Dia, Apa Benar Dia? Menjelang malam Ayunda tiba kembali di panti. Seperti hari-hari biasanya, Ratih selalu menunggui dirinya di depan pintu masuk. Gadis remaja itu duduk diam di sebuah bangku kayu yang sudah lapuk dimakan usia. "Mbak sudah pulang? Di antar siapa barusan?" Tanyanya begitu Ayunda melangkah semakin dekat. "Sopir yang tadi pagi jemput, Mbak.” "Wah, belanjaannya banyak banget, Mbak. Apa Mbak membelinya sendiri?" "Nggak, Tih, ini semua di belikan sama bu Erlita, katanya sebagai ucapan terima kasih karena mbak sudah mau membantu beliau menjaga cucunya," jawab Ayunda panjang lebar. "Baik banget ya, Mbak. Lihat ini, pasti harganya sangat mahal, bermerek gini," Ratih menunjukkan sebuah paper bag berisi sepatu pada Ayunda. Ayunda tersenyum manis, mengusap puncak kepala Ratih pe