Dokter menjelaskan kalau Dara hanya mengalami kontraksi palsu akibat terlalu lelah beraktifitas. Tentu saja mereka tidak menjelaskan secara gamblang apa yang dilakukan sebelum kontraksi itu terjadi. Malam ini, Dara terpaksa menginap di rumah sakit karena harus bedrest beberapa hari.
"Dia itu udah kecapean kemarin belanja sama gue keliling mall. Gue aja yang gak hamil capek, apa lagi dia bawa-bawa perut gitu. Ditambah loe lagi, pagi-pagi udah ngajak gulat, berapa ronde sampai Dara bisa kontraksi palsu?" tanya Rere cuek tanpa ada basa basi mengeluarkan semua yang ada di pikirannya.
"Rere," tegur Alisha. Marcel tersenyum simpul saat sang mama menegur kakaknya. Dia orang yang paling pertama senang kalau kakak perempuannya dimarahi oleh kedua orang tuanya.
"Apa loe anak kecil senyam senyum?" sindir Rere saat melihat adiknya tersenyum penuh kemenangan.
"Lagian, Mbak kalau ngomong gak pernah disaring," jawab Marcel dibarengi tawa lepas Zia dan Zio.
Malam ini, semua anggota keluarga berkumpul dikamar rawat yang Dara tempati. Fabian memberi saran agar Rere saja yang menemani Dara, dan meminta Yudha kembali ke Mansion karena pria itu harus istirahat ekstra.
"Aku bukannya gak mau jaga Dara, Pa. Hanya saja malam ini aku dinas, aku bisa sesekali memantaunya, tapi tidak full standby dikamar ini," tolak Rere secara halus.
"Biar aku yang jaga Dara," ucap Yudhi.
"Mantab, kita sudah menemukan siapa yang jaga Mbak Dara jadi sekarang kita bisa pulang," sorak Marcel bahagia karena dengan begitu dia bisa segera kembali ke mansion dan bermain game di kamar. Saat ini, status Marcel adalah influencer dan gamer terkenal.
"Loe itu gak ada kerjaan laen selain main game?" sindir Rere pada Marcel.
"Main game itu adalah pekerjaanku," jawab Marcel.
"Mbak gak tau sih berapa omset yang Mas Marcel dapat dari main game," bela Zio karena dia juga mengikuti jejak Marcel.
"Ya Tuhan, mereka sudah satu server."
Rere langsung keluar dari kamar inap. Tidak lama, satu per satu dari mereka pergi dari kamar tersebut.
"Gue titip Dara. Inget! Dia istri gue," ucap Yudha lalu dia mencium kening Dara dan pergi dari sana bersama Fabian yang sudah menunggunya di ambang pintu.
Tinggalah Dara dan Yudhi di kamar itu berdua. Wanita itu menarik napasnya dalam sambil mengusap perut, lalu memejamkan matanya. Dari sofa, Yudhi memperhatikan Dara lalu dia pindah duduk di kursi kecil di sebelah wanita itu.
"Kalau butuh sesuatu bilang yah." Yudhi mengusap lengan Dara dengan lembut. Dengan mata tertutup, kepala Dara mengangguk. "Tidurlah," ucap Yudhi.
***
Di Mansion keluarga Walandou. Yudha tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia terus memikirkan kondisi sang istri karena di sana ada Yudhi dan juga mantan kekasih calon ibu dari bayinya. Yudha merasa tidak nyaman berada di dalam kamar karena teringat terus teringat dengan istrinya.
Tengah malam, dia memilih keluar kamar. Kakinya melangkah keluar mansion menuju taman belakang di mana di sana ada kolam renang dan area pembakaran. Ternyata, pesta barbeque berlangsung. Papa sambungnya suka sekali membuat pesta itu. Hampir setiap akhir pekan, Fabian mengumpulkan semua keluarganya. Mereka berkumpul kecuali saudara kembar Yudha.
Sepintas, dia merindukan masa kecilnya saat dia dan Yudha belum mengenal arti cinta. Masih polos, dan dipikiran mereka hanya bermain serta belajar.
"Yudha kangen sama daddy, omah dan opah. Apa kabar di sana?" monolog Yudha.
Dia duduk di kursi panjang menghadap kolam renang. Dirinya di sana, tapi pikirannya entah ke mana. Dia sendiri bingung dengan perasaannya saat ini. Apakah dia harus mengembalikan istrinya pada cinta sejatinya, atau mempertahankan sementara hingga dia meninggal baru dia menyerahkan Dara pada Yudhi? Yudha tersentak saat ada tangan mungil memeluknya dari belakang sekaligus memberi selimut menutupi tubuh.
"Ma," sapa Yudha.
"Kamu belum tidur?" tanya Alisha setelah ia melewati depan kamar sang anak dan melihat lampu kamar masih menyala. Ketika dia masuk, ternyata putranya tidak berada di dalam kamar.
Alisha mencari Yudha. Batinnya menarik langkahnya ke arah kolam renang, dan disinilah wanita yang sudah tidak muda lagi itu memeluk putranya dari belakang, menyelimuti tubuhnya yang semakin kurus. Yudha menggeleng, seharusnya Alisha tidak perlu bertanya kenapa putranya itu tidak bisa tidur. Pastilah karena pikirannya ada di rumah sakit.
"Tidurlah, jangan sampai kamu drop," nasehat Alisha.
Walaupun anaknya sudah dewasa, orang tua selalu menganggap anak-anaknya masih kecil. Alisha duduk di sebelahnya dan Yudha bersandar pada bahu sang mama. Rasanya baru kemarin dia membelai anak laki-lakinya ini sambil bercerita dongeng kesukaannya. Namun, sekarang tidak mungkin dia bercerita dongeng itu lagi. Alisha menarik napasnya panjang.
"Mau berbagi?" tanya Alisha.
Dia berharap anaknya itu mau berbagi cerita padanya. Mengajaknya diskusi seperti dulu. Terkadang anak-anak jika sudah dewasa, mereka melupakan orang tuanya. Jika ada masalah, mereka selesaikan sendiri tanpa diskusi lagi dengan orang tua. Padahal, lupakah mereka jika sejak kecil anak-anak itu selalu bertanya pada papa atau mama perihal apapun sampai mereka beranjak remaja. Alisha merindukan masa itu. Dia berharap sekarang Yudha bercerita padanya.
"Aku mau tanya, tapi mama jangan sedih." Yudha membetulkan duduknya menghadap Alisha.
"Mama tidak akan sedih," jawab Alisha dengan senyum manisnya dan selalu menenangkan hati Yudha.
"Kapan daddy Rayyan menyerahkan mama pada papa Fabian?" tanya Yudha. Air mata Alisha sudah di pelupuk mata dan siap jatuh. "Tuh kan, kalau sudah membahas daddy Rayyan, mama pasti menangis. Lupakanlah."
Yudha beranjak dari kursinya dan hendak pergi dari sana, tapi Alisha buru-buru mengusap air matanya dan menarik tangannya lalu memintanya duduk kembali. Alisha mengelap sisa air mata yang ada di ujung matanya.
"Dulu, mama sama Daddy sempat ada salah paham dan kami bertengkar hebat. Mama memilih kabur untuk menenangkan diri ke Indonesia di Villa Uncle Tommy. Mama gak tahu kalau daddy saat itu sudah sakit karena dia merahasiakannya dari mama. Kata papa Fabian, waktu mama ke Indonesia, daddy menemuinya di Paris. Saat itu, daddy langsung meminta papa Fabian menggantikan posisinya. Dan daddy mengajak papa Fabian ke Korea untuk mengenal kalian yang menjadi anak-anaknya supaya kalian tidak asing dengan papa Fabian. Sampai daddy benar-benar drop dan papa Fabian menghubungi mama. Ia meminta mama kembali ke Korea karena daddy sekarat. Tidak lama mama sampai rumah sakit, daddy sudah tidak sadarkan diri. Mama diberi mimpi kalau harus menikah dengan papa Fabian karena diminta untuk menggantikan dia. Setelah mimpi itu, kondisinya semakin menurun dan dia meninggal."
"Lalu apa kalian langsung menikah?"
Alisha menggeleng.
"Papa Fabian membawa mama ke Paris untuk terapi ke psikolog karena mama tidak bisa terima kenyataan kalau daddy Rayyan sudah meninggal. Rasa bersalah mama besar sekali kala itu. Dengan sabarnya papa Fabian menjaga mama. Satu tahun lebih kami baru menikah. Papa sabar menanti karena mama lama baru bisa merelakan kepergian daddy."
Yudha mendengar dengan serius cerita masa lalu mamanya. Hatinya tambah galau, bisakah dia seperti ayah kandungnya? Menyerahkan istri tercintanya pada pria lain?