5. KELUARGA JULIA

1860 Kata
Saat malam hari, baik Romy maupun Julia, mereka sama-sama sedang memperhatikan indahnya bulan purnama. Mungkinkah itu sebuah pertanda? Tapi pertanda apa, pertanda baik atau buruk? Mungkin semua itu hanya sebuah kebetulan. *** Terlihat Julia masih duduk di kursi taman, sepertinya masih bersedih, karena dia masih menutupi wajahnya. "Non Julia, apa yang sedang kamu lakukan? Apa yang terjadi? Kenapa menangis?" tanya seorang wanita paruh baya. "Bik Enny! Hehe, gak ada apa-apa kok Bik! Siapa yang lagi menangis, Bik Enny salah paham tau," kaget Julia namun segera terkekeh. "Syukurlah kalau begitu, aku gak jadi khawatir." Ternyata wanita paruh baya itu adalah salah 1 pembantu di rumah Julia, dia adalah pembantu yang paling perhatian dengan Julia, tentu saja dia juga baik hati. Bik Enny mendekati Julia dan ikut duduk untuk menemani sebentar, Julia sangat senang ada yang menemani. "Tapi kenapa Non Julia terlihat sedih begini, Bibik gak bisa dibohongi jika mengenai hal seperti ini. Cerita saja sama Bibik, gak perlu malu," ucap Bik Enny dengan lembut, bahkan sambil membelai rambut panjang milik Julia. Rambut Julia sangat halus dan rapi, mungkin banyak perawatan rambut yang dilakukannya setiap waktu. Julia tersenyum, kemudian memeluk Bik Enny. "Makasih Bik Enny, kamu selalu mengerti akan perasaan Julia, tapi ... Maaf, Julia belom bisa cerita mengenai hal ini." "Jika memang begitu yang kamu inginkan, tidak apa-apa. Bik Enny tidak memaksa, mungkin kamu hanya belom siap," balas Bik Enny. Julia melepas pelukan, kemudian berkata, "Sekali lagi makasih ya Bik, mungkin suatu saat Julia akan cerita." Kenapa Julia tidak mau cerita sekarang? Hal itu karena dia tidak ingin membahas mengenai cinta kepada orang lain, meski dengan orang baik. Julia hanya tidak mau berita itu terdengar hingga ke banyak anggota keluarga, apalagi jika sampai terdengar ayahnya, bisa berakibat buruk, karena bisa saja ayahnya malah cepat-cepat ingin menjodohkan Julia saat mendengar itu, jadi lebih baik Julia simpan dulu perasaan sedih mengenai cinta itu, dia berharap suatu saat akan mendapat keajaiban cinta, tanpa harus dijodohkan oleh orang tuanya. "Ya udah, satu pesan dari Bibik. Apapun yang sedang Non Julia rasakan, jangan sedih ya! Semoga apa yang membuat kamu sedih, segera terselesaikan. Ayo masuk ke dalam! Sebentar lagi waktunya di dalam rumah. Jangan sampai terlambat, agar tidak dihukum, oke?" ajak Bik Enny. "Oke Bik, tapi aku mau di sini sebentar lagi, Bik Enny duluan saja gak apa-apa," jawab Julia. "Baiklah kalau begitu." Bik Enny beranjak dari kursi ingin menuju ke dalam rumah, mungkin ingin menyelesaikan tugas lain sebagai pembantu, tidak lupa memberi ucapan perpisahan agar Julia tidak terlambat masuk rumah. Julia hanya menjawab dengan tersenyum. "Apa aku harus selalu mentaati peraturan keluarga. Sejujurnya lama-lama jadi bosan, tapi ... Ya udahlah, mungkin lebih baik ikuti aturan keluarga agar lebih aman," gumam Julia. Masih ada waktu sekitar 10 menit untuk berada di luar rumah, padahal Julia masih di area halaman rumah, namun maksud dari peraturan itu adalah mengharuskan anggota keluarga utama berada di dalam rumah, bukan halaman atau taman rumah, hal itu agar tidak ada bahaya yang mengancam mereka. Meski itu sangat baik, tapi peraturan tersebut tampaknya terlalu berat, apalagi batas waktu untuk wajib di dalam rumah adalah jam 9 malam. Sebelum masuk rumah, Julia memandang bulan purnama lagi. "Wahai bulan purnama yang indah, sampaikan salamku pada pria yang saat ini sedang memandang keindahan bentuk sempurnamu. Katakan padanya bahwa ... Aku sedang menunggu kehadiran pria itu. Tolong ya, please!" Julia tersenyum bahagia dan berharap agar bulan purnama itu mau menyampaikan salam tersebut, meski seharusnya itu mustahil, tapi tidak ada yang tahu. "Sampai jumpa!" ucap Julia yang terakhir, kemudian bergegas memasuki rumah agar tidak terlambat. Di tempat lain, tepatnya Romy berada. Ternyata dia masih berada di atas batu besar dan sedang memandang bulan purnama dengan tersenyum, sesaat kemudian tiba-tiba ada bintang jatuh yang melintasi bulan purnama, saat itu juga Romy terkejut hingga membuat jantungnya berdetak tidak karuan. "Apa itu tadi? Bintang jatuh kan? Kenapa bisa tepat melintas di tengah bulan purnama?" kaget Romy bertanya-tanya. Dia mencari ke arah jatuhnya bintang tersebut, namun sangat cepat hingga akhirnya tidak ditemukan, apalagi Romy sempat kaget. "Aduh, sayang sekali. Seandainya aku bisa memotret bintang jatuh tadi, pasti akan menjadi foto yang sangat sempurna. Tapi sudah terlambat, apalagi sangat sulit memotret moment yang cepat dan mendadak seperti itu. Gak apa-apalah, setidaknya aku udah mendapat foto bulan purnama indah ini," ucap Romy sedikit menyesal, tapi mau bagaimana lagi, hal seperti itu tentunya sangat sulit. "Tunggu, ada apa sebenarnya? Malam ini terasa sangat berbeda. Ini aneh, pertanda apa ini? Aku harap sesuatu yang baik." Romy mencoba berpikir, namun menurutnya, hal ini hanyalah kebetulan semata, jadi dia tidak ingin memikirkan hal tersebut terlalu dalam. "Sebaiknya aku pulang, ini udah semakin malam." Sebelum pulang, Romy memandang sebentar bulan purnama indah tersebut, lalu berkata, "Bulan, malam ini kamu begitu indah. Mungkinkah ada sesosok bidadari cantik jelita yang merasuki bentukmu? Aku rasa itu mustahil. Tapi, sebab apapun kamu menjadi seindah ini, semoga pertanda baik." Romy segera pulang, mungkin ingin istirahat meski waktu belum begitu malam bagi seorang pria. Namun untuk Romy yang jarang keluar hingga larut malam, dia lebih memilih berada di dalam rumah. Entah kepada Romy juga tidak punya teman dekat pria, mungkin karena sejak kecil dia seorang yatim piatu, jadi lebih sering sendirian, ditambah rumah Romy termasuk berada di bagian pinggir desa, apalagi penduduk di desa ini tergolong sedikit, bisa dikatakan desa kecil dan terpencil. Romy tidak takut sama sekali lewat jalan kebun seorang diri pada malam hari, mungkin karena lokasinya tidak begitu jauh dari rumahnya, binatang buas malam sepertinya juga tidak ada. Jika seandainya memang ada, Romy sudah terbiasa mengatasi binatang semacam itu, karena dia sering berkelana di hutan untuk mencari objek foto yang menarik demi mendapatkan uang, sekalian jalan-jalan dan olahraga. Suara-suara serangga malam terdengar merdu, seperti jangkrik, belalang atau yang lain. Sekitar 10 menit jalan kaki, akhirnya sampai juga di rumah. Romy segera masuk rumah yang pintunya tidak dikunci, neneknya sudah hafal dan tidak perlu mengunci pintu saat Romy di luar rumah. Setelah dia masuk, dia mengunci pintu rapat-rapat, karena dia ingin istirahat atau melakukan sesuatu di kamar tidurnya. Jika ada orang yang datang, dia tinggal membuka lagi, tapi sangat jarang ada orang yang datang ke rumah Romy pada malam hari. Kemungkinan neneknya sudah tidur, dia tidak ingin mengganggu tidur nenek tercintanya itu, karena tidak ada hal yang perlu diminta bantuan neneknya. Romy menuju dapur untuk minum, lalu duduk di kursi meja makan. Dapur milik keluarga Romy sederhana, bahkan memakai kayu bakar, meja makan juga satu ruangan dengan tempat memasak, meski agak jauh. Dia makan martabak manis yang masih tersisa, sayang jika tidak dihabiskan malam ini, karena besok bisa berkurang rasanya, meski sebenarnya belum basi. Sekian menit berlalu, kini Romy ada di dalam kamar tidurnya, dia mengambil buku kecil yang sering digunakan untuk menulis sesuatu itu. Dia tersenyum sambil mengingat sesuatu, mungkin beberapa hal yang baru saja dia alami. Ternyata buku itu adalah kisah-kisah hidup Romy yang menurutnya menarik, dia selalu menulisnya di buku kecil tersebut, bisa dibilang itu adalah diary spesial Romy. Dia segera menulisnya agar tidak hilang dalam pikirannya, dia pasti menulis kisah yang barusan terjadi di kebun, termasuk melihat bintang jatuh di bulan purnama, karena itu sangat spesial dan membuat jantung Romy berguncang. Di rumah Julia, dia sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya, ada juga seorang gadis yang mungkin hampir seumuran dengan Julia. Siapakah gadis itu? Pasti orang yang sangat penting di keluarga konglomerat ini. Selain itu, ada juga wanita paruh baya lain yang duduk di sanding seorang pria, bahkan pria itu duduk di antara 2 wanita paruh baya. Ya, pria itu adalah ayah Julia, sedangkan 2 wanita paruh baya itu adalah istri-istrinya, hal itu menyatakan fakta bahwa ayah Julia memiliki 2 istri. Ayah Julia bernama Richard Keino Bahtian, mempunyai kumis agak tebal, namun terlihat menawan meski laki-laki paruh baya, ketampanannya masih terlihat. Ibu kandung Julia bernama Marry Stevani Bahtian, dia terlihat sangat cantik seperti Julia, mungkin banyak perawatan wajah dan badan setiap saat, sementara ibu tiri Julia atau istri kedua Richard bernama Leny Kumala Bahtian, terlihat cantik juga meski lebih cantik Ibunya Julia. Mereka adalah keluarga yang taat dan harmonis, mereka semua sedang mengobrol sambil makan cemilan, serta minum teh hangat. Mereka sering melakukan itu sebelum waktu tidur tiba, hal itu agar keharmonisan keluarga besar tersebut selalu terjaga. "Kak Julia, gimana perjalanan tadi pagi? Apakah menyenangkan?" tanya seorang gadis yang duduk di dekat Julia. Sebenarnya dia adalah anak dari istri kedua Richard, bernama Prita Kumala Bahtian. Termasuk cantik juga, namun Julia terlihat lebih cantik dan manis, apalagi bibir Julia yang merah dan tipis itu. "Lumayan menyenangkan, aku melihat ada kupu-kupu menawan hinggap di bahuku," jawab Julia dengan tersenyum. "Wow, benarkah?" "Iya, aku berharap itu adalah ...," ucap Julia terhenti, karena tidak ingin salah bicara. Hal itu membuat keluarganya sedikit terheran dan juga penasaran. "Berharap apa Julia?" tanya ayahnya. "Bukan apa-apa, Ayah. Julia cuma berharap, kupu-kupu itu bisa menemani aku setiap saat, tapi tentu saja gak mungkin, hehe!" "Kamu ada-ada saja!" Julia malah terkekeh hingga yang lainya menggelengkan kepala. Sebenarnya Julia tidak ingin jika harus membahas calon pendamping hidupnya atau lawan jenis, karena Julia berharap bahwa kupu-kupu hitam itu adalah jelmaan seorang pangeran. Umur Julia saat ini sudah memasuki usia 25 tahun, sebenarnya umur yang sangat matang bagi seorang gadis dalam menuju pernikahan. Sementara Prita hanya beda 1 tahun lebih muda, yaitu 24 tahun. Oleh sebab itu, Prita memanggil Julia dengan sebutan Kakak, sepertinya Prita juga seorang gadis yang baik hati. Dengan 2 anak gadis tersebut, itu berarti keluarga Bahtian tidak memilki anak laki-laki, jadi untuk mencari penerus pemimpin keluarga, hanya bisa berharap pada menantu mereka, alias suami dari Julia atau Prita kelak. Saat ini Julia sudah berumur 25 tahun, tapi kenapa ayahnya belum mencarikan jodoh? Mungkin saja sedang menunggu waktu yang tepat, atau bisa jadi malah sebentar lagi. Mungkin juga ada kendala bagi calon menantu yang didamba-dambakan ayahnya. Sebenarnya untuk peraturan-peraturan di rumah Julia sudah turun temurun sejak kakek nenek mereka, jadi mereka ingin menjaga peraturan tersebut demi kebaikan keluarga besar. Semua kakek atau nenek Julia sedang mengunjungi rumah saudaranya. Oleh karena itu, tidak terlihat satu pun dari kakek atau nenek mereka. "Julia, sekarang kamu sudah sangat dewasa. Jadi, apakah kamu sudah siap untuk ...," tanya ayah Julia, namun tiba-tiba berhenti, semua menjadi terdiam dan ingin mendengar kelanjutannya. "Oh, lupakan saja! Mungkin kamu belom siap." "Apa maksud Ayah?" tanya Julia. "Bukan apa-apa, lain kali saja kita bahas bersama," jawab ayahnya. Kemungkinan besar Pak Richard ingin membahas tentang perjodohan, tapi entah mengapa tidak jadi, pasti karena waktunya kurang tepat. "Sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan jodoh, apalagi calon menantu yang aku dambakan masih di luar negeri. Aku harus bersabar," lanjut ayahnya berkata dalam hati. "Baiklah kalau begitu," ucap Julia. "Aduh, jangan-jangan ayah ingin membicarakan tentang perjodohan. Tidak! Aku tidak mau. Sebaiknya aku kabur, agar Bunda dan yang lain tidak penasaran," lanjut Julia dalam hati. "Ayah, Bunda, semuanya. Maaf, aku harus ke kamar tidur segera. Kebelet pipis juga nih!" pamit Julia. "Oke, sebentar lagi sudah waktunya. Kami juga akan segera menyusul," jawab ayahnya. "Julia duluan ya! Selamat malam!" "Malam!" jawab semuanya. Waktu untuk istirahat memang sebentar lagi tiba, jadi Julia mencari alasan yang tepat. Dalam peraturan keluarga, semua harus tidur pada pukul 10 malam, setidaknya di dalam kamar tidur. Sebenarnya cukup dini untuk tidur, tapi itu memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN