“Dimana saya bisa menemukannya, Pak? Jujur sampai detik ini, saya belum menemukan orang yang tepat. Pak Slamet di rumah juga membantu mencarikan orang yang bisa menyembuhkan bapak, tapi masih belum menemukan. Dimana ya, Pak? Kalau saya cari ustad, terus siapa yang mau menolong bapak dengan keadaan beliau seperti itu? Saya harap-harap cemas, Pak, takut nggak ada yang menerima. Resiko yang ditanggung juga berat, Pak, kalau masalah seperti ini. Yang dulu saja sampai kena imbasnya, saya jadi takut sendiri, Pak. Pasti banyak yang menolak karena sudah mengetahui background bapak. Yang menyerang bapak bukan sembarang santet, Pak. Kata orang-orang, banaspati itu berat yang berhasil sembuh.” Aku menghela napas perlahan. Pak Darmin menatap ke arahku dengan pandangan sendu, beliau mengusap tanganku.
