4. BULAN PURNAMA

1680 Kata
Romy menyetor pekerjaan sehari-harinya, yaitu sebagai fotografer handal yang tersembunyi. Dia menyetor ke sebuah perusahaan seni internasional, dengan hasil itu, Romy bisa menabung dan mambantu neneknya dalam bertahan hidup, bahkan mereka tidak pernah kekurangan makanan, apalagi ditambah adanya kebun sayuran di belakang rumah Romy, tentunya hal itu sangat bermanfaat. *** Di perjalanan ke rumah, Romy mengendarai motornya dengan santai. Suasana sore hari di jalanan kota cukup ramai, tapi Romy tidak menjadikan itu masalah, Romy adalah orang yang santai dan tidak memikirkan sesuatu hingga pusing. Matahari masih bersinar dengan warna yang mulai jingga, Romy terkadang mengendarai motor dengan bernyanyi atau bersiul, sungguh pemuda yang santai. Neneknya pun tidak mungkin khawatir dengan Romy di saat keluar rumah, karena Romy orang yang bisa menjaga diri dengan baik, apalagi pemuda yang baik dan hampir tidak pernah membuat masalah dalam hidupnya. Namun tidak tahu untuk hari-hari ke depannya, semua pasti berharap Romy dan neneknya akan selalu hidup damai dan bahagia. Sekitar 30 menit berlalu, kini Romy sudah sampai di rumahnya, dia memarkirkan motornya tepat di samping pintu. "Yuhuu, sampai juga di rumah. Aku harus segera mandi, keringat udah mulai gak enak, badan agak gatal, dan hari hampir gelap," gumam Romy setelah turun dari motor, dia segera memasuki rumahnya. "Nek! Romy pulang bawa oleh-oleh nih!" ucap Romy agak teriak. Neneknya mendengar itu, lalu segera menghampiri Romy. "Kamu bawa apa, Romy? Aku tau, pasti kesukaan Nenek." "Iya donk Nek, Romy pasti gak akan lupa, hehe!" jawab Romy tersenyum lebar. Neneknya merasa sangat senang mendapat itu, dia segera mengambil oleh-oleh itu untuk dimakan. Namun sebelum itu, dia menaruh bakpia kacang hijau dan martabak manis di meja makan, dia ingin mengajak Romy untuk makan bersama, tapi Romy ingin mandi dulu karena badan kurang nyaman. Neneknya pun tidak melarang dan segera menyuruh untuk mandi agar badan segar dan bersih. Setelah itu, neneknya makan sendiri sedangkan Romy bergegas mengambil pakaian ganti di kamarnya. "Pakai kaos yang mana ya? Ini saja, sepertinya nyaman dipakai," gumam Romy saat memilih kaos warna biru, dia juga mengambil celana pendek dan pakaian dalam. Selanjutnya menuju kamar mandi yang ada di luar rumah sekitar 10 meter, tidak lupa mengambil handuk yang di jemur pada pinggiran rumahnya. Kamar mandi milik keluarga Romy memang tidak ada di dalam rumah, tepatnya ada di belakang rumah. Hal itu karena mereka hidup sederhana namun bahagia. Bahkan kamar mandi beratapkan langit terbuka, bukan karena tidak mampu membuat genting atau sejenisnya untuk berteduh, akan tetapi karena itu adalah keinginan Romy, dia lebih suka mandi dengan atap terbuka. Hal itu membuat suasana lebih sejuk seperti mandi di alam bebas yang segar dan mengasikkan, neneknya pun tidak masalah dengan hal itu, asalkan di sekeliling kamar mandi tertutup rapat. Lagi pula siapa yang ingin mengintip mereka, jelas tidak ada, apalagi lokasi ada di belakang rumah yang di sekitar itu tidak ada rumah orang lain, meski ada pohon-pohon tinggi, namun pohon itu cukup jauh dari letak kamar mandi Romy. Romy segera mandi agar badan segar dan bersih, dia memasuki kamar mandi sambil bersiul. Setelah sampai di dalam kamar mandi, dia menaruh pakaian ganti dan handuk di tempat yang disediakan, tentu saja cukup jauh dari air untuk mandi, hal itu agar tidak basah terkena percikan air saat mandi. Meski Romy adalah keluarga sederhana, namun sumur mereka sudah menggunakan pompa air, mungkin agar lebih mudah untuk mandi dan keperluan lain sebagainya. Romy segera mencopot pakaiannya, mulai dari kaos hingga seluruh pakaiannya tanpa tersisa sehelai benang pun di badannya. Badan Romy ternyata cukup atletis, putih dan bersih, seharusnya Romy termasuk pria idaman bagi banyak wanita, tapi tidak tahu kenapa, saat ini dia masih jomblo, masih banyak misteri yang belum terungkap dalam kehidupan Romy. Sebelum mandi, dia memandang air untuk bercermin. Air untuk mandi di tampung pada sebuah tempat air yang terbuat dari tanah liat yang dibakar hingga merah, berbentuk bulat dan lebar. "Air ini salalu jernih, aku harap selalu seperti ini. Tapi sayang sekali, isi hatiku belum sejernih air ini," gumam Romy sambil memandang air. "Sial, aku ini bicara apa sih?" lanjutnya merasa aneh, mungkin karena dalam hatinya masih kesepian, jadi terasa tidak jernih. "Sepertinya aku cukup tampan, seharusnya gak ada yang menolak aku jika aku mencintai seorang gadis, tapi ... Agrh! Aku terlalu pemalu jika berhadapan dengan gadis. Sampai kapan aku harus seperti ini? Sial, mending mandi saja, pusing mikirin cinta!" gumamnya cukup konyol. Mungkin sebab itu, sekarang Romy masih jomblo, apalagi dia adalah orang yang tertutup jika saat berada di luar rumah, terutama ketika di luar desa. Namun bagaimana dengan gadis yang ada di desanya? Semua itu masih menjadi rahasia dalam hidup Romy, seharusnya ada gadis yang jatuh hati kepada Romy atau sebaliknya, namun semua itu belum bisa diketahui secara pasti, suatu saat pasti akan terungkap. Romy mandi dengan air segar, suara air terdengar meriah. Terkadang Romy mandi sambil bersiul untuk menambah keasikan saat mandi. Kebanyakan orang saat mandi memang seperti itu, baik pria maupun wanita, terutama saat tidak ada orang yang mendengar, entah sambil bernyanyi, bersiul, berpikir, atau bergumam. Entah kenapa melakukan itu di saat mandi terasa lebih asik dan menjadi semangat dalam mandi. Angin semilir menambah kesejukan Romy dalam mandi, seluruh tubuhnya sudah basah kuyup dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tidak lupa memakai sabun dan sampo agar aroma tubuhnya harum dan kuman-kuman hilang, meski nanti tidak ada gadis yang ditemui, apalagi menemani tidur. Sekitar 15 menit Romy mandi, akhirnya selesai juga dan sudah berpakaian. Romy berjalan menuju rumah sambil mengusap-usap rambut basahnya. Saat Romy melakukan itu, terlihat sungguh menawan. Seandainya ada gadis yang melihat, mungkin langsung terpana, apalagi wajah manisnya terlihat semakin bersih, hal itu karena sehabis mandi. Romy menaruh handuk ke tempat jemuran dekat rumah, lalu menaruh pakaian kotor di keranjang dekat pintu masuk ruang belakang. Biasanya Romy mencuci pakaian pada pagi hari, jadi untuk saat ini pakaian kotor ditaruh lebih dulu. Waktu terus berlalu, saat ini malam sudah tiba dan cuaca malam sangat cerah serta banyak bintang bertaburan di langit, bulan purnama pun bersinar terang menghiasi indahnya langit malam. Terlihat Romy sedang berjalan memakai kaos biru lengan panjang, dia juga memakai celana jeans. Ingin pergi ke mana dia? Sepertinya tidak jauh, karena penampilan Romy tidak tertutup seperti biasanya, alias tidak memakai topi, jaket, dan kacamata, namun dia membawa kamera tercintanya. Saat ini Romy terlihat tampan, apalagi memakai pakaian santai begitu. Romy berjalan menuju tempat yang agak sepi, entah tempat apa itu, tampaknya menuju kebun. "Udah berapa hari aku gak ke sini, rasanya sangat kangen," gumam Romy. Ternyata ada sebuah batu besar di sekitar kebun, lokasinya tidak begitu jauh dari rumah, dia menuju ke sana. Kemudian naik ke atas batu besar dan duduk. Area batu besar itu sangat strategis, bisa memandang indahnya langit malam, karena letaknya jauh dari pepohonan. Dengan wajah tersenyum, Romy memandang langit, tepatnya bulan purnama yang sedang bersinar terang. "Bulan purnama, kau begitu indah! Aku jadi kangen dengan masa-masa lalu yang ...," ucap Romy terhenti karena ingat sesuatu, tapi tidak jadi melanjutkan ucapannya. "Ya, aku gak boleh terus bersedih. Aku harus menjalani hidup yang sekarang dengan semangat, aku harus memulai semua ini dari nol," ucap Romy mencoba melupakan sesuatu yang baru saja dia ingat. Sebenarnya apa ingatan Romy di tempat indah tersebut? Mungkinkah ada hubungannya dengan kisah cinta di masa lalu? Atau suatu hal lain? Masih sulit untuk dijelaskan. Mungkin Romy akan menceritakan semua itu jika waktunya sudah tiba, tentu saja harus ada orang spesial untuk menceritakan kisah masa lalunya, tidak mungkin cerita pada neneknya, sungguh lucu jika begitu. Meski neneknya adalah orang yang spesial, tapi itu dari sisi yang berbeda tentunya. Romy mengambil kamera yang digelantungkan di leher, dia berniat memotret indahnya bulan purnama yang sedang bersama bintang-bintang di langit, terlihat begitu indah. Ada sedikit awan putih juga yang melintas, Romy akan mengambil situasi yang paling sempurna dalam memotret moment itu. *** Jauh di tempat lain, terlihat sebuah bangunan mewah, megah, dan bertingkat. Sebenarnya rumah siapa itu? Pastinya rumah seorang konglomerat. Di sebuah taman indah samping rumah tersebut, terdapat seorang gadis sedang duduk di kursi taman seorang diri, namun ada beberapa penjaga agak jauh dari taman. Tampaknya gadis itu sedang memandang indahnya bulan purnama, karena wajahnya mengarah ke langit malam. "Kenapa bulan purnama malam ini sangat indah? Sangat berbeda dari biasanya, pertanda apakah ini?" ucap gadis itu yang ternyata adalah Julia, gadis yang berada di taman pada siang hari itu, gadis yang sempat berpapasan dengan Romy namun tidak saling melihat, hanya saling merasakan saat sudah jauh. Apa hubungannya Julia dengan Romy, tampaknya tidak ada, apalagi mereka tidak saling kenal. "Adakah pria tampan di balik wajah bulan purnama itu? Aduh, bicara apa aku ini, sungguh konyol." Julia berkhayal bahwa ada seorang pria tampan yang sedang memandang dirinya lewat bulan purnama, terlihat Julia memandang itu dengan seksama, dengan wajah tersenyum dan terlihat sangat cantik, begitu beruntungnya bagi siapa saja pria yang bisa memilikinya. Selain cantik, dia anak orang kaya dan kemungkinan besar Julia berhati baik serta lembut. "Tapi, aku berharap ada pria yang sama-sama sedang memandang bulan purnama. Jika pria itu mengharap sebuah cinta, maka sama dengan aku, karena aku juga sedang berharap datangnya sebuah cinta. Jika memang ada pria yang berharap sama, maka ...," gumam Julia tiba-tiba wajahnya memerah. "Aaa, aku terlalu berlebihan," lanjutnya sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, tampaknya dia merasa sangat malu, padahal sedang sendirian. Sambil menutupi wajahnya, Julia berkata, "Tapi, seandainya memang ada, bagiamana? Oh tidak, bagaimana aku bisa menemukan pria itu? Sepertinya mustahil, bahkan aku tidak tau wajah maupun tempat tinggalnya. Hiks! Betapa menyedihkan diriku ini, selalu sulit untuk bertemu dengan seorang pria." Julia sedikit sedih akan nasibnya, hal itu karena hidupnya selalu dibatasi dan banyak larangan. Mungkin sangat cocok jika seorang anak gadis konglomerat dijodohkan oleh orang tuanya, bisa jadi seperti itulah yang akan dialami Julia suatu saat. Tapi sejujurnya, Julia tidak mau mendapat hal perjodohan, menurut Julia itu sungguh tidak adil. Mungkin orang tua Julia sangat setuju dan bahagia, tapi hati Julia tentu saja sakit karena terpaksa. Julia berharap agar dalam hidupnya tidak pernah ada yang namanya perjodohan, dia akan menolak dengan tegas, meski sangat beresiko. Namun untuk saat ini, hidupnya masih aman dari perjodohan, mungkin ada alasan tersendiri. Entah mengapa orang tua Julia belum menjodohkan gadis yang bernama lengkap Julia Stevani Bahtian tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN