Kontraksi Palsu

1104 Kata
"Bagaimana kemarin shopping-nya sama Mbak Rere? Kamu beli apa aja, Sayang?" tanya Yudha ketika mereka sudah ada di dalam kamar dan duduk di sofa panjang. "Mbak Rere pintar sekali belanja. Ini semua pilihannya dan aku menyukainya," jawab Dara sambil menunjukan semua hasil buruannya di mall bersama Rere. "Dia itu sejak kecil sudah jadi ratunya shopping di rumah ini, mama aja kalah," canda Yudha diikuti kekehan Dara, satu persatu pakaian calon bayi mereka dikeluarkannya dan ditunjukan pada suaminya. "Ini lucu deh, Yang." Dara menunjukan sepatu yang berukuran mungil itu lalu menaruhnya didepan perut besarnya. "Ini juga gak kalah lucunya, apa lagi yang ini gemesin banget, kemarin tuh aku sampai khilaf mau beli semua untung ada mbak Rere jadi bisa ke-rem dikit," lanjut Dara, dia mengeluarkan semua pakaian bayi yang dia beli di atas meja. "Iya, Sayang. Semuanya lucu-lucu pasti nanti setelah bayi kita pakai. Tapi kamu beli semua ini emangnya udah tau jenis kelamin anak kita?" tanya Yudha yang dijawab lewat anggukan kepala Dara. "Kok kamu gak bilang sama aku?" lanjutnya. "Kamu tebak sendiri aja, kamu kan dokter spesialis anak masa gak tau anaknya cewe apa cowo di dalam sini," jawab Dara sambil mengelus perutnya dan menarik tangan Yudha untuk mengusapnya juga. "Aku harus tengok langsung ke dalam sana untuk tahu bayi kita laki atau perempuan," sahut Yudha. "Ih!!! Modus banget," wanita itu tahu kemana arah pembicaraan terakhir suaminya. "Aku gak akan bilang sama siapapun jenis kelamin calon bayi kita, biar jadi surprise. Kamu tebak aja sendiri, tapi jangan curang dengan menanyakan ini sama dokter kandungan yang memeriksa aku," lanjut Dara menggoda Yudha. "Baiklah kalau begitu biar aku tebak sekarang lewat kunjungan langsung," goda Yudha sambil mengedipkan sebelah matanya dan Dia langsung melancarkan aksinya dengan memberikan sentuhan yang dapat membuat darah istrinya berdesir. Bukan hanya berantakan pakaian bayi di sana tapi pakaian mereka juga sudah berceceran di mana-mana. Tidak Kenal waktu Yudha dan Dara pagi ini saling memberi kepuasan batin mereka. "I love you, Sayang," ucap Yudha ketika dia sudah sampai pada puncak pelepasannya. "I love you too, Honey," balas Dara dengan nafas keduanya yang masih terengah dan keringat yang mengalir di pelipis Yudha karena pagi ini dia bekerja keras memberikan yang terbaik agar istrinya puas. "Katanya lemah, tapi aku tidak merasa kamu melemah," goda Dara setelah nafasnya kembali normal. "Tubuhku yang lemah bukan berarti anggota tubuh yang lain ikut melemah, sayang. Terutama adik kecilku tidak akan pernah melemah apa lagi di depan kamu," balas Yudha sambil memeluk Dara dan mengusap perutnya. "Apa kamu sudah bisa melihat jenis kelamin bayi kita setelah melakukan kunjungan barusan?" tanya Dara. "Belum bisa karena baru satu kali kunjungan, harus dilakukan sekali lagi mungkin baru aku bisa lihat," ucap Yudha, sontak langsung dapat pelototan dari istrinya. Sama seperti Fabian pada Alisha yang tidak bisa hanya satu celup saja, beberapa celup baru pria itu puas. Begitu juga dengan Yudha yang pagi ini melakukan beberapa kali kunjungan ke dalam milik Dara dengan alasan menjenguk calon bayi mereka yang ada di dalam rahim istrinya itu. Keduanya terlelap tidur sampai sore karena aktifitas mereka yang menguras tenaga. "Ssttt!!! Ouch!!!" Dara meringis menahan rasa sakit yang muncul di bagian bawah perutnya. "Akh!!!" teriaknya lagi dan kali ini lebih kencang sampai membuat Alisha yang tengah lewat di depan kamarnya mendengar jeritannya. Tok!!! Tok!!! Tok!!! "Dara, Kamu kenapa? Kenapa teriak-teriak?" tanya Alisha dari balik pintu. "Perut aku sakit, Ma. Akh!!!" jawab Dara. "Buka pintunya, Sayang. Yudha mana?" pinta Alisha. "Dia lagi di kamar mandi," jawab Dara sambil meringis dan memegangi perutnya menahan rasa sakit. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Yudha panik ketika keluar kamar mandi lalu mendapati istrinya sedang meringkuk memeluk perut dan meringis menahan rasa sakit. Keringat sebesar biji jagung keluar dipelipisnya. "Pe-perut aku sa-sakit," keluhnya. "Ba-bagian mana yang sakit? Sini aku periksa," tanya Yudha tapi kepala Dara menggeleng. "Yudha, Dara, buka pintunya," pinta Alisha lagi dari luar, Yudha langsung bergegas membukakan pintu kamarnya untuk sang mama. "Dara kenapa, Yudha?" tanya Alisha panik karena melihat menantunya sudah berkeringat dan pucat karena menahan rasa sakit yang teramat sangat. "Dia kontraksi, Ma." "Bagaimana bisa? Kandungannya belum tujuh bulan. Sudah, kita bawa kerumah sakit aja sekarang," ajak Alisha. Bertepatan dengan kepulangan Yudhi dari rumah sakit sore itu, keningnya menyernyit melihat mamanya dan kembarannya menuntun Dara dengan berjalan pelan sambil meringis kesakitan. "Dara kenapa?" tanya Yudhi khawatir. "Dia kontraksi, kita mau bawa kerumah sakit," jawab Yudha. "Ya udah pakai mobil gue aja tuh masih di depan," ajak Yudhi. Tidak tega melihat Dara yang kesakitan dan berjalan tertatih, tanpa ijin siapapun, Yudhi langsung membopong istri kembarannya itu. Tangan Dara otomatis langsung merangkul leher Yudhi untuk berpegangan. Melihat itu semua membuat Alisha dan Yudha terpaku dengan aksi Yudhi. "Cepetan, kok malah bengong?" ajak Yudhi, melihat mama dan kembarannya malah terdiam di sana. Yudhi meletakan Dara di jok belakang dan meminta mamanya menemani wanita itu di belakang, sedangkan Yudha di depan bersamanya membawa mobil itu melaju secepat mungkin agar tiba di rumah sakit. *** Tiba di IGD, Yudhi kembali menggendong Dara dan membawanya langsung masuk ke dalam. Setelah Dara ditangani oleh dokter dan suster di IGD, baru Yudhi keluar dari sana. Rasa khawatir terpancar diwajahnya. "Kenapa Dara bisa kontraksi hebat seperti itu?" tanya Yudhi ketika dia bertemu Yudha di luar ruang IGD. "Gue gak tau, tadi pagi abis kita melakukan hubungan itu dia baik-baik aja," jawab Yudha. "Dia itu lagi hamil, harusnya loe bisa kendalikan nafsu loe!" bentak Yudhi. "Dia itu istri gue," balas Yudha tidak mau disalahkan. "Iya gue tau, tapi kondisinya dia lagi hamil! Kalau terjadi apa-apa sama bayi kalian bagaimana?" "Hei, ini rumah sakit kenapa kalian malah berantem di sini?" teriak Rere dari jauh sambil berlari kecil agar bisa segera memisahkan kedua adik kembarnya yang sudah mulai memanas. "Diam dan duduk loe berdua," pinta Rere tegas. Kedua adiknya langsung menurut jika kakak peremuan mereka sudah murka. Yudha dan Yudhi duduk berhadapan dikursi tunggu dengan tatapan tajam dan nafas terengah karena emosi. Rere yang masih praktik saat itu langsung menemui keluarganya saat mengetahui dari assistentnya kalau di IGD ada dokter Yudha dan dokter Yudhi. Dia langsung memeluk Alisha yang saat itu sedang menangis. Seorang suster langsung menghampiri Yudhi karena dia yang mengantar Dara sampai ke dalam. "Dokter meminta Anda masuk ke dalam karena mau menjelaskan kondisi istri Anda," ucap Suster baru itu pada Yudhi. "Saya suaminya," sela Yudha sambil berlalu masuk kedalam ruang IGD. "Kalian ... ma-maaf Pak saya kira Anda ...," ucap suster itu terbata karena merasa tidak enak hati dia salah orang di hari pertama dia bekerja malah mendapat masalah seperti ini. "Gak apa-apa Suster, ini sering terjadi sama orang kembar, bukan Suster aja yang tidak bisa membedakan kami," balas Yudhi. Rere hanya mengulum senyumnya mendengar ucapan adiknya yang absurd.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN