Juna “Semuanya naik. Sebentar lagi bisnya berangkat. Semua barang jangan lupa dimasukan ke dalam bagasi.” Pak Rendra berjalan ke sana kemari memberi pengumuman agar para pegawai segera mengemasi barangnya dan memasukkan ke dalam bagasi bus. Jadwal turun ke kota yang harusnya jam sembilan jadi molor sampai jam sepuluh. Sebenarnya aku tidak kaget dengan jam karet seperti ini. Akan tetapi, kalau membiarkan lebih molor lagi, itu juga bukan ide yang bagus. Setelah aku memasukkan koperku ke dalam bagasi seperti yang lain, aku segera naik bus. Tempat dudukku masih kosong, itu berarti Abil belum selesai berkemas. Membayangkan duduk bersebalahan dengan Abil lagi, benar-benar membuatku senang. Aku juga tidak tau kenapa, karena sejujurnya aku belum memiliki a