6. SENAM PAGI

1150 Kata
Julia menyuruh pada bulan purnama untuk menyampaikan salamnya pada pria yang tidak diketahui, sungguh lucu. Namun uniknya, ada sesuatu yang terjadi di tempat Romy, yaitu ada bintang jatuh tepat melintasi bulan purnama, apakah itu pertanda bahwa salam Julia tersampaikan pada Romy, sebenarnya tidak masuk akal, tapi sangat menarik. *** Saat bersama keluarga, Julia mencoba kabur dari obrolan, keluarganya memperhatikan sesaat kepergian Julia, setelah itu Ibunya Julia bertanya, "Pa, sebenarnya apa yang tadi ingin Papa bahas?" "Tadi itu? Bukan apa-apa, lupakan dulu," jawab Ayah Julia. "Kenapa Pa? Apakah itu sangat penting?" "Udah, saatnya kita tidur. Aku sangat ngantuk." Pak Richard beralasan agar tidak membahas hal itu, tapi semua itu malah bagus, terutama untuk Julia yang tidak mau dijodohkan. "Papa!" panggil Bu Marry, namun diabaikan oleh suaminya. "Ya udahlah, sebaiknya kita juga tidur," lanjutnya menyerah, kemudian bergegas menyusul suaminya. Prita dan Ibunya pun ikut beranjak dan menuju kamar tidur masing-masing, tentu saja Bu Marry dan Bu Leny tidur dengan kamar yang berbeda, sedangkan Pak Richard biasa tidur bergantian di kamar salah 1 istrinya, terkadang dengan Bu Marry dan terkadang dengan Bu Leny. Malam ini Pak Richard tidur di kamar Bu Marry, sepertinya cukup romantis bagi yang mau menerima keadaan terutama untuk Pak Richard, tapi bagi kedua istrinya tentu hal itu tidak akan mudah untuk dilakukan, mereka harus sabar dan mau menerima dengan lapang d**a. Tapi hanya sedikit wanita yang mau di madu, mungkin kurang bebas bagi para wanita. Sebaiknya memiliki 1 istri saja sudah cukup dan membahagiakan, asalkan setia, taat, dan patuh terhadap suami, begitu juga sebaliknya, suami harus sayang, perhatian, dan mengerti akan perasaan istri. Di dalam kamar Julia, dia mulai khawatir akan jodoh hidupnya, apalagi ayahnya baru saja mengatakan kedewasaan dirinya. Sebenarnya Julia mengerti maksud tersebut, tapi pura-pura tidak dan berusaha menghindar dari pembahasan mengenai jodoh. Julia melemparkan badannya dengan pelan ke kasur, dia merasa sedikit lemas. Sambil memandang langit-langit kamar tidur, dia berkata, "Ayah, tolong jangan pikirkan dulu mengenai jodohku ya! Aku gak mau dijodohin, aku mau cari sendiri jodohku." Julia berpikir sesaat, kemudian cemberut karena ingat sesuatu. "Tapi gimana caranya, sepertinya sangat sulit menemukan pangeranku, apalagi waktu di luar rumah sangat terbatas," lanjutnya, kemudian mengambil bantal untuk menutupi wajahnya. "Tidak! Ini sungguh buruk," ucapnya sambil guling-guling lucu di kasur, sesaat kemudian dia berhenti sambil badan miring. "Pangeran, gimana kalau kamu yang mencari aku, mau ya, please! Aku akan menjadi pendamping yang setia sampai akhir," ucap Julia penuh harap dan tersenyum, tapi tiba-tiba bersedih. "Tapi, apa mungkin ada pangeran yang menyukai aku. Entahlah, semoga ada keajaiban yang datang suatu saat nanti. Aku harus yakin, aku harus optimis. Semoga secepatnya!" Julia tersenyum kembali, dia berniat ingin segera tidur, namun sebelum itu, dia menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar miliknya itu. Mungkin dia ingin membersihkan wajah atau hal lain agar tidur menjadi nyenyak. Kamar tidur pribadi Julia tentu saja mewah, karena dia adalah anak orang kaya. Kamar mandi ada di dalam, kasurnya tebal dan terlihat mahal, ada karpet di seluruh lantai kamar tidurnya, almari besar, tempat berkaca dan menghias wajah. Sepertinya Julia bisa berdandan, karena ada banyak produk-produk kecantikan di tempat berkaca tersebut, ada bunga-bunga hiasan, dan masih banyak lagi sesuatu yang terlihat indah serta mewah di dalam kamar tersebut. *** Pagi hari sudah tiba, ini adalah weekend, jadi Julia tidak diperbolehkan keluar halaman rumah. Dia dan Prita hanya bisa menghabiskan waktu di rumah selama 2 hari, peraturan yang cukup tidak enak. Meski begitu, Julia mentaati peraturan tersebut, dia sudah terbiasa menjalani semua peraturan keluarga, dia hampir tidak pernah melakukan kesalahan, mungkin hanya kesalahan kecil yang pernah dia lakukan. Di hari pagi weekend ini, keluarga Julia rutin melakukan senam bersama. Pasti sangat seru dan mengasikkan, sebagian besar yang tinggal di rumah besar Julia ikut senam bersama, termasuk semua pembantu, beberapa penjaga atau bodyguard Julia maupun Prita, dan sepertinya ada beberapa tetangga dekat keluarga konglomerat tersebut, itu berarti keluarga Julia cukup akrab dengan tetangga dekat. Semua menikmati senam pagi dengan bahagia. Julia terlihat memakai pakaian olahraga, tentu saja terlihat ketat dan seksi, Julia terlihat aduhai, mungkin bagi pria yang melihatnya pasti terpana. Akan tetapi terlihat pria-pria bodyguard dan lainnya tampak biasa saja tanpa ada yang kehilangan fokus dalam senam pagi. Bisa jadi mereka sudah terbiasa atau takut dinilai buruk bagi keluarga Julia, jadi para pria tersebut tidak mau membuat kesalahan. Suara musik senam sangat enak didengar telinga, udara pagi tampaknya terasa sejuk, hal itu karena banyak tanaman bunga, rerumputan dan pohon hijau di dalam halaman rumah besar tersebut. Gerakan demi gerakan senam tampak rapi dan seru. Julia senam sambil tersenyum bahagia serta penuh semangat, dia sangat menikmati senam pagi ini. Sekitar 1 jam, senam pagi akhirnya selesai, semua bergegas istirahat. Keluarga Julia selalu menyiapkan makanan dan minuman untuk menghilangkan rasa lelah para peserta senam pagi, sungguh baik dan dermawan keluarga konglomerat tersebut. Julia mengambil sebotol air mineral, lalu meminumnya. "Ah, segarnya!" ucap Julia setelah menenggak minuman, dia duduk di pinggir taman, tidak lupa meluruskan kakinya karena sehabis olahraga senam. Bisa bahaya bila menekuk kaki setelah olahraga, karena bisa membuat otot dan sendi kaki bermasalah. "Julia, sepertinya kamu semangat sekali pagi ini?" tanya Ibu kandungnya. "Bunda, masa sih? Perasaan sama saja," jawab Julia. "Iya, sangat berbeda dari hari senam-senam sebelumnya." Julia merasa malu, meski itu adalah ibu kandungnya sendiri. Julia mengatakan bahwa mungkin akan ada hal baik yang datang padanya sebentar lagi, dia minta do'a pada ibunya tersebut. Mendengar itu, tentu saja ibunya sangat mendukung dan mendo'akan Julia yang terbaik. "Julia, sekarang kamu udah sangat dewasa. Mungkin sebaiknya segera ...," ucap Ibunya terhenti karena Julia tahu maksudnya, sehingga menyela. "Aku tau Bunda, tapi tolong jangan pikirkan itu dulu, aku belom siap, hehe." Julia mengatakan itu sambil memeluk ibunya, bermaksud agar ibunya mengerti. Mendapat itu, ibunya hanya bisa menghela napas. "Baiklah, mau gimana lagi!" ucap Bu Marry. Saat mereka berpelukan, ibunya ingin mengecek sesuatu. "Bentar! Julia, punyamu ini udah cukup besar. Saatnya sudah tiba ...," ucap ibunya dengan terkekeh, dia menyentuh bagian depan atas milik Julia, hal itu membuat Julia sangat malu. "Bunda, apaan sih! Jangan berpikir yang aneh-aneh donk!" Ibunya hanya terkekeh tanpa peduli dengan ucapan anak tercintanya tersebut. Selanjutnya, mereka mengobrol seru sekaligus istirahat yang cukup dari olah raga senam. Hingga sekian menit berlalu mereka meninggalkan tempat itu, mereka ingin mandi dan lain sebagainya. *** Julia sudah mandi dan dandan sangat cantik di kamarnya, saat ini dia sedang memandang luasnya halaman rumah dan taman di sekitar rumahnya, tepatnya melihat dari jendela kamar. "Sedih, hari ini gak bisa keluar rumah. Padahal aku berharap bisa ketemu sang pangeran," gumam Julia tampak sedih di wajahnya, namun segera tersenyum. "Gak apa-apa, ini belom berakhir. Masih banyak waktu yang akan datang. Pangeranku, tunggu aku ya! Aku harap di antara kita, ada yang menemukan kita. Entah aku dulu, atau kamu dulu yang melihat," ucapnya penuh harap. Setelah itu, dia turun untuk sarapan bersama, karena ini sudah waktunya. Julia tampak tersenyum sambil menuju ke ruang makan, entah kenapa dia merasakan firasat baik yang akan datang sebentar lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN