Bab 21 Sang Pahlawan Penebang Pohon

1226 Kata
Belum lama ini Mark dan Jean dipusingkan dengan masalah pohon besar yang berada didepan rumah mereka. "Lihat pohonnya besar sekali,"cetus Jean "Ya, pohon ini nutupi rumah kita,"sahut Mark "Harus ditebang dulu nih pohonnya,"suruh Jean "Betul, tapi gimana caranya," "Kita cari orang," "Tapi kan cari orang gak segampang itu," "Iya sih memang benar," Jean dan Mark kebingungan bagaimana memecahkan masalah yang satu ini. Kemudian Mark mendapatkan pesan. "Bro, kita ketemuan yuk. Udah lama kan ga ketemu sekalian reunian,"ajak kawan lama Mark "Boleh, mau kapan?" "Besok aja. Nanti kita ajakin teman-temanmu yang lain," Mark disibukkan dengan acara reuninya. Sementara Claire sibuk dengan pekerjaannya yaitu menulis. "Banyak banget sih belum beres-beres,"keluhnya Claire menulis lagi. Dia menulis makin banyak. Bila Claire menulis, dia mengasingkan diri dengan menyepi didalam kamarnya. Itu semua ia lakukan agar lancar dalam mengerjakan tulisannya. Mark mengganti pakaiannya dengan memakai kemeja sederhana dan memakai tas simpel kesukaannya. Dia juga mengenakan sepatu hitam pantofel pada kakinya. Jam tangan sudah terpasang ditelapak tangan sebelah kirinya. Mark pun berdiri dan merapikan dirinya dicermin. Kemudian dia menghampiri istrinya. "Aku pergi dulu ya, ma," "Hati-hati dan jangan kemalaman ya," Sesudahnya Mark segera pergi keluar dan menaiki mobil satu-satunya. Dia segera menuju ke sebuah tempat. Disana sudah berkumpul para teman-temannya yang lain. "Hai, gimana kabarnya?"tanyanya "Baik, kamu gimana?" "Baik banget, gue udah sukses lho sekarang," "Oh ya,"kaget Mark Disaat semua teman-temannya mendulang kesuksesan dan saling memamerkan keberhasilannya. Mark hanya diam dan mendengarkan. Dia merasa malu dan minder karenanya. Ada rasa malu dan tak berharga dalam dirinya. "Sekarang kamu sibuk apa?"tanya temannya "Ya aku bantu jual barang aja,"kata Mark merendah "Kita foto dulu yuk. Mumpung lagi reuni dan kumpul bareng begini. Kapan lagi kita akan kumpul bersama,"cetusnya "Boleh," Mereka pun mengatur tempat duduk dan mulai bersebelahan satu sama lain. "Siap ya semuanya," "Cis," Suara kamera terdengar beberapa kali. Mereka mengabadikan foto cukup banyak. Sesudah ambil foto. Salah seorang diantaranya mengirim fotonya ke dalam sebuah grup khusus reuniannya dan alumni sma sekolahnya. "Udah dikirim ya fotonya ke grup," "Sip, makasih ya," Tak jauh dari sana. Ada teman lamanya yang sedang mengobrol satu sama lain. "Katanya si Oka sudah sukses ya,"rumpinya "Iya, dia sekarang punya title profesor dan juga jadi kaya,"sahutnya "Jelaslah menjadi kaya kan profesor. Gajinya pun pasti besar," "Benar sekali," "Kita ajak dia ketemuan yuk," "Ayo," "Setuju," Mark mengikuti gerombolan temannya. Mereka saling konvoi mobil dan menuju ke kampung asal temannya dibesarkan. "Oh, Oka belum pulang ya?"tanyanya "Betul," "Kira-kira dia ada lagi kapan?" "Belum tahu karena dia sedang banyak project," "Terimakasih ya," Mereka pun keluar dari rumah orangtua asal teman Mark. Keduanya mengobrol didepan. "Kalau begitu kita bertemu dengan teman yang lain saja. Bagaimana? Kita ke rumah dia," "Boleh," Kemudian mereka semua berinisiatif untuk bertemu dengan teman masa kecilnya. Mark pun mengikutinya. Sampailah ia dirumah Tono. "Misi, Tononya ada?" "Oh, ada. Dengan siapa ya? Maaf ganggu. Silahkan masuk," "Kami teman waktu masa kecilnya dulu," "Silahkan," Semua temannya pun masuk ke rumahnya. "Diminum dulu ya. Hanya ada gorengan dan juga teh saja, Maaf ya ala kadarnya,"ucapnya rendah "Tak apa. Ini saja sudah cukup," Sesudahnya mereka mengambil makanan dan meneguk minuman yang ada didepannya. "Makasih ya,"ucap Mark Mark bersyukur sekali. Karena disaat kondisinya terpuruk. Masih ada teman-teman dimasa lalu yang mau mengakui keberadaan dan mengangap dirinya sebagai teman. Sedangkan keluarga dari Mark sendiri pun sudah memutuskan hubungan dengannya dan tak menganggap lagi saudara karena Mark sudah tak memiliki apa-apa. Kisah ini akan diceritakan pada bab selanjutnya. Ibu dari Tono pun memanggilnya ke dalam ruangannya. "Tono, cepat kemari. Ada temanmu datang nih," "Baik, bentar ya,"tahannya Tono segera mengganti pakaiannya dan langsung masuk ke dalam ruang tamu yang penuh dengan kawan semasa kecilnya dulu. "Kalian?" "Ya, kita. Maaf ya jadi ganggu waktunya," "Tak mengapa. Tumben main kemari ada apa?" "Tadi tuh kita abis reunian. Maksudnya kan mau kumpul gitu dan juga ajakin si Oka. Katanya dia udah jadi profesor. Cuma Oka susah diajak ketemu. Kata orang rumahnya dia belum tentu pulang kapan," "Oh, terus?" "Kita pengen ketemu aja sih sama orang-orang lama," "Aku paham,"sahut Tono "Sekarang kamu sibuk apa?"tanyanya "Aku ya sibuk nebangin pohon," "Kenapa pohon ditebangin?"tanya salah satu temannya "Memang itu pekerjaanku yang sekarang," "Keren ya bisa motong pohon,"cetus Mark yang berusaha masuk ke pembicaraannya "Ya dapat pekerjaan begini. Saya sih disyukuri saja," "Baguslah kalau begitu," "Ada nomornya kah berapa?" "Iya ada," Mark meminta nomor teleponnya," "Terimakasih ya," Mereka saling bertukar nomor dan menyimpannya satu sama lain. Kemudian Mark mulai curhat kepada teman-temannya. "Sob, aku tuh lagi bingung ya," "Kenapa emangnya?" "Iya, didepan rumahku itu ada sebuah pohon besar sekali. Dia pohonnya kuat dan daunnya rimbun sekali. Tau gak yang paling parah daunnya itu udah hampir mau masuk ke kamar kami dan juga ada ulat bulu yang pernah jatoh ke mobil yang parkir didepannya, "Bahaya tuh,"tambah temannya "Tono, kamu bisa bantu Mark,"suruh kawannya "Soal apa?" "Itu bantu tebangin pohon depan rumahnya," "Boleh. Kapan?"jawabnya bersemangat "Hari ini bisa?" "Ok. Aku nanti bilang dulu ya pada teman-temanku," "Baik, aku tunggu,"kata Mark "Untung ada Tono ya yang jago,"sahut temannya "Benar, Tono pahlawan nih buat Mark,"tuturnya Mark tersenyum lega. Tono juga senang bahwa dirinya bisa berguna dan bermanfaat untuk orang disekitarnya terlebih lagi buat orang yang pernah menjadi temannya dimasa kecil. Setelah itu mereka pun mengundurkan dirinya. "Tono, kita pulang dulu ya. Eh, sebelumnya selfie dulu ya,"ajak temannya "Boleh," Mereka saling mendekatkan diri dan berpose. "Satu, dua, tiga," Jepret, seketila foto yang berisi dengan Tono sudah jadi. "Jangan lupa kirim ya," "Siap," Satu persatu bersalaman dan berpamitan dengan Tono serta ibunya. Kemudian Mark juga dan mereka menaiki mobil mereka satu persatu. Ibunya pemasaran dan bertanya kepada Tono. "Tadi teh saha, Ton?" "Babaturan ma. Waktu Tono sakola baheula jeung mereka," "Oh, kitu. Pada jaradi jalmanya," "Muhun," Wajah Mark tersenyum sepanjang jalan menuju rumah. Sesekali ia tertawa karean senang sudah bertemu dengan teman-temannya yang lain. Sesampainya dirumah. "Udah pulang?"tanya Jean "Sudah," "Ini ada juice mangga dari teman ayah,"katanya yang membagikan segelas jus isi mangga "Dibagi tiga ya jusnya,"sambung Jean Jean menuangkan jus itu ke dalam gelas dan menambahkan buah mangga yang sudah diiris ke dalamnya. Mark mendekati Jean dan berbisik ke telinganya. "Istriku tadi aku bertemu dengan temanku. Dia bekerja seorang penebang pohon terus kami berbicara sebentar dan berbincang. Dia mau membantu kita untuk menebang pohon depan rumah," "Benarkah?" "Tentu saja nanti siang dia akan datang ke sini," "Akhirnya ada juga ya pertolongan. Aku sangat senang mendengarnya,"sahut Jean dengan mata berbinar terang Siang itu segerombolan orang berpakaian biasa dan memakai topi serta sepatu boots mendatangi rumah Mark. "Ada rokok?"tanyanya "Ada," "Saya mau nebang pohon ini asal ada rokok," "Siap," Tim penebangan pohon mulai mengatur strategi. Mereka terdiri dari tiga hingga empat orang. Perlaham mereka memotong bagian batangnya. Selanjutnya merambah ek bagian dahan hingga daun yang kering serta daun yang hijau disekitarnya. Dahan, ranting dan daun yang sudah terpotong jatuh ke jalan raya sehingga cukup membuat jalanan padat dan masyarakat terkejut. Sesudahnya barulah petugas kebersihan datang dengan membawa gerobaknya dan mengangkut semua sampah daun kering serta dahan dan pohonnya. Kini depan rumah mereka sudah terlihat bersih dan cahaya matahari bisa masuk ke dalamnya. "Akhirnya rumah ini enak ya, matahari bisa menerangi masuk ke dalam," "Betul," "Bener muzizat banget ya,"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN