Nampak Samudra tersenyum. Lalu menepuk beberapa kali puncak kepala Ila seperti se ekor anak kucing yang lucu.
"Pinter... udah nggak panas lagi. Yuk makan siang... abis itu berangkat." Ucap Samudra pada gadis itu. Dan langsung mendapatkan anggukan dari Ila. Keduanya pun menikmati makan siangnya bersama. Hingga usai makan siang. Keduanya bersiap-siap berangkat.
"Perjalanan yang akan kita tempuh lumayan lama kak... apa nggak apa-apa?" tanya Ila pada lelaki itu.
"Nggak apa La... emangnya kalau jauh, bakalan nggak jadi nikah kita? enggak kan?" yuk ah..." ucap lelaki itu yang nengajak Ila masuk kedalam mobil.
"Astaga! ini semua apaan kak?" tanya gadis itu yang begitu kaget saat melihat barang bawaan Samudra yang ada di bagian jok belakang.
"Ya kan mau ke rumah calon mertua La... masak iya sih nggak bawa apa-apa?" tanya balik Smudra pada gadis di sampingnya.
"Itu pun di dalam bagasi masih ada loh, La..." ucap Samudra lagi. Ila hanua terdiam ketika mendengar ucapan lelaki itu.
"Pasti berat ya kak? harusnya nggak usah beli sebanyak ini kak, dan lagi... kita bikah juga butuh biaya, akh... kenapa juga kakak belum apa-apa udah menghamburkan uang begini?" ucap Ila pada calon suaminya.
"Nggak apa-apa kok La... udah ya... kita lanjut lagi?" ucap Samudra pada gadis itu. Dan Akhirnya Samudra pun menjalankan mobilnya.
"Emb... kak Mudra... nanti kalau ibu dan ayah aku marah... kakak diam aja ya..." ucap lirih Ila pada lelaki itu.
"Emb..." sahut Samudra demgan dehemannya saja.
"Kita disana dua hari dua malam kak... apa kakak nggak apa-apa?" tanya Ila yang nampak cemas.
"Ila sayang... kamu tahu kalau aku udah siap luar dalam buat nikahin kamu. Kenapa kamu masih aja sih kayak khawatir gitu. Udah liat aja nanti." Ucap Samudra lagi. Hingga empat jam lebih perjalanan yang keduanya tempuh. Tepat hampir pukul lima sore Samudra dan Ila sampai ke Desa tempat tinggal Ila. Nampak jalanan yang sudah mulai rusak masuk ke Desa. Nampak keadaan sekitar begitu indah. Sepanjang jalan keduanya melewati pesawahan yang terhampar hijau. Banyak di tanami padi yang baru menghijau. Hingga Ila mengarahkan jalan menuju ke rumahnya. Samudra segera menghentikan mobilnya didepan pagar rumah Ila. Namun ayahnya segera membuka pintu gerbang dan meminta lelaki itu agar memasukkan mobilnya sekalian kedalam. Usai masuk, ayah Ila segera menutup kembali pintu gerbang dengan pagar besi yang setinggi orang dewasa itu. Khas pagar besi di kampung. Ila segera keluar dari dalam mobil. Meski tubuhnya gemetaran dan juga jantungnya berdetak tidak beraturan.
"Sayangku... Ila, anak ibu..." ucap wanita itu dengan lelehan air mata yang membanjiri kedua pipinya disana. Ibu Ila menangis sembari berhambur memeluk tubuh sang putri. Ila pun tidak mengerti kenapa ibunya bisa demikian. Sedangkan ayahnya sudah saling berjabat tangan dengan Samudra.
"Ibu... maafkan Ila..." rengek gadis itu disana. Lalu ibunya segera menyudahi pelukannya. Dengan kedua tangan yang memegang erat kedua bahu Ila disana.
"Anak bodoh! anak nakal! dasar anak ibu! bisa-bisanya kamu memendam semua kepahitan itu sendirian? bisa-bisanya kamu memendam semua kesedihanmu sendirian? apa kamu sudah nggak anggap ibu dan ayah keluarga kamu?" tanya ibu Ila sembari kedua tangannya terus memukuli lengan tangan Ila. Samudra yang melihatnya pun segera meraih tubuh ila dari belakang dan memeluknya. Membuat lengan tangannya menggantikan pukulan dari ibu Ila. Hingga ibu Ila menyudahi pukulannya.
"Perkenalkan, saya adalah calon suami Ila. Jadi... apa salah Ila? kenapa ibu memukulinya begitu?" ucap Samudra yang bertanya.
"Calon suami? Ila? apa-apaan ini? siapa dia? sejak kapan dia jadi calon suami kamu?" tanya ibu Ila pada anak gadisnya.
"Ya ibu..." ucap Ila dengan jawaban singkatnya.
"Hah!!! maksud kamu apa dengan calon suami Ila? kamu mau bohongin ibu dan ayah?" tanya ibu Ila.
"Ila nggak bohong ibu....sungguh... ini mas Samudra, dia calon suami aku." Ucap Ila dengan seriusnya.
"Kamu nggak usah bohong nak, kamu nggak usah nutupin kesalahan yang sudah Eric perbuat. Keluarganya baru saja membeti kabar ibu dan ayah. Jika keluarga mereka membatalkan pernikahan kalian yang sudah kurang dari satu bulan lagi. Mulanya ibu nggak tahu kalau kalian sudah putus. Ibu menghubungi keluarganya karena ibu tahu kalau kamu akan pulang hari ini bersama dengan calon suami kamu. Jadi ibu pikir lelaki yang akan kamu ajak pulang adalah Eric. Maafkan ibu dan ayah yang tahu belakangan nak... maaf... ayo masuk kedalam... di luar banyak tetangga yang lewat nggak enak." Ucap ibu Ila yang mengajak keduanya masuk kedalam.
"Ibu dan Ila masuk saja dulu, ayah juga... aku mau mengambil barang bawaan yang tadi sempat di beli." Ucap Samudra pada semuanya. Hingga akhirnya ayah yang tinggal dan membantu Samudra untuk membawa masuk barang bawaannya. Sedngkan ibu Ila dan gadis itu masuk kedalam duluan.
"Kenapa kamu nggak bilang keluarga kalau Eric bresngek sayang? tapi kamu nggak di apa-apaain kan sama dia?" tanya ibu pada Ila.
"Ya... mungkin juga karrna aku nggak mau di sentuh dia buk selama pacaran. Mungkin dia muak. Akh... sudahlah... mau bagaimana lagi, ila sudah dapat mas Samudra." Ucap Ila dengan senyum bahagia. Samudra yang mendengar dari balik pintu pun memghentikan langkahnya sejenak dan ikut tersenyum.
"Dasar Ila! kalau di apartmen aja panggilnya aku kak! sekarang di depan ibu dan ayahnya langsung manggil aku mas." Ucap dalam hati Samudra. Yang pasti ia merasa senang karena panggilan itu.
"Ada apa nak?" tanya ayah dari belakangnya.
"Nggak apa yah..." sahut Samudra yang lalu masuk kedalam. Ibu ila pun mengajak sang putri ke dapur untuk membantumya menyiapkan makan malam.
"Anak nakal! kamu ini dibuang cowok bresngek begitu! malah dapat berlian. Kamu mungut dari mana? kamu pelet ya?" ucap ibu Ila dengan candanya.
"Ih apaan sih ibu! nggak jaman ya pelet sekarang! nggak mempan! Ila juga nggak tahu kenapa bisa dia mau menikah sama Ila." Ucap jujur gadis itu.
"Aneh ya La... padahal kalau di lihat-lihat artis ma kalah! bisa-bisanya dia mau sama anak ibu yang model begini!" dengus ibu Ila yang menggoda anak perempuannya.
"Eh ibu! Ila memangnya kenapa bu? Ila cantik kok kata mas Mudra. Ya kan mas?" tanya Ila behitu saja saat lelaki itu datang bersama ayahnya menuju ke meja makan.
"Emb..." sahut Samudra yang tidak tahu menahu obrolan apa yang Ila dan ibunya bahas. Namun disana Ila seakaneminta dukungan padanya.
"Kok emb sih mas? jawab dong!" sahut gadis itu lagi.
"Jawab apa?" tanya Samudra yang memang polos tidak tahu.
"Nak... jawab aja iya. Udah biar nggak panjang." Ucap ayah Ila pada calon menantunya. Dimana ayah sudah terbiasa akan hal demikian.
"Ya..." sahut Samudra.
"Ya apa mas?" tanya Ila lagi.
"Nggak tahu!" ucap Samudra jujur. Dan saat itu membuat Ila berjalan kearahnya dengan wajah masam dan bibir mengerucut.
"Mas tinggal jawab. Apa aku cantik? jawabannya ya apa nggak! kok nggak tahu?" tanya Ila yang nampak menggemaskan saat itu. Membuat Samudra segera meraih dagu gadis itu dan menaikkannya sesaat. Samudra mendekatkan wajahnya disana. Tepat di depan wajah Ila.
"Sengaja biar kamu datang kesini." Bisik lelaki itu yang membuat Ila tersenyum seketika. Ila merasa malu saat itu.