10. Kekilafan Keano dan Valentina.

2006 Kata
"Sasa?" Valentina berdiri dan membiarkan Sasa berlari ke arahnya. Keano membuka mulutnya lebar melihat Sasa melompat naik kedalam gendongan koala Valentina. la membulatkan matanya dengan sempurna saat melihat Valentina mengecup puncak kepala Sasa berkali-kali. Membuat Keano jijik dibuatnya. "APA YANG KALIAN LAKUKAN?? ITU MENGGELIKAN!!" Keano berteriak murka. Dengan cepat Sasa memaksa turun namun Valentina tidak peka dan justru menahan tubuh Sasa agar tidak terjatuh. Sasa yang notabene nya bertubuh mungil membuat Valentina tak keberatan sama sekali. "Lepas! Lepas, lepas!" Sasa berteriak panik. Valentina pun menurunkan tubuh Sasa dan memasang wajah bingungnya. Sasa memasang wajah melas dan berlari ke arah Keano. "b******k! Kau hidup lagi ternyata!! Haaaa!!!" Sasa menangis dengan kuat. Keano merotasi bola matanya Imalas namun dia merengkuh tubuh mungil Sasa dengan erat. Mengelus belakang kepalanya dengan lembut. "Hiks .. hiks .. aku kira kau akan mati." Sasa menangis sesenggukan. Plak! Keano memukul singkat belakang kepala Sasa karena kesal dengan ucapannya. Sasa menarik rambut Keano singkat sebagai balasan dan kembali menangis dengan keras. Valentina tersenyum lembut melihat hubungan persahabatan mereka yang sangat akrab. Semenjak kejadian itu dia dan Sasa menjadi dekat, ia mendengar banyak cerita tentang Keano dari sisi lain. Dan ia benar-benar mempunyai seorang suami yang begitu hebat. "Yaak! sialan. Apa kau yang memberitahu Valentina semuanya? Tanya Keano sembari berbisik pelan di telinga Sasa. Tangisan Sasa seketika berhenti, ia menatap Keano talu mengangguk pelan hingga air matanya mengenai wajah Keano. Lalu kembali memeluk tubuh Keano menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sahabatnya. "Jangan membunuhku. Dia menjadi istri berbakti karenaku. Kau berhutang budi kepadaku sialan." Balas Sasa sembari berbisik talu kembali menangis. Keano terkekeh pelan mendengarnya, dia menarik tubuh Sasa agar naik ke atas tubuhnya kemudian memeluknya dengan erat. Mereka saling melepas rindu yang menggebu. Sasa mengernyitkan dahinya kecil merasa segan melihat keintiman mereka la pun memutuskan untuk keluar dari sana dan pergi memulai jadwalnya di pagi hari. Keano dan Sasa menghabiskan waktu bersama hingga menjelang malam. Sasa menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat mengenai apa yang terjadi selama ini. Dan Keano tak dapat berkata-kata karena ia tak pernah menyangka jika saat itu Valentina selalu menangisi keadaannya. "Kau tidak membicarakan tentang perasaanku bukan?" Tanya Keano dengan tegas. Sasa menggelengkan kepalanya dengan brutal, ia berharap Valentina memang tak mendengar ucapannya waktu itu sebelum kehilangan kesadarannya. "Dia sangat menyesali perbuatannya, Kean. Aku sering melihatnya menangis di sampingmu." Sasa tersenyum kecut. "Terima kasih untuk semuanya." Keano mengecup dahi Sasa dengan sayang, sebatas kasih sayang seorang sahabat. Hubungannya dengan Sasa bukanlah hal yang berbau romantis, namun hubungan mereka sudah sangat dekat bahkan melebihi saudara kandung Keano selalu ada di saat Sasa membutuhkan nya begitu juga dengan sebaliknya. Bahkan Sasa lah yang telah mencarikan penawar untuk meningkatkan imun tubuh Keano saat itu karena efek obat-obatan yang diberikan Valentina. Keano banyak berhutang budi kepada Sasa. Jika ia tak mencintai Valentina maka ia akan memilih Sasa sebagai istrinya, namun hati dan seluruh hidupnya hanya untuk Valentina seorang. "Bukankah ini saatnya kau menunjukkan perasaanmu secara terbuka?" Tanya Sasa dengan pelan. Sasa mengernyit, Keano tertawa sarkas melihat tingkah wanita di hadapannya. "Aku tak pernah menutupi perasaanku kepadanya. Semua yang kulakukan untuknya adalah bentuk perasaanku." Ujar Keano menusuk hati Sasa Benar, Keano tak pernah berusaha menyembunyikan bagaimana cinta dan sayangnya kepada Valentina. Hanya saja tanpa sebuah kalimat untuk memperjelas semuanya, namun dibalik semua yang ia lakukan untuk Valentina adalah bentuk cinta dan kasih sayangnya yang begitu besar. Hanya saja Valentina terlalu lugu dan dilingkupi oleh rasa benci sehingga tak melihat hal tersebut. "Apa aku bisa mendapatkan hatinya?" Tanya Keano dengan ragu. "Mana kutahu. Nasibku tak jauh berbeda denganmu b******k. Saat ini orang yang aku cintai justru menjalin asmara dengan orang lain. Sangat memuakkan selalu melihatnya membawa wanita itu ke rumah dan bercinta sepanjang malam." Sasa tersenyum kecut. Keano menghela napasnya panjang, ia memang ditakdirkan untuk bersahabat dengan manusia semacam Sasa, Kisah cinta mereka mempunyai kesamaan, yaitu kepahitan. BRAAAK!! Mereka berdua terkejut bukan main saat melihat pintu kamar Keano terlepas dengan brutal. "BISAKAH KAU PULANG?!" Valentina berteriak murka sembari menunjuk-nunjuk ke arah Sasa yang sedang berpelukan mesra bersama Keano. Mereka berdua hanya tergagap tak tahu apa yang terjadi, Valentina melangkah lebar ke arah mereka berdua la menarik kerah Sasa hingga turun dari ranjang lalu memanggul tubuhnya di atas bahunya. Membawa tubuh ringkih Sasa keluar dari sana. "Selamat tinggal, Keano! Good night! Aku menyayangi mu!" Sasa melambaikan tangannya dengan semangat. PLAK! Sasa memekik kesakitan karena tamparan Valentina di pantatnya. la memukul kesal punggung sempit Valentina. "Anak gadis tidak baik di rumah seorang pria." Ujar Valentina lalu menurunkan Sasa di depan pintu rumahnya. BRAAK!! Valentina membanting pintu dengan kuat hingga bergetar, Sasa membuka mulutnya tidak percaya, dia sedang diusir oleh Valentina. Valentina kembali masuk dan menuju kamarnya untuk mandi. Saat ia membuka kancing piyamanya ia seketika tersadar dengan apa yang ia lakukan sebelumnya. "Kenapa aku merasa kesal? Aku bahkan pernah melihat mereka lebih dekat dari itu." Valentina menggelengkan kepalanya brutal. la pun segera mandi untuk mendinginkan kepalanya. Lalu ia menuju kamar Keano mengantarkan makan malam menyuapinya dengan telaten membuat wajah Keano merona sepanjang ia makan malam. "Apa kau menyukai Sasa?" Tanya Valentina dengan pelan tanpa menatap ke arahnya. Uhuk! Uhuk! Keano seketika tersedak makanannya. Valentina memberikan air putih untuk Keano dan diminum sang empu dengan rakus. "Ah, aku tidak peduli kau menyukainya atau tidak. Yang jelas aku tidak akan pernah setuju kau dekat dengannya. Aku tidak ingin harta warisanku berkurang." Sela Valentina dengan berbicara cepat tanpa celah. Keano yang sudah membuka bibirnya kecil hendak menjawab pertanyaan Valentina pun kembali mengatupkan bibirnya. la merasa mual membayangkan Sasa menikah dengan dirinya. "Kami hanya bersahabat ." Jawab Keano dengan santai. Valentina mengangguk pelan dan mengendikkan bahunya acuh. Keesokan harinya setelah Valentina bangun ia menyikat giginya sebentar lalu pergi ke kamar Keano. Dan ternyata Keano sudah bangun lebih dulu menonton televisi. "Kau ingin ke kamar mandi? Ayo kubantu." Tawar Valentina sembari menyingkirkan selimut Keano pun bangun dengan perlahan sembari dibantu oleh Valentina, tubuhnya masih begitu lemah sehingga ia tidak bisa menahan tubuhnya sendirian. Valentina mendudukkan Keano di atas kursi roda kemudian membawanya ke kamar mandi. "Ingin mandi sekalian?" Tanya Valentina dan digelengi oleh Keano. Valentina menunggu Keano sembari berdiri menyender di belakang tubuh Keano la melihat Keano sedang mengeluarkan miliknya hendak buang air kecil, saat Keano koma maka dokter memasang kateter pada milik Keano untuk buang air kecil. "Apa selama koma dia tidak tumbuh?" Gumam Keano membicarakan hutan rimba di bawah sana. Valentina berdecih pelan mendengar gumaman sang suami. dia menyembulkan kepalanya di samping kepala Keano sembari menatap ke arah privasi sang suami yang sedang mengeluarkan air kecilnya. "Aku yang mencukurnya setiap pekan asal kau tahu." Valentina memasang wajahnya bangga. la merasa sedang berbakti kepada sang suami dan itu hal yang patut dibanggakan, walau Valentina selalu sadar dan menyesal jika Keano seperti itu karenanya. Keano menoleh terkejut ke arah Valentina, memasang wajah geli membuat Valentina hampir saja memukul kepalanya. "Apa?!" Teriak Valentina kesal. "Yakin kau hanya mencukurnya? Tidak berbuat 'nakal' dengannya?" Keano menaik turunkan alisnya dengan menggoda. Valentina meremas kuat surai Keano kemudian menggoyangkannya dengan kesal. "Dasar m***m sialan!" Valentina berteriak kesal lalu mengambil selang air kemudian menyemprotkannya ke arah junior sang suami. Keano membuka mulutnya terkejut karena air yang digunakan Valentina adalah air dingin. la menahan tangan sang istri agar berhenti mengarahkan air tersebut ke arah miliknya. Celana Keano menjadi basah kuyup dan alhasil dia harus melepasnya. Valentina kembali membawa Keano ke kamar dan membantunya berbaring ke atas ranjang. Ia mengambil handuk kecil kemudian mengelap kaki Keano yang basah la juga mengelap milik Keano yang tertidur. Wajah Valentina terlihat memerah karena ia malu dipandangi Keano dengan intens, sebelumnya ia merasa baik baik saja karena Keano dalam keadaan tidak sadar. Keano melihat tangan Valentina gemetar saat menggenggam miliknya untuk mengeringkan bagian bawahnya. la memejamkan matanya nikmat merasakan kehangatan telapak tangan sang istri yang sama sekali belum pernah ia rasakan. "Banjingan messum! Milikmu berdiri!" Valentina menjauhkan tangannya dengan cepat saat merasakan junior Keano mulai menegang. Keano meringis pelan sembari menggaruk kepalanya canggung. "Aku terlalu sensitif. Kau tahu 7 bulan tak mengeluarkan isinya bagaimana rasanya? Membayangkan nya saja sangat frustasi." Kesal Keano sembari mulai menggenggam miliknya dan mulai bersolo karir sendiri tanpa malu. Valentina salah tingkah, dia pun ke kamar mandi untuk meletakkan handuk kecil tersebut ke keranjang kotor. Keano menggeram nikmat, la mengibaskan tangannya yang terasa keram seketika karena gerakan tangannya yang terlalu cepat bermain. la melihat Valentina hendak keluar dari kamarnya. "Sayang bisakah kau membantu ku?" Tanya Keano dengan wajah melasnya. Valentina menghentikan langkahnya sembari melirik ke arah milik sang suami yang berdiri tegak dengan jely yang sudah menetes. Terlihat sekali jika sang suami membutuhkan pelepasannya. Valentina menghela napas kasar kemudian duduk di kursi sebelah ranjang Keano. Dia terlihat ragu untuk menyentuh kebanggaan sang suami yang jika sudah menjulang 2 kali lipat lebih besar dan panjang. "Jangan malu. Anggap saja suami mu ini sedang tidur." Keano menarik tangan Valentina dengan cepat ke arah miliknya. Valentina pun mulai menggenggam leher milik Keano yang terasa panas dan begitu keras la mulai menaik turunkan tangannya dengan perlahan. Batang magnum Keano memenuhi telapak tangan Valentina, sangat pas digenggamnya. Keano menggeram nikmat sembari meremas seprainya. Valentina menggunakan satu tangannya untuk menggosok puncak magnum sang suami dengan kasar. Terdengar suara basah karena cairan s**u Keano keluar sangat banyak. Valentina memejamkan matanya saat Indra penciumannya menghirup aroma s**u yang begitu kuat dan menusuk. la meremat kuat magnum Keano dan mempercepat gerakan tangannya. Keano merasakan kram pada perutnya, ia mencengkram lengan sang istri dengan kuat. "Aku datang, Baby!!" Keano menaikkan pinggulnya dengan magnum yang menyemburkan cairan s**u sangat banyak dan juga kental. Valentina tetap menggerakkan tangannya memerah s**u kental manis sang suami yang keluar sangat banyak hingga mengotori pakaian Keano. la menelan ludahnya kasar saat melihat dengan jelas cairan suau tersebut keluar dan meleleh dari belahan Magnum di pucuknya. Suara napas Keano terdengar kasar dan cepat. la mengangkat kepalanya melihat Valentina sedang memainkan cairan s**u nya yang ada di batang magnum coklatnya. la melihat wajah Valentina memerah dan ia melirik ke arah tersembunyi Valentina, yang terlihat tidak nyaman. la menarik kepala Valentina agar menatapnya. "I miss your lips Baby" Gumam Keano dengan suara rendahnya. Keano menempelkan bibirnya pada bibir Valentina kemudian menyapunya dengan kasar. Valentina memejamkan matanya dengan cepat sembari meletakkan kedua tangannya di atas d**a sang suami, la membalas permainan sang suami dengan bersemangat, ia terlihat begitu menikmati bilah bibir sang suami. Valentina terkejut saat tubuhnya terangkat. la duduk di hadapan tubuh sang suami dan ia menangkup rahang tegas sang suami. Memakan bibirnya kasar saling berlomba dengan Keano mengecap saliva masing-masing. Keano mengelus pinggang Valentina kemudian turun ke bongkahan besar di bawah sana. Valentina melenguh pelan karena terkejut. la memejamkan matanya erat sembari semakin memperdalam ciuman mereka. Yang ada di benaknya saat ini adalah aroma Magnum Keano dan bagaimana magnum besar itu menyemburkan s**u kental manis nya dengan deras. Tangan Keano menuju belahan tersembunyi Valentina, istrinya tak memakai dalaman dan hal itu membuatnya lebih mudah menemukan suatu yang tersembunyi di bawah sana. Valentina terlihat sangat frustasi menyapu bibir sang suami. la melesakkan lidahnya masuk dan menyapu semua isi mulut sang suami, dengan kepala yang semakin menempel ke wajah. Keano la terlihat begitu rakus menghisap lidah sang istri. Ciuman mereka terlepas karena Valentina tidak fokus dengan rasa nikmat bagian bawahnya. la menyerukkan wajahnya pada ceruk leher sang suami kemudian menyapukan lidahnya dengan rakus. "Sial." Valentina mengumpat lirih karena rasa nikmat yang ia rasakan. Keano mendongakkan kepalanya membiarkan istrinya menggigit dan memainkan lehernya dengan rakus. la menyeringai kecil karena Valentina sangat bersemangat dengannya, ia merasa memang cara seperti inilah untuk menjinakkan istri nakalnya. Gerakan pinggul Valentina semakin cepat hingga tubuhnya mengejang kecil dengan semburan panas di atas perut Keano. Valentina menahan napasnya sembari menggigit leher Keano sebagai pelampiasan rasa nikmatnya. Keano meremas lembut buah kembar Valentina, napas Valentina terengah sembari menghirup aroma tubuh sang suami yang begitu jantan. "Good girl." Puji Keano sembari mengelus kepala sang istri. Valentina membuka matanya dengan cepat ketika menyadari perbuatannya yang begitu agresif kepada sang suami la enggan mengangkat wajahnya karena malu, Keano memiringkan tubuhnya hingga tubuh Valentina terjatuh ke samping. la menaikkan piyama sang istri menutupi area privasi istrinya yang masih basah. Sembari memeluk tubuhnya dengan erat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN