Bab 1. Novariyanti si Kupu-kupu Malam
"Argh!" lirih seorang pria, saat puncak itu berhasil ia dapatkan dengan sangat sempurna. Kedua matanya nampak terpejam, tubuhnya pun seketika menegang, jiwanya seakan dibawa melayang ke nirwana.
Tubuh William seketika ambruk tepat di atas raga polos wanita bernama Novariyanti, seorang kupu-kupu malam yang ia boking malam ini. Nova dengan napas yang terengah-engah menurunkan tubuh pria itu lalu terdiam sejenak.
"Tugasku udah selesai, aku pulang sekarang," ujar Nova, peluh dan keringat nampak membasahi tubuh polosnya. Melayani laki-laki di atas ranjang lumayan menguras tenaganya meskipun ia sendiri mendapatkan kenikmatan dari perkejaan itu.
"Ko cepet banget? Kamu gak mau istirahat dulu di sini? Udah malam lho," tanya Willi seraya menutup separuh tubuhnya menggunakan selimut tebal.
"Aku masih ada tamu lain," jawab Nova singkat seraya bangkit lalu duduk tegak. Rambutnya yang panjang sengaja ia gulung di ujung kepala.
"Gimana kalau saya boking kamu sampe pagi?" sahut Willi, pria itu seolah enggan berpisah dengan wanita cantik yang telah memberinya servis yang luar biasa. "Saya tambahin bayarannya dua kali lipat deh."
Nova tersenyum hambar lalu meraih dress merah miliknya yang tergeletak sembarang di atas lantai. "Mohon maaf, Tuan William yang terhormat, jadwal saya malam ini padat." Nova mulai mengenakan dress tersebut ditubuhnya, wanita itu pun berjalan ke arah cermin lalu menatap wajahnya sendiri dari pantulan cermin.
"Emangnya kamu gak capek melayani beberapa orang laki-laki dalam satu malam?"
Nova hanya tersenyum hambar seraya mengurai rambut panjangnya yang semula ia gulung. Wanita itu pun mengeluarkan lipstik berwarna merah terang dari tas miliknya lalu memoleskan di bibirnya.
Willi yang semula berbaring perlahan mulai bangkit lalu duduk tegak seraya menatap wajah Nova. "Apa boleh saya minta nomor hp kamu? Eu ... siapa tau saya mau pake jasa kamu lagi, Nova."
Nova balas menatap wajah Willi dari pantulan cermin yang berada tepat dihadapannya. "Mohon maaf, aku gak melayani pria yang sama dua kali. Kalau Anda lagi pengen dipuaskan, silahkan Anda cari wanita lain. Oke?" jawabnya lalu kembali menatap wajahnya sendiri dan memperbaiki riasan di wajahnya.
Nova merapikan dress merah seksi yang melingkar di tubuhnya. Rambutnya yang panjang nampak digerai hampir memenuhi punggung, make up tebal memancarkan kecantikan yang paripurna. Namun, wanita itu tetap saja dipandang sebelah mata karena pekerjaannya. Setelah memastikan penampilannya benar-benar sempurna, Nova memasukan peralatan make up ke dalam tas miliknya lalu berbalik dengan menenteng tas tersebut.
"Transfer sisa bayarannya ke rekening aku," pinta Nova kembali menatap wajah Willi.
"Tiga kali lipat, saya akan membayar kamu tiga kali lipat asal kamu mau tinggal di sini sampai pagi. Gimana?" Willi melemparkan penawaran, pria itu sama sekali tidak menyerah.
Nova tersenyum kecil seraya menghela napas panjang. "Maaf, aku hanya berusaha untuk propesional. Sebanyak apapun Anda membayar aku, aku tetap tak bisa tinggal di sini sampai pagi. Permisi." Nova hendak melangkah.
"Dasar sombong!" decak Willi seraya tersenyum menyeringai. "Kamu itu cuma p*****r, Nova. Jangan bicara seolah-olah kamu wanita terhormat yang punya harga diri. Saya bisa membeli harga diri kamu!"
Nova sontak menahan langkahnya lalu memejamkan kedua matanya sejenak. Sebutan p*****r memang sudah melekat dalam dirinya, ia tidak merasa risih dengan sebutan itu karena memang seperti itulah kenyataannya. Dirinya adalah kupu-kupu malam yang biasa melayani dari satu pria ke pria lainnya. Jadi, tidak ada yang salah dengan ucapan William.
Nova tersenyum dipaksakan lalu menoleh dan menatap wajah pria yang baru saja ia puaskan. "Aku permisi sekarang," ujarnya singkat dan hendak melanjutkan langkahnya.
"Tunggu, Nova!" pinta Willi seraya meraih telapak tangan wanita itu membuat Nova sontak kembali menahan langkahnya dengan sangat terpaksa. "Empat kali lipat, saya akan membayar kamu empat kali lipat, gimana? Dari pada kamu capek-capek melayani laki-laki lain, mendingan kamu di sini sama saya. Saya cuma pengen ditemani, kita bisa ngobrol-ngobrol, ngopi atau sekedar curhat biasa. Saya lagi butuh temen."
Nova melepaskan genggaman tangan Willi seraya tersenyum hambar. "Pekerjaan saya melayani di atas ranjang, bukan menjadi teman curhat atau teman ngopi."
"Tapi sekarang udah jam satu malam, Nova. Udah gak ada taksi yang lewat."
"Anda tak perlu mengkhawatirkan saya, khawatirkan saja diri Anda sendiri. Lebih baik Anda pulang, istri Anda pasti sedang menunggu Anda di rumah," jawab Nova, kali ini ia benar-benar melanjutkan langkahnya lalu keluar dari dalam kamar hotel.
Willi mengusap wajahnya kasar dengan kedua mata terpejam. Wanita itu benar-benar sombong, padahal dia hanya seorang wanita penghibur. Namun, ia sudah terlanjur terpikat dengan kecantikan wajahnya begitupun dengan servisnya di atas ranjang. William bahkan tidak pernah mendapatkan pelayanan sepuas itu dari istrinya sendiri. Willi meraih ponsel miliknya yang tergeletak sembarang di atas meja kecil lalu menelpon asisten pribadinya.
"Halo, Tommy," sapa Willi sesaat setelah sang asisten mengangkat sambungan telepon.
"Iya hallo, Pak Bos."
"Kamu ikuti wanita yang baru saya boking malam ini."
"Baik, Pak Bos."
"Pokoknya, saya pengen tau di mana wanita itu tinggal. Oke?" ucapan terakhir Willi sebelum pria itu menutup sambungan telepon.
"Kamu harus jadi milik saya, Nova. Saya akan membeli harga diri kamu berapapun harganya," gumam William seraya kembali berbaring.
***
Keesokan harinya tepatnya pukul 11.00 WIB, Nova yang masih terlelap seketika menggeliat saat mendengar suara ketukan di pintu utama. Wanita itu mengedipkan pelupuk matanya pelan seraya membuka mulutnya lebar-lebar.
"Aduh, siapa sih masih pagi udah gangguin orang?" decaknya seketika bangkit dengan perasaan malas.
Setelah duduk sejenak seraya menahan rasa kantuk, wanita itu pun berjalan keluar dari dalam kamar lalu melanjutkan langkahnya menuju pintu utama. Nova membuka pintu seraya menggaruk kepalanya sendiri yang tiba-tiba saja merasa gatal.
"Ya, siapa?" tanyanya menatap seorang laki-laki berpakaian jas hitam yang berdiri tepat di depan pintu.
Bukannya menjawab, yang dilakukan oleh laki-laki itu adalah menatap tubuh Nova dari ujung kaki hingga ujung rambut. Penampilan sang kupu-kupu malam benar-benar terlihat berbeda tanpa polesan make up bahkan hanya mengenakan kaos oblong bewarna hitam lengkap dengan celana training dengan warna yang sama, rambut wanita itu bahkan terlihat berantakan layaknya seseorang yang baru saja bangun tidur. Meskipun begitu, kecantikan yang terpancar dari wajahnya tetap saja membuat pria berusia 39 tahun itu merasa terpukau.
"Anda?" decak Nova dengan kedua mata membulat. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa pelanggannya semalam bisa menemukan tempat tinggalnya. "Anda tau dari mana rumah saya, Tuan William? Terus, mau ngapain Anda ke sini?"
"Kamu beneran Nova, 'kan?" tanya Willi, kedua matanya tidak beranjak sedikitpun dalam menatap wajah cantik wanita itu.
"Aku tanya sekali lagi sama Anda, Tuan William. Lagi ngapain Anda di sini?" Nova mempertegas pertanyaannya.
"Dasar pencuri!" decak Willi sinis. "Saya benar-benar gak nyangka kalau kamu bisa mencuri dari saya."
Bersambung