Aku menatap lorong di depanku. Sepertinya waktu yang tepat untuk melarikan diri. Aku mengantuk. Sangat mengantuk. Dan kuliahnya Pak Harno siang ini sungguh tak bisa menolongku. Semalam main PS sama anak-anak sebelah kos sampai larut malam. Dan yah, jadwal tidur malam ku jadi terganggu.
Kurapatkan tas punggungku. Lari sebelum ketahuan si Meita. Aku pokoknya mau bolos kelas bahasa Inggris. Itu kelasnya, si duren. Aku tahu dia yang akan mengajar karena baru aja dapat sms dari teman kalau dosen bahasa inggris sekali lagi masih ada di luar kota.
Tidak. Dan tidak. Mau di taruh dimana ini mukaku yang cantik kalau ketemu sama si Irgi. Setelah lamarannya itu, iya lamaran yang be my girl itu masih tak bisa membuatku bertemu dengannya.
Bulan memang bodoh. Gimana bisa dia bilang itu dengan sangat lembut, menggetarkan hati dan membuat seluruh tubuhku lemas. Baru di lamar dengan cara yang romantis gitu. Kalau lihat wajahnya Irgi saat itu. Uuhh pingin rasanya langsung meluk dan cium itu wajah tampannya. Eh??
Aku mempercepat langkahku. Menembus beberapa mahasiswa yang bergerombol di jalanan. Pokoknya harus lari. Masih tak mau bertemu Irgi.
Buuuukkkk
Aduuuhhh apalagi ini. Kupegang kepalaku. Seperti ada bintang -bintang ini di kepalaku. Menegakkan tubuh. Dan terkesiap saat melihat siapa yang kini ada di depanku. Owh tidak.
"Kelas di belakangmu. Kenapa kamu melangkah ke arah berlawanan?"
Menatap Irgi yang mengucapkan itu dengan dingin. Aku haru bagaimana? Mataku sudah kembali meredup. Ini rasa kantuk sudah tak bisa aku tahan.
Tapi tiba-tiba tanganku seakan ditarik. Dan ketika menunduk, benar saja Irgi langsung melangkah menarikku. Menyeretku sedemikian rupa.
"Eeehhhhhh mau di bawa ke mana?" Aku berteriak dan orang-orang yang kami lewati menatap kami dengan tatapan penasaran.
Tapi Irgi tak menjawab. Dia langsung masuk ke dalam kelas. Dan terdengar suara huuu dari depan kami. Rupanya kelas sudah penuh dan tentu saja tangan Irgi masih menggenggam ku erat. Hal itu membuat Irgi langsung melepaskan tanganku. Membuatku terhuyung.
"Kamu cari tempat duduk." Tuh kan, galaknya kambuh. Aku hanya mengangguk dan mencari kursi kosong. Tapi rupanya tetap saja kursi kosong yang tersisa ada di depan. Dan alhasil aku duduk di deretan pertama.
Menguap lagi. Ah ini kenapa mata tak bisa diajak berkompromi. Setelah meletakkan tas dan duduk. Entah apa yang kudengar, karena sepertinya aku tertidur di dalam kelas.
******
Menguap lagi. Merenggangkan otot. Dan rasanya lebih segar. Tapi aku langsung menjerit saat mataku sudah bisa terbuka. Irgi duduk di depanku dengan kursi di balik. Dia hanya diam menatapku.
Dan ketika kuedarkan pandanganku ke sekeliling kelas. Semuanya sudah sepi. Kelas kosong. Ku usap-usap lagi mata dengan tanganku.
"Loh kelasnya gak jadi?" Dan Irgi kini memberengut. Kaku mengulurkan tangannya dan memukul kepalaku dengan gulungan kertas yang ada di dalam genggamannya.
"Mau jadi apa kamu kalau di kelas aja tidur. Kayak gitu masih sempet minta aku jadi cowokmu? Huh dasar cewek sama aja."
Irgi langsung beranjak dari duduknya. Membuatku merasa kesal dengan ucapannya itu. Dia tak tahu apa kalau aku ini cerdas?
"Ck, gak usah sok kenal deh. Belum juga jadi pacar udah sok tahu. Selidiki dulu dong. Aku ini cerdas. Besok pasti bisa lulus kumlaud."
Tentu saja harus sombong dong. Bulan gitu. Putrinya papa Langit. Enak aja pria itu menghina.
Irgi kini sudah berdiri lagi di depanku. Menatapku dengan tatapan yang...
Ah entahlah. Orang Aneh. Sepupunya Meita ini orang songong dan aneh.
"Berdiri!" Aku mengernyit mendengar ucapan Irgi. Enak saja.
"Apaan sih. Mau berdiri atau tidur lagi kan bukan siapa-siapaku."
Tapi Irgi kini mengangkat alisnya. Dan masih bergeming di depanku.
"Kita udah pacaran. Bukannya kemarin kamu mengangguk dan mengatakan iya?"
Dan mataku membulat mendengar ucapan Irgi. Memangnya aku kemarin mengangguk?
Tapi memang iya sih, aku kemarin bilang ya gitu. Habisnya wajah Irgi yang mempesona itu mengaburkan ucapanku. Harusnya bilang tidak gitu, kan mau jual mahal dulu. Nah tapi kenapa jadi jawab ya? Oiiii Bulan bodoh memang.
"Jadi kamu sudah milikku." sekali lagi bulu kuduk ku meremang. Dan ketika menatapnya dia tampak menegaskan dengan wajahnya yang kini berubah posesif itu.
"Mana ada orang pacaran kok jadi milik." Irgi kembali berdecak kesal. Tapi dia langsung menarik tanganku untuk berdiri.
"Jangan pernah bermain denganku Bulan. Sekalinya kamu menawarkan sesuatu, jangan pernah mengingkarinya lagi."
Irgi mencondongkan tubuhnya ke arahku. Dan tatapannya itu membuatku menggigil. Ini pria memang sepertinya punya persediaan es yang banyak di dalam tubuhnya.
Tapi aku segera menggelengkan kepala dengan kuat. Ah mana mau aku terikat sama pria dingin ini? Aku masih muda kali, masih pengen main-main. Dan sama Irgi kan cuma biar dapetin tas branded itu. Tak lebih. Tapi saat aku ingin mengucapakan sesuatu, Irgi sudah merapatkan tubuhnya dan tiba-tiba saja.....owh kenapa bibirnya berada di bibirku? astagaaaaaaaaa!