tak akan percaya pada siapa pun, kalau belum tahu sendiri dari Syafira. Fauzan sampai di rumahnya. Ia langsung masuk ke dalam kamarnya. Fauzan melihat Labibah sedang di depan komputer lipatnya. Entah sedang apa Labibah, Fauzan tidak mau tahu. Fauzan mendekati Labibah, ia berdiri di belakang Labibah, beruntung Labibah sudah mematikan komputernya. "Suami pulang, malah asik mainan laptop!" "Aku harus apa? Menyambutnya? Untuk apa? Kalau suamiku saja tidak menganggap aku?" Jawab Labibah. "Aku suami kamu, mau aku menganggap kamu atau tidak, aku adalah suami kamu!" Tukas Fauzan. "Lalu, apa aku harus menawarimu mau kopi atau teh?" "Aku butuh tubuhmu!" Fauzan meraih tubuh Bibah dalam pelukannya. Fauzan mencium paksa bibir Labibah, entah kenapa malam ini ia ingin menyiksa Labibah dengan cara melampiaskan hasratnya. "Ahhh stop!" Labibah melepaskan pagutan brutal Fauzan. "Kenapa? Ingin yang lebih lagi?" Ucap Fauzan tersenyum puas melihat Labibah kesakitan karena bibir bawahnya berdarah sebab tadi ia menggigitnya. Fauzan melanjutkan aksinya. Ia menarik baju Labibah sampai robek, melepas paksa dan melempar tubuh Labibah di atas tempat tidur. Fauzan menindih tubuh Bibah dan melakukannya dengan kasar hinggal Labibah menjerit kesakitan. Jeritan Labibah semakin membuat Fauzan mengerang kenikamatan, dia tidak peduli dengan Labibah yang kesakitan. "Sakit, Mas!" Pekik Labibah. "Oh mau lagi? Seperti ini, Bibah? Atau seperti ini?" Fauzan menghentakan miliknya sangat kasar, membuat Bibah semakin meringis kesakitan. Bibah tidak pernah merasakan bercinta bak pasangan yang saling mencintai. Bercinta dengan penuh gairah. Dia menikmati bercinta dengan didera rasa sakit bertubi-tubi. Jiwanya terguncang hebat, dan fisiknya juga merasakan sakit yang teramat sakit. "Sampai kapan kamu akan siksa aku, Mas? Lepaskan aku jika kamu tidak menginginkanku," ucap Labibah lirih setelah selesai pergumulannya. "Lepaskan? Enak saja. Aku tak akan melepaskanmu, sebelum aku bertemu dengan Syafira!" Erang Fauzan. Labibah hanya diam, ia meratapi nasib pernikahannya. Ingin rasanya ia menyudahi semuanya. Tidak peduli Fauzan yang berkata seperti tadi. "Kamu harus kuat, Bibah. Kamu pasti bisa melewati semua ini," gumam Labibah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN