Dari Zaheer, Vina tahu bahwa pagi ini Agras bersama beberapa uskup gereja pergi ke Lumiren untuk menemui takdir terbesarnya dan menyelamatkan dunia dari kekejaman raja iblis dan pengikutnya. Seharusnya uskup besar datang langsung ke desa dan mengatakan itu pada Vina dan Luis, tapi keduanya sudah lebih dulu ke Kasota. Maka dari saat berada di dunia jiwa uskup besar mengatakan takdir sang cucu pada Zaheer.
Zaheer sendiri sudah mendapatkan ramalan itu jauh sebelum semua orang tahu, bahkan sebelum semesta memberi tanda dengan tersambarnya petir pada tubuh Agras. Ia pikir itu takdir yang baik untuk Agras, tapi Vina sebagai ibunya malah berpikir bahwa itu sebuah hal yang buruk, meskipun maksud Vina buruk adalah ia takut terjadi hal yang tak dinginkan pada Agras.
Kini Vina masih terbaring lemah di ruang herbalis, luka yang diakibatkan penyihir hitam belum sepenuhnya sembuh, masih menimbulkan beberapa bekas, apalagi menurut herbalis hampir saja ada racun yang mengenai bagian vitalnya, untuk saja hal itu bisa dicegah dan tak membahayakan Vina kemudian.
“Agras pergi ke Lumiren pagi ini,” ujar Vina memberitahu Luis tentang keadaan anak mereka, karena sejak pembicaraan tadi malam sama sekali Luis belum mengetahui apa yang terjadi.
“Secepat ini? Aku pikir menunggu waktu lebih lama,” kata Luis pada Vina, ia tak tahu jiak harus secepat itu mereka membawa Agras ke Lumiren.
“Ayah bilang ini waktu yang cepat sebelum semua orang menyadari bahwa kelahiran pahlawan sudah dimulai,” ucap Vina lagi sedikit menahan sakit.
“Jika itu memang baik untuknya, kita harus merekannya.” Kini Luis berusaha terus menenangkan Vina dari rasa ketakutannya. “Seperti yang kubilang, mereka pasti melindungi Agras di sana dan dia juga kuat.”
Mau bagaimana pun itu memang sudah takdir Agras untuk menjadi pahlawan selanjutnya, bukan salah siapapun tapi memang jalan hidupnya sudah begitu, Tuhan langsung mengaturnya. Vina mencoba menerimanya, ia tahu memikirkan dengan rasa ketakutan bukan sesuatu yang harus ia lakukan.
“Aku akan berbicara dengan uskup besar nanti, tentang keadaan Agras dan para utusan gereja,” ujar Zaheer sambil berdiri di ambang pintu. “Jika mereka tak beristirahar, kemungkinan malam ini mereka akan sampai di Lumiren dan berdoalah mereka tak akan terkena masalah apapun.”
Ucapan Zaheer itu malah membuat Vina dan Luis takut yang awalnya tadi mereka sudah mencoba untuk menenangkan diri dari banyak masalah yang terjadi.
“Aku bukan ingin menakut-nakutimu, tapi hanya itu yang harus kau lakukan untuk melindungi anakmu, doa tulus dari orangtuanya. Begitu juga doaku untuk cucuku,” sambung Zaheer kemudian ia berlalu dari hadapan Vina dan Luis.
Zaheer berjalan keluar dari ruangan herbalis dan menuju kamarnya, di dalam kamar ia duduk meditasi agar bisa terhubung dengan uskup besar. Dunia jiwa adalah pertemuan antara dua orang tanpa melibatkan raga mereka, keduanya bisa tetap terhubung dan seolah berada di tempat yang sama. Berbeda dengan dunia Roh yang di dalamnya tak ada makhluk hidup. Biasanya di sana diisi entitas lain selain manusia, iblis maupun penduduk langit.
Tak berapa lama Zaheer dan uskup besar terhubung, mereka membicarakan apa yang terjadi. Tentang kepergian Agras dengan tiga uskup muda yang memiliki kekuatan ilmu sihir yang cukup hebat. Berbeda dengan Zaheer, uskup besar malah sebenarnya baru tahu jika Agras adalah pahlawan yang ditakdirkan ketika uskup olsho mengatakan bahwa Agras bermimpi bertemu dengan Mithila di dimensi roh.
Bagi Agras itu mimpi, tapi bagi mereka yang tahu bahwa Agras terhubung secara langsung dengan roh penjaga. Hanya pahlawan yang ditakdirkan yang bisa terhubung begitu juga dengan orang-orang terpilih, karena dimensi roh bukan dunia biasa yang bisa dimasuki manusia biasa, bahkan iblis dan penduduk langit sangat sulit masuk kedalam sana, kecuali mereka yang memiliki kekuatan di atas rata-rata.
“Kau yakin bisa menjaga cucuku?” tanya Zaheer meyakinkan uskup besar bahwa penjagaan Agras tergantung pada gereja.
“Seperti yang aku bilang, uskup muda yang membawa cucumu ke Lumiren bukan manusia biasa, mereka memiliki kekuatan dan ilmu sihir yang hebat, aku yang mengajarinya,” ucap uskup besar pada Zaheer.
Sebuah kisah masa lalu yang menceritakan kedekatan Zaheer dan uskup besar bahwa keduanya pernah saling hampir menjadi satu.
Puluhan tahun lalu ketika keduanya masih begitu muda, Zaheer terkenal arogan dan nakal sedangkan Isaac (nama muda uskup besar) begitu ramah dan pendiam. Keduanya di pertemukan ketika berlatih sihir bersama di Lumiren, mereka adik seperguruan dari Destron.
Dari dua sifat yang bertolak belakang itulah mereka sering sekali terlibat perselisihan, Destron tak bisa menghilangkan sifat keduanya bahkan ia tak bisa mencegahnya, hanya Ayios (guru dari ketiga) yang bisa membuat mereka diam.
Ayios pernah menghukum Zaheer dan Isaac di dalam goa suatu lembah di dekat air terjun kota Lumiren. Di dalam sana banyak sekali hewan-hewan buas bahkan monster yang terus menganggu, hukuman itu dilakukan untuk membuat mereka lebih dekat dan hal itu ternyata berhasil.
Isaac hampir mati karena membantu Zaheer yang diserang monster, dengan kekuatan penyembuh yang Zaheer punya ia menolong Isaac. Semenjak itu mereka menjadi dekat meskipun memiliki sifat yang tak berubah satu sama lain. Lima tahun dari kejadian itu Isaac memutuskan untuk kembali ke Tron karena ia harus menjadi uskup di sana, begitu juga Zaheer yang kembali ke Kasota karena harus memimpin sekte yang ayahnya bentuk.
Sebelum mereka berpisah dan meninggalkan Lumiren, Isaac memberikan penglihatan masa depannya pada Zaheer sedangkan Zaheer memberikan ilmu penyembuhnya pada Isaac, karena menurut Zaheer sihir itu sangat berguna bagi Isaac di gereja.
Setelah kembali ke Kasota dan menggantikan pemimpin sekte karena ayahnya sudah meninggal, Zaheer pun menikah dan memiliki anak yakni Vina, hidupnya hancur ketika tahu bahwa penyakit istrinya bisa merenggut nyawanya dan hal itu terjadi.
Sedangkan Isaac atau uskup besar di percaya memimpin gereja dua tahun setelah ia menjadi uskup muda, ia tak menikah karena ia percaya dengan begitu bisa menyatu dengan Sang Esa (Tuhan). Meskipun begitu ia memiliki banyak anak angkat di gereja, mengurus para uskup muda dan biarawan, juga anak-anak asrama baik yang ditinggalkan orangtuanya atau hanya sekedar dititipkan saja.
Ketika takdir seolah pada keduanya, Zaheer menemui kenyataan bahwa reinkarnasi pahlawan selanjutnya adalah cucunya sendiri. Hal itu ia ketahui setahun setelah Vina meninggalkan Kasota dan lebih memilih tinggal dengan Luis di desa kecil di dekat kota Tron.
Saat itu ada dua takdir baik dan buruk yang ia bawa kepada Vina serta Luis, tapi ia hanya mengatakan takdir buruknya lalu sengaja menyembunyikan tadir baik agar mereka tak merasa bingung. Zaheer mengatakan bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menakutkan dan akan membuat Vina kembali padanya, saat itu Agras baru saja lahir.
Sepuluh tahun berlalu Vina malah datang dan mengatakan apa yang terjadi, padahal Zaheer pikir menjadi pahlawan adalah takdir baik yang harusnya Vina inginkan tapi nyatanya salah. Vina takut kehilangan Agras, ketakutannya itu sama seperti dirinya yang tahu bahwa istrinya sakit parah dan tak bisa sembuh lagi.
“Aku akan menghancurkan gerejamu jika kau dan para uskup mudamu tak bisa melindungi cucuku,” ujar Zaheer kemudian mengancam uskup besar.
“Kau menghancurkan gereja berarti kau menentang Tuhan,” kata uskup besar lembut seperti biasanya.
“Aku tak percaya Tuhan yang kau bicaran itu,” ucap Zaheer lagi. Bagaimana pun juga ia memiliki kepercayaan sendiri tentang penyembahan dan kepercayaan.
“Jika aku tak bisa membantu, Destron pagi bisa membantunya, karena ia yang kini bertanggungjawab dengan apa yang terjadi pada cucumu,” ujar uskup besar. “Ingat, guru memberikan banyak sihir padanya, sihir yang tak ia berikan pada kita.”
Zaheer tak ingin mengingat masa lalu, tapi ia pernah iri pada Destron karena menurutnya Destron memiliki semua yang tak pernah ia miliki. Destron begitu hebat bahkan ia memiliki sihir yang melimpah bahkan masih diberi lagi oleh sang guru. Kini setelah puluhan tahun Destron menjadi pemimpin para penyihir di kota Lumiren dan masih hebat.