Bab 1 Semua bermula
Sabila mendengus beberapa kali dengan tarikan nafas panjang dan hembusan berat. Ia membuang muka menatap keluar jendela kaca di salah satu Cafe ternama di tengah Kota. Tatapannya tertuju pada rintik hujan yang tiada jeda malam itu. Dimana setengah bulan yang lalu, tunangannya yang bernama Eric tiba-tiba memutuskannya begitu saja hanya lewat pesan singkat. Dimana keduanya sudah menjalin hubungan selama tiga tahun lebih lamanya. Hingga ia memutuskan untuk menggunakan salah satu aplikasi yang baru ia download untuk menemukan pasangan yang siap menikah diwaktu dekat. Sabila atau gadis yang sering disapa Ila itu sudah tidak membutuhkan pikiran panjang atau hubungan pendekatan pada umumnya. Hatinya begitu hancur saat tanpa aba-aba tunangannya pergi begitu saja. Sedangkan ia harus melakukan beberapa prosesi sebelum menjelang pernikahan. Hingga ia putuskan untuk mengganti tunangannya saja dengan lelaki yang siap menikahinya.
"Halo...apakah ini meja Sabila?" tanya seorang lelaki yang sudah berdiri di depannya saat itu dengan halus dan sopan. Rambutnya klimits dengan gel rambut. Serta pakaiannya yang tidak kalah sopan seperti ucapannya. Ditambah lagi wajahnya yang mampu seketika itu pula membuat Sabila terbengong sesaat untuk menikmatinya. Hingga ia tidak sadar jika lelaki tersebut sudah beberapa kali memanggilnya disana.
"Bila!" ucap lelaki itu yang entah sudah ke berapa kalinya. Baru Ila tersadar saat itu.
"Akh... iya, iya... maaf ya...panggil aja aku Ila...oke?" ucap gadis itu pada lelaki yang ada di depannya. Segera saja lelaki sopan itu pun turut duduk di kursi depan meja yang Ila tempati.
"Oh, ya... kenapa kamu tahu nama ku? dan... kenapa kamu tahu aku disini?" tanya Ila pada lelaki di depannya.
"Kenalin... aku Samudra Erlangga! teman kencan kamu dan calon suami kamu." Ucap lelaki di depannya sembari mengulurkan satu tangannya untuk menjabat tangan Ila sembari memperkenalkan dirinya.
"Hah! apa!? apa aku nggak salah dengar? kamu...kamu calon suami aku?" ucap Ila disana dengan terkejutnya. Dimana ia mengira semua lelaki yang ikut dalam perjodohan aplikasi hanya yang sudah berumur dan berwajah pas-pasan yang tidak bisa menemukan pasangan hidupnya secara alami dan nyata. Namun berbanding terbalik dari lelaki di depannya yang sudah tampan luar biasa namun masih sangat sopan dan lembut kepada wanita itu malah mengikuti perjodohan online.
"Halo..." ucap Samudra pada gadis didepannya lagi saat Ila tidak fokus dan belum menyambut uluran tangannya disana.
"Akh...iya...maaf-maaf...aku Sabila Putri. Salam kenal ya..." ucap Ila pada lelaki didepannya sembari menyambut uluran tangan lelaki itu. Bagi Samudra, pernikahan hanyalah kedok agar dirinya terhindar dari paksaan untuk menikah mamanya dan untuk memiliki anak.
"Kamu sudah tahu kesepakatan kita jika menikah bukan?" tanya Samudra pada Ila saat itu yang mencoba mengingatkan.
"Hemz...?" tanya Ila hanya dengan dengusanya.
"Aku tidak ingin memiliki anak! apa kamu mengerti? apa kamu sanggup tidak menuntut anak dari ku?" tanya Samudra pada gadis di depannya. Saat itu Ila hanya menatap sesaat kearah laki yang ada di depannya.
"Ila...memang yang kamu mau dari pernikahan tanpa cinta ini apa? hemz...serius? bukan! tapi balas dendam pada Eric karena telah tega mencampakanmu! ingat itu. Beri pelajaran pada lelaki b******k itu jika kamu bisa melepasnya dan hidup tanpanya. Apa kamu mengerti?" ucap dalam hati Ila saat itu. Hingga akhirnya Ila mengangguk mantap sebagai gantinya.
"Baiklah! aku menyanggupinya." Ucap Ila saat itu. Ia juga begitu kuat merasakan jika lelaki didepannya itu sangat sulit. Dan ia pun sudah tidak berniat untuk menjalin hubungan serius lagi. Setelah ia sudah dihianati sejatuh-jatuhnya oleh tunangannya sendiri.
"Emb...kamu udah pesan makanan?" tanya Samudra pada gadis di depannya. Lalu dengan segera Samudra memanggil petugas Cafe untuk memesan makanan. Ila tiada hentinya melirik kearah lelaki di depannya. Seolah ada sesuatu yang mengganjal hatinya saat itu dan ingin ia tanyakan namun ia sedikit takut untuk berkata. Hingga Samudra mengetahui gelagat itu.
"Emb... ada yang ingin kamu tanyakan padaku mengenai pernikahan kita ini?" tanya lelaki itu pada Ila. Barulah Ila segera mengangkat wajahnya dan berani menatap kearah lelaki yang menyunggingkan senyuman hangat disana.
"Aku ingin bertanya. Bagaimana bisa lelaki se sempurna kamu memilih menikah dengan gadis yang tidak kamu kenal dan begitu saja menyetujui semuanya?" ucap Ila pada lelaki itu.
"Semua orang yang ada di dunia ini pasti ingi menikah. Dan... mereka pasti memilih ingin memiliki anak jika sudah menikah. Karena hal itu aku selalu putus dengan semua wanita yang berhubungan denganku. Aku pikir aku tidak ingin main-main lagi. Aku sudah lelah." Ucap Samudra pada gadis itu. Ia berkata jujur.
"Lalu... kenapa kamu tidak ingin anak?" tanya Ila lagi. Namun saat itu Samudra hanya tersenyum dan tidak ingin menjawabnya. Hingga hidangan yang keduanya pesan akhirnya tiba. Seperti pasangan pada umumnya. Keduanya makan bersama malam itu. Pertemuan pertama dan juga menjadi awal perjalanan kisah cinta keduanya. Hingga usai acara makan malam itu. Terlihat dari dalam jika rintik hujan diluar sana saat itu sudah mereda.
"Akh...kenapa aku bodoh sekali! aku terlalu banyak bertanya padanya, sedangkan dia tidak menanyakan satu pun pertanyaan pada ku." Ucap gerutu dalam hati Ila saat itu.
"Ayo aku antar pulang." Ucap Samudra pada gadis itu.
"Apa? kamu mau mengantarkan aku pulang?" ucap tanya Ila lagi.
"Ya, karena kamu calon istri aku. Jadi sudah kewajiban aku untuk mengantarkan mu." Ucap Samudra pada gadis di depannya.
"Oh, oke baiklah..." ucap Ila saat itu yang keluar dari dalam Cafe tersebut bersama dengan lelaki yang akan menjadi suaminya itu. Tiba-tiba langkah kaki Ila terhenti saat ia melihat mobil sport yang ada di depannya Dimana ia tidak habis pikir lelaki sesempurna Samudra mau menikah dengannya.
"Kenapa? mau jalan kaki?" tanya Samudra disana. Dan seketika itu juga Ila menggeleng sebagai jawabannya. Gadis itu segera masuk kedalam mobil dan duduk di sebelah Samudra. Hingga lelaki itu mendapat alamat yang harus di tuju. Dan beberapa saat saja keduanya sudah sampai.
"Emb... aku tunggu ya..." ucap Samudra yang tidak Ila mengerti disana.
"Tunggu? untuk apa?" tanya Ila pada lelaki itu.
"Berkas pernikahan kita! aku mau proses besok." Ucap Samudra pada gadis itu. Dan Ila hanya mengangguk beberapa kali saja.
"Masuk aja! aku ngontrak sendirian kok." Ucap Ila pada lelaki itu. Dan Samudra pun akhirnya turun dari mobil dan berjalan masuk mengikuti Ila. Hingga lelaki itu tiba di depan sepetak ruangan lantai dua dengan meja dan kursi yang ada di depan ruang kamar tersebut.
"Emb...didalam hanya ada tempat tidur, dapur dan kamar mandi saja. Jadi... tunggu sini ya aku ambilkan dulu." Ucap Ila pada lelaki itu yang lalu masuk kedalam ruang kamarnya. Dan beberapa saat keluar dari dalam dengan membawa berkas yang Samudra butuhkan.