33. Kembalinya Prata Ke Loth

1101 Kata
Prata pergi menuju kamar Agras, di sana ia melihat Agras yang duduk di atas tempat tidurnya sambil terus menggosok pedangnya. Ia harus mengatakan salam perpisahan dengan Agras karena sudah waktunya. Melihat kedatangan Prata itu Agras pun meletakkan pedangnya. “Ada apa?” Begitu tanya Agras. “Kita sudah selesai latihan, bukan?” Mendengar pertanyaan Agra situ Prata menganguk sebagai jawaban iya. “Semua latihanmu sudah selesai, aku harus kembali ke Loth,” kata Prata. Agras hendak menanyakan kenapa hingga bias mencegah hal itu tapi ia kini sadar bahwa ia sudah tak membutuhkan guru lagi dan waktu Prata mengajarnya pun sudah selesai, Prata harus kembali ke Loth karena ia memiliki anak dan istri yang harus ia jaga di sana. Seperti yang dikatakan Destron bahwa stelah penyatuan dengan Vastoarta, ia tak membutuhkan latihan lagi baik dari guru manapun karena waktu kepergiannya sudah tiba. Ia hanya tinggal menunggu kapan ia akan menemui raja iblis yang tersegel itu dan membebaskan roh penjaga alam semesta barat. Setelah Prata kembali ke Loth, mungkin hari-hari tenangnya tak aka nada lagi. Ia mungkin akan terus melakukan perjalanan Panjang guna menjelaskan tentang sesuatu yang dipercaya hamper semua orang di negeri ini bahwa dirinya adalah seorang reinkarnasi dari sang pahlawan bernama Vastoarta, meskipun ia masih sulit menerimanya. Awalnya ia piker itu semua hanya hayalan yang dikatakan orang-orang sebagai sebuah dokma agama atau kepercayaan tentang dongeng-dongeng yang diceritakan secara turun-temurun hingga kini, tapi kemudian ia mulai yakin dengan sendirinya bahwa Vastoarta dan keempat roh penjaga alam semesta itu ada setelah ia bertemu sendiri dengan mereka dalam sebuah penyatuan di dimensi roh. Jika ia masih menjadi Richard mungkin semua itu terdengar mustahil karena selama ini ia mengetahui semua itu dari kumpulan komik yang ia baca dan film yang sering sekali ia tonton. Tapi ia harus mempercayai semua itu saat menyadari bahwa posisinya sekarang saja sudah aneh, ia berada di dunia yang tak masuk akal. “Jadi kapan kau akan kembali ke Loth?” tanya Agras lagi. “Secepatnya, kemungkin besok atau malam ini,” ujar Prata menjawab pertanyaan Agraa. Cukup sulit rasanya meninggalkan Agras di sana, apalagi saat ia sadar ia sudah memiliki ikatan yang cukup kuat dengan anak itu, mengingat beberapa bula ia mengajarnya. Agras adalah murid pertamanya, meskipun kini ia tak menyebutnya murid teraakhir, karena setelah ini ia ingin mencari murid lain yang mungkin saja bisa membuang rasa bosannya di Loth, andai saja Lilian mengijinkan hal itu, karena sudah lama sejak menikah ia sudah sangat jarang memegang pedang. “Sampaikan salamku pada istri dan anakmu, setelah aku kembali mengalahkan Raja iblis dan para bawahannya aku akan menemuimu sebelum kembali ke Tron,” ujar Agras. “Sebelum itu berjanjilah padaku kau akan kembali dengan selamat,” kata Prata, Agras mengangguk ia hampir saja tersenyum tapi ia mengendurkannya, karena ia sadar ini bukan waktunya untuk tertawa haru. Hari-hari setelah ini mungkin tak akan sama lagi, Agras dengan perjalanan panjangnya sedangkan Prata kembali ke Loth dan mengurus keluarga kecilnya serta binatang-binatang peliharaanya. Ia mungkin tak akan lagi memegang pedang untuk waktu yang lama, kecuali Lilian mengizinkannya untuk mendirikan tempat latihan berpedang, dari situ juga bisa menghasilkan uang. Setelah pembicaraan itu Prata keluar dari kamar Agras, berjalan menyusuri Lorong kastil untuk menuju kamarnya sendiri. Kini Agras seorang diri, masih memikirkan hal itu tentang akan kembalinya Prata ke Loth. Meskipun belum lama Prata mengajari dirinya berpedang tapi ia sudah menganggap Prata seperti ayahnya sendiri pengganti Luis yang kini jauh. Meskipun awalnya Prata begitu menakutkan dan galak padanya, tapi cara mengajarnya begitu hebat hingga membuat dirinya menguasi ilmu berpedang dengan cepat. Agras bisa begitu hebat karena gurunya Prata, jika bukan karena Prata mungkin dirinya tak akan seperti itu. Destron tepat mencarikan guru untuk dirinya, mungkin jika guru lain tak akan seperti itu. Prata begitu hebat, bukan hanya tubuhnya yang seperti raksasa tapi ia memiliki kekuatan yang luar biasa, meskipun begitu Prata tak memiliki kekuatan sihir, katanya ia tak terlahir sebagai seoran penyihir. Agras kira seseorang bisa menjadi seorang penyihir jika mereka mau belajr, ternyata tak seperti konsep sihir di dunia ini. Ia tak ingin lagi merenung di kamar karena hendak ditinggal Prata, kini ia mencoba keluar dari kamar berjalan di Lorong dan seolah tak terjadi apapun. Ia hendak mencari Laika, membuat kesibukan agar ia tak bisa berada di sana, karena pastinya setelah ini ia tak akan berlatih pedang lagi nanti. “Apa kalian berdua melihat Laika?” tanya Agras begitu melihat dua orang penyihir yang berjalan di Lorong kastil. “Sepertinya ia tadi di kendang kuda,” ujar salah satu dari mereka. Agras mengangguk dan megucapkan terima kasih kemudian berlalu pergi menuju tempat di mana Laika berada. Ia tahu di mana kendang kuda itu, karena ia beberapa kali pergi kesana. Di sana banyak sekali kuda-kuda kastil, Agras pernah berpikir apa gunanya kuda-kuda itu jika mereka saja pergi kesatu tempat ketempat lain menggunakan sihir, bisa terbang ataupun berpindah tempat. Tak berapa lama ia pun sampai di sana, ia melihat Laika yang memberikan makan kuda dengan tumpukan jerami. Guru sihirnya itu bisa jadi apa saja, kadang pelayan Destron, penyambut tamu hingga pengurus kuda, seolah ia seperti robot yang di proses untuk melakukan apapun, Laika sepertinya belum bisa mengubah sifat budaknya yang melekat sejak kecil. “Sepertinya kau sangat sibuk,” ujar Agras begitu mendekati Laika. “Aku hanya bosan karena tadi hendak mengajakmu keliling kastil, kau masih berbicara dengan Prata,” kata Laika menghentikan kegiatannya. “Ah itu,” ucap Agras singkat. “Kau tahu jika Prata harus kembali ke Loth?” Laika mendekati Agras yang kini bersandar di tiang penyangga kendang kuda, Laika menangkap ada sesuatu rasa sedih yang tergambar jelas di wajah Agras. “Apa kau sedih?” kini Laika yang bertanya. “Sedikit, aku merasa kalua Prata sudah begitu baik padaku.” Air muka Agras berubah sedikit sedih seperti tadi, padahal sebelumnya sudah menghilang. “Tuan Destron mengatakan padaku bahwa penyatuanmu mengakhiri latihan, termasuk denganku,” ucap Laika. “Setelah ini kau harus pergi dari Lumiren, karena perjalananmu akan segera dimulai.” “Aku tahu itu, tapi aku akan pergi seorang diri?” “Tidak, kau akan mendapatkan teman, hanya saja mereka belum datang. Mungkin beberapa hari lagi,” kata Laika mengatakan teman Agras yang baru nantinya. Agras sedikit terkejut mendengar hal itu karena selama ini tak ada yang mengatakam hal itu padanya. Saat ia bertanya pada Laika, perempuan itu hanya menyuruhnya untuk menunggu saja sampai mereka datang. Kemudian keesokan harinya Prata benar-benar kembali ke Loth, pagi-pagi buta sekali menggunakan kuda yang kemarin diberi makan Laika. Agras hanya bisa memeluk Prata sebagai salam perpisahan dan mengucapkan banyak terima kasih karena sudah membantunya selama ini. Prata membalas pelukan itu, karena ia sudah menganggap Agras seperti anaknya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN