"Woooiii wajah lo kenapa? Di tutupin kayak gitu?" tuh kan si bawel datang. Malas. Malas. Malas.
Kubenarkan masker wajah yang kupakai. Biar, pagi ini ke kampus pakai masker kayak gini. Biar kayak ninja.
"Kan gak bisa ngunyah es batu lo." Kupelototkan mataku ke arah Meita.
Lalu mengambil buku dan belajar. Harus belajar. Ada quiz habis ini. Pelajarannya Bu Regan, manajemen bisnis.
"Ecieeee belajar. Biasanya juga kagak lo." Aku hanya melirik kesal lagi. Menatap pintu kelas yang belum terbuka. Lebih baik masuk kelas saja daripada di coletehin sama burung beo kelaparan ini.
"Eh eh...Irgi tuh." Senggolan Meita di lenganku langsung membuatku menegang. Tidak lagi. Aku tak mau bertemu dengan Irgi. Setelah kemarin. Sungguh hal itu membuatku malu.
Itu kan ciuman pertamaku. Dan si duda itu mencurinya. Bukannya pengalaman yang romantis tapi membuat aku traumatis. Karena saking terkejutnya kemarin bibir Irgi aku gigit. Dan sukses membuat pria itu berteriak. Dan setelah itu, aku langsung melarikan diri.
"Gue masuk kelas dulu deh." Aku langsung beranjak dari kursi yang ada di koridor dan membuat Meita membelalak terkejut.
"Heiii Buuuulll." secepat kilat aku berlari sebelum si Irgi bisa menarik ku. Dan saat sudah masuk kelas, bertepatan dengan Bu Regan yang sama-sama masuk ke dalam kelas. Untung. Dan benar saja, semua mahasiswa ternyata sudah ada di dalam kelas. Aku langsung mengambil duduk pas dengan pintu di tutup. Tapi jantungku berdegup kencang saat melihat sosok Irgi yang terlihat di ambang pintu tepat pintu itu tertutup. Mati.
*****
"Bulaaaan sakit flu ya?" aku menoleh kesal ke arah samping kananku. Baru saja quiz selesai dan aku mau keluar saat Indra, duduk di sampingku dengan manis.
Aku hanya mengangguk dan malas menanggapi pria dari beberapa pria yang selalu setia mengejarku. Meski aku sudah mengatakan tidak.
"Gue anterin ke dokter yuk." Dan aku langsung menggelengkan kepala dengan cepat. Sungguh, sedang malas bicara.
"Bulan ayo dong." Tangan Indra sudah menarikku dan hal itu sungguh membuatku makin malas berurusan dengan Indra.
"Lepasin ndra..." berteriak dari masker begini memang tak bisa membuat Indra menghentikan aksinya. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh lenganku. Dsn ketika aku menoleh, Irgi berdiri di sampingku dengan tatapan tajam ke arah Indra.
"Lepasin tangan cewek gue." Hah? Bilang apa dia?
Belum mendengar jawaban dari Indra, tapi pegangan tangannya memang terlepas. Dan aku merasakan Irgi langsung menarikku untuk keluar dari kelas.
"Buull masa lo mau Sama duda daripada gue!"
Itu teriakan Indra yang hanya kudengar sayup-sayup karena Irgi sudah menarikku menjauh dari kelas dan sekarang melangkah cepat menuju parkiran, dan sepertinya aku melihat mulut Meita yang menganga saat melihatku di gandeng Irgi. Dan pria itu juga tak berhenti.
"Buuulll woooooo tabungan gue habis ini." Astaga! Mulut si Meita perlu di cabein ini. Aku menoleh ke arah Meita yang menyeringai lebar.
Tapi tiba-tiba tubuhku menubruk Irgi. Pria itu berhenti begitu saja di depanku.
"Oiiii...duuuuhh" Kuusap-usap keningku yang sudah menubruk punggungnya yang keras itu.
Lalu Irgi berbalik untuk menghadapku. Dan kini menyentuh kening ku.
"Kamu tak apa-apa?" Tentu saja aku mengernyitkan kening. Tapi merasakan dia sudah tidak mencekal tanganku. Akhirnya aku bisa menginjak kaki Irgi dengan kuat dan langsung lari dari depannya.
Aku tak mau berada di dekatnya lagi. Tapi tiba-tiba kakiku terantuk dan langsung jatuh terjerembab di atas aspal. Duuhh sialnya aku hari ini.
Mencoba untuk berdiri ketika tangan Irgi terulur. Tentu saja karena aku jatuh, sakit semua badan dan akhirnya mau menerima uluran tangan Irgi. Wajahnya begitu dingin saat menatapku.
"Kenapa terus lari dariku?" Dia menunduk dan membantuku membersihkan kotoran yang menempel di celanaku.
Lalu sebelum aku menjawab, dia sudah menatapku lagi. Kali ini mengernyit dan menatap maskerku.
"Kamu kenapa? Sakit?" Lagi-lagi dia menatapku dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
Tapi aku mendengar dan mengibaskan tangannya. "Tak usah sok perhatian deh. Ujung-ujungnya juga kurang ajar." Aku masih marah dengan ciumannya kemarin. Seenaknya saja menghancurkan khayalan ciuman pertamaku. Dan kini Irgi mengangkat alisnya. Tapi kemudian matanya menggelap.
"Kenapa kamu yang marah? Aku yang di gigit oleh kamu. Bibirku sampai sobek." Irgi menunjuk bibirnya yang sekarang memang terlihat sedikit luka. Apa itu perbuatan ku?
Tapi Irgi langsung menatapku lagi. Mengulurkan tangan dan kini langsung membuka maskerku. Tentu saja aku langsung membelalakkan mata. Dan mulai melangkah mundur.
“Bukan salahku. Lagipula kamu telah mencuri..." Aku langsung membekap mulutku. Tak mau memperlihatkan kalau aku belum pernah di cium.
Tapi salah, Irgi sudah menatapku dan tersenyum sinis. Dia melangkah mendekatiku lagi.
"Jadi aku sudah mengambil keperawananmu?"
Astagaaaaaaaa!!!! Hal itu di katakan dengan lantang membuat semua mahasiswa yang berlalu lalang di sekitar kami langsung menoleh. Tenggelamkan aku di kutub Utara.