Bab 3. Lima Juta Satu Jam

1031 Kata
"Jangan bercanda, Tuan William. Mana ada pekejaan kayak gitu?" tanya Nova seketika tersenyum lebar. "Dibayar lima juta perjam cuma buat nemenin Anda ngobrol? Gak ... gak masuk akal banget. Emangnya aku sespesial apa pake dibayar semahal itu?" "Kenapa gak masuk akal, Nova? Ini kamu lagi kerja sama saya," jawab Willi seraya menunjuk wajah Nova. "Gak ada yang mustahil di dunia ini, selama kita punya ... money. Bagi saya kamu itu spesial, wanita yang sangat spesial. Paham?" Nova menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan kemudian meraih gelas berisi teh hangat dan meneguknya pelan. Sementara William, kedua matanya tidak beranjak sedikitpun dalam menatap wajah cantik seorang Novariyanti seolah begitu terpana dengan kecantikan alami yang terpancar dari wajah wanita itu. Wajahnya benar-benar polos tanpa polesan make up juga tanpa lipstik merah yang menjadi ciri khasnya. Apakah pria berusia 39 tahun itu sudah benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama kepada wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam itu? Atau Willi hanya ketagihan dengan service yang diberikannya semalam? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu pasti tentang hal itu. Yang jelas, Willi benar-benar merasa nyaman berada dekat dengannya seolah ia baru menemukan tambatan hati, padahal ia memiliki seorang istri yang sudah ia nikahi 10 tahun yang lalu. William benar-benar terpincut oleh pesona Novariyanti. "Tapi tetep ada syaratnya, Nov. Kamu gak boleh terima tamu lagi, tamu kamu cukup saya." William melanjutkan ucapannya. "Emangnya kamu gak capek kerja kayak gitu? Kamu gak berpikir buat memulai hidup baru dan meninggalkan dunia malam kamu, Nov? Kamu ini masih muda, cantik, sayang banget pekerjaan kamu--" Willi seketika menahan ucapannya dengan kedua mata terpejam. Ia tidak ingin Nova merasa tersinggung dengan ucapannya. "Maksud saya, kamu juga berhak hidup bahagia dan menjalani hidup kamu dengan normal. Misalnya, kamu mulai berumah tangga, dicintai sama laki-laki yang bisa menerima kamu apa adanya bukan karena mereka ingin menikmati tubuh kamu aja." Nova diam membisu dengan kedua mata berkaca-kaca. Sebenarnya, sudah lama ia ingin berhenti bekerja sebagai kupu-kupu malam. Rasanya benar-benar lelah harus melayani laki-laki di atas ranjang meskipun tidak sembarang laki-laki bisa mendapatkan kenikmatan darinya dan bayaran yang ia dapatkan pun cukup besar, tapi ia kerap dicibir oleh tetangga tempat tinggalnya. Jika dirinya berhenti dari pekerjaan tersebut, bagaimana dengan keluarganya di kampung? Ya, Nova adalah tulang punggung keluarga sejak sang ayah tiada. Ia memiliki dua adik yang masih mengeyam pendidikan di bangku sekolah. Cita-cita Nova hanya satu yaitu, menyekolahkan kedua adiknya dan menjadi orang sukses kelak tidak peduli meskipun ia harus mengorbankan hidupnya sendiri. "Kenapa kamu diam aja, Nova?" tanya Willi, tatapan matanya kian sayu dalam menatap wajah wanita itu. Kesedihan terpancar jelas dari sorot mata wanita bernama lengkap Novariyanti. "Kamu dengar apa yang saya katakan tadi? Kamu juga berhak bahagia." Nova tersenyum hambar seraya mengusap kedua matanya yang sempat berair. "Memangnya ada laki-laki yang mau menerima wanita kotor kayak aku, Tuan? Mereka memang memuji kecantikan dan service aku di atas ranjang, tapi tetap saja, aku yakin mereka mencemooh aku di belakang. Aku tetap saja wanita kotor, secantik apapun wajahku gak bakalan ada laki-laki yang mau sama aku. Aku cuma wanita berlumur dosa, Tuan. Aku gak pantas bahagia." Willi menghela napas panjang lalu berpindah tempat duduk di kursi yang sama seperti Nova. "Apa kamu lupa kalau kamu udah mencuri hati saya?" Nova yang semula menunduk seketika mengangkat kepalanya lalu menatap wajah William. "Aku yakin Anda gak bersungguh-sungguh tertarik sama aku, Tuan. Semua laki-laki itu sama, baik kalau ada maunya aja. Anda cuma ketagihan sama service yang aku berikan." "Siapa bilang?" Nova seketika mengerutkan kening. "Kamu pikir, kenapa saya bisa menemukan rumah kamu? Kamu pikir kenapa saya bisa ada di sini?" Nova masih bergeming seraya menatap sayu wajah William. "Karena saya udah jatuh cinta pada pandangan pertama sama kamu, Nov. Ya, saya akui service kamu emang luar biasa, saya gak pernah merasakan kenikmatan seperti itu sebelumnya, tapi--" William menahan ucapannya seraya meraih lalu menggenggam telapak tangan Nova. "Tapi apa? Kenapa gak dilanjutin ngomongnya?" tanya Nova, jiwanya yang rapuh seakan tersentuh oleh ucapan manis yang baru saja dilontarkan oleh William. Meskipun ia bekerja sebagai wanita penghibur, tapi jiwanya pun butuh dihibur. Selama ini, ia hidup bersama rasa kesepian dan haus akan kasih sayang. "Tapi ada yang jauh lebih penting dari sekedar kenikmatan duniawi, Nova. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama kamu. Haruskah saya mengulangi kalimat itu dua kali?" Nova tersenyum hambar. "Jangan bercanda, Tuan. Mana mungkin laki-laki terhormat seperti Anda jatuh cinta sama wanita kotor seperti aku?" "Ya, pekerjaan kamu memang kotor, Nov. Saya gak mau berbohong sama kamu tentang hal itu, tapi tangan yang kotor aja masih bisa dicuci bersih begitu pun dengan kehidupan kamu." "Bagaimana caranya?" "Ya kamu berhenti bekerja sebagai kupu-kupu malam, sebagai gantinya, kamu cukup terima pekejaan yang saya tawarkan tadi, gimana?" "Dengan kata lain, aku jadi wanita simpanan Anda, begitu?" "Ya anggap saja seperti itu." "Bagaimana dengan istri Anda? Gimana kalau dia tau masalah ini?" William seketika menarik napas panjang lalu menghembuskannya kasar, mengingat pernikahannya dengan sang istri membuat moodnya seketika berantakan. Namanya Selly, sudah hampir 10 tahun mereka mengarungi mahligai rumah tangga, tapi tidak sedetikpun ia merasa bahagia. Selly selalu saja ingin mendominasi pernikahan mereka. Ia harus tunduk seolah istrinyalah yang menjadi kepala keluarga. Itu sebabnya, Willi lebih banyak menghabiskan waktunya di luar untuk sekedar mencari kesenangannya sendiri. Hingga akhirnya ia bertemu dengan wanita bernama Novariyanti, seorang wanita penghibur yang telah berhasil mengikat hatinya di awal pertemuan mereka. Nova seperti obat penawar yang berhasil mengobati kejenuhannya selama ini, mencairkan hatinya yang sudah lama membeku. "Kenapa Anda diam aja, Tuan? Bagaimana jika istri Anda tau kalau Anda memiliki wanita simpanan? Aku yakin, Anda gak akan memilihku karena aku bukan siapa-siapa dibandingkan dengan istri yang sudah menemani Anda selama ini." Bukannya menjawab pertanyaan Nova, Willi tiba-tiba saja mengecup bibir Nova lembut dan penuh gairah membuat wanita itu seketika terperanjat. Kedua matanya seketika terpejam saat bibir pria itu terasa kenyal dan hangat menyentuh permukaan bibirnya. "Tuan," lirih Nova sesaat setelah Willi melepaskan tautan bibirnya. "Saya akan tambahin bayaran kamu, Nov. Layani saya sebentar saja," bisik William, deruan napasnya terasa membasuh permukaan telinganya membuat bulu kuduk Nova seketika merinding. Nova menganggukkan kepala lalu kembali mendaratkan bibirnya. "Saya ingin mendapatkan service yang luar biasa dari kamu," bisik William dan kembali dijawab dengan anggukan oleh wanita itu. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN