Amelia berjalan mondar-mandir tanpa sengaja. Dia tidak dapat menahan hasratnya untuk melakukan hal itu saat gugup.
Mereka...Amelia dan Zachary Leandro, sedang berada di teras belakang mansion dan baru saja Amelia mendengar sesuatu yang membuatnya terkejut setengah mati.
Sebuah proyek pengadaan pintu ukir Bali dalam jumlah fantastis harus di kerjakan oleh Amelia dalam waktu dekat setelah Zachary Leandro selesai menginventarisasi seluruh pintu di perusahaannya di seluruh Amerika!
Amelia berhenti melangkah. Dia Menatap Zach yang menatapnya geli.
Fix...pria ini baru saja kehilangan kewarasannya!
"Uncle...ini...salah." Suara Amelia mencicit dan bahunya luruh.
"Caleb akan membantumu. Di mana letak kesalahan yang membuatmu harus bingung seperti itu?"
Amelia terpaku. Apa yang di katakan oleh Zachary benar. Tidak ada kesalahan kalau sang Bos sudah bertitah. Amelia tertawa dalam hati. Tawa yang miris.
"Baiklah, Uncle."
Zachary mengacungkan ibu jarinya.
"Tapi, Uncle..."
"Tidak ada tapi, Amelia..."
Amelia mengangguk. Benar bukan? Titah sang pemimpin akan sangat sulit digoyahkan.
"Pergilah temui Caleb. Dia akan membantumu." Suara Zachary terdengar menenangkan.
Amelia mengangguk. Mengucapkan kata permisi dengan suara yang hampir pasti membuat Zachary tertawa geli.
Amelia melesat cepat menaiki tangga dan menyusuri lorong hingga tiba di pintu kamar Caleb. Sejenak Amelia berpikir. Kamar yang ditempatinya berada di sayap kiri mansion dan kamar Caleb ini jauh ada di sayap kanan. Hmm...setidaknya ini bagus.
Amelia mendorong pintu kamar Caleb.
Pemandangan bagus langsung menyapa mata Amelia.
Amelia mengerjap. Caleb baru saja akan masuk ke kamar mandi.
"Maaf...aku..."
Caleb terkekeh. Wajah Amelia jelas terkesiap dan merona tak terkendali.
"Duduklah. Aku baru saja selesai mandi dan aku...melupakan sesuatu di kamar mandi." Caleb masuk ke kamar mandi dan Amelia menelan ludahnya cepat.
Amelia melangkah. Menghampiri karpet dengan banyak bantal. Amelia menghempaskan tubuhnya dan menekuri televisi.
Entah apa yang dilakukan seorang pria sehingga merasa harus menghabiskan banyak waktu di kamar mandi.
Dan Amelia merutuki dirinya yang bahkan tak bisa tidur nyenyak di istana semegah ini. Dan sekarang...baru jam 9 dan dia merasa mengantuk. Sungguh tidak sopan.
Amelia mengerjap. Berkali-kali matanya terpejam. Sungguh kebiasaannya. Sehabis makan apalagi yang dirasakan oleh mata selain mengantuk?
Amelia menoleh. Pintu kamar mandi terbuka dan Caleb melangkah dengan baju kasual. Sebuah celana pendek berwarna putih dan...Amelia buru - buru kembali menekuri televisi.
Caleb menghempaskan tubuhnya di karpet. Ikut menekuri televisi yang ternyata hanya menayangkan iklan. Caleb menyangga kepala dengan tangannya. Kakinya tak berhenti bergerak hingga dia menoleh pada Amelia.
Caleb meraih kepala Amelia. Membawanya rebah ke lengannya. Amelia bergerak menolak, tapi Caleb mengeratkan pelukannya hingga Amelia terdiam.
"Tidurlah. Mom akan memarahiku kalau dia melihat kantung matamu." Caleb menghela napasnya pelan. Apa yang dilakukan oleh Amelia saat malam hari? Jelas sekali dia tak tertidur lelap.
Amelia terdiam. Lalu menggumamkan kata pintu. Caleb tertawa pelan. Mengusap dagunya dan kembali menekuri televisi di hadapannya. Matanya tak beranjak dari tayangan program anak-anak.
Caleb menyukai anak-anak Summer. Dan anak kecil selalu menarik hati...Caleb berharap suatu hari nanti dia bisa mempunyai setidaknya enam anak.
Deru napas lembut menerpa tangan Caleb yang tengah mengusap bahu Amelia, membuat Caleb merunduk. Menekuri wajah Amelia. Caleb tersenyum miring. Mata Caleb menjelajah. Betapa dia mendapati, tubuh Amelia terlihat mungil saat berada di dekatnya.
Caleb menghela napas pelan. Matanya kembali menekuri lagi layar televisi. Sedikit terkejut saat kaki Amelia mendarat di pinggangnya dan menjadikannya guling.
Lihat..Amelia bahkan tidak ada manis - manisnya saat tidur. Bahkan Caleb tadi pagi buta menemukan Amelia yang terlelap dalam posisi 180° dari tidurnya semula.
---------------------------------------
"Berapa lama kita akan di sini? Aku bahkan tidak melakukan apapun. Aku hanya harus makan banyak...tidur cukup..."
Amelia berbicara dengan suara rendah pada Caleb. Mereka sedang ada di pinggir lapangan tenis. Menyaksikan Zachary dan seorang kolega bermain tenis.
"Kita akan lama di sini. Semua bisnis yang di minta Dad padamu, seperti sekarang dan seterusnya akan kau lakukan dari sini. Dan yah...Mom akan membuatmu...seperti ini." Caleb menggembungkan pipinya di depan wajah Amelia.
"Haaaah... "
Amelia berjenggit ngeri. Hal itu akan menjadi kenyataan karena Skyla terus menjejalinya dengan beraneka makanan dengan jumlah banyak dengan alasan Amelia terlalu kurus.
Dia merasa seperti seekor babi merah jambu yang gendut imut-imut!
Amelia menoleh. Kembali mengamati pertandingan tenis antara Zachary dan teman-temannya.
Caleb mencium pipi Amelia sekilas. Membuat Amelia tersipu. Sudah hampir sebulan di mansion ini dan Caleb mempunyai kebiasaan baru yaitu mencuri ciuman di pipi Amelia lalu berlalu begitu saja dari hadapan Amelia. Dan...Amelia merasa Caleb sangat manis.
"Caleb, tamumu sudah datang." Skyla menyambar tangan Amelia dan menariknya. Menyeret gadis itu cepat hingga gadis itu terlihat kepayahan mengikuti Skyla.
Caleb beranjak. Melambai sejenak pada Daddynya yang di balas lambaian raket oleh Daddynya itu.
Caleb berlari kecil menyusuri halaman lalu masuk ke mansion melalui pintu samping mansion. Caleb menoleh sejenak ke arah ruang makan dan menemukan Mommynya tengah menyuruh Amelia makan buah yang sudah dipotong-potong.
Caleb melangkah ke arah ruang tamu utama mansion. Dua orang pria berjas rapi terlihat duduk di sofa ruang tamu dengan tegak.
Dua pria itu berdiri saat Caleb berdeham dan menyapa mereka. Caleb mempersilahkan meraka duduk kembali dan akhirnya pembicaraan serius terlihat.
Salah satu dari pria itu membuka sebuah koper dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam. Caleb terlihat serius menatap kotak itu.
Pria satu lagi membuka kotak dan selanjutnya Caleb terlihat begitu mengangguk-angguk. Dua buah cincin terlihat berkilauan. Caleb dengan seksama mengamati dan mendengarkan penjelasan dari pria itu.
Pria pertama mengeluarkan lagi satu kotak besar berwarna hitam dengan bentuk pipih yang lebar. Membukanya dan satu set perhiasan indah terlihat. Kembali Caleb mendengarkan dengan seksama penjelasan pria itu.
Caleb mengangguk dan sejenak terdiam saat Wilma Sanders dan seorang maid datang dengan tiga cangkir teh dan kudapan untuk mereka. Mereka terlihat rehat sejenak dan menikmati teh mereka sebelum akhirnya melanjutkan pembicaraan.
Sementara itu Skyla terus berbicara pada Amelia tentang rencananya besok untuk mengajak Amelia ke butik keluarga Leandro. Amelia menatap Skyla dengan pandangan tak mengerti sambil menyuapkan potongan buah di hadapannya dengan cepat. Sesaat dia berpikir...dia merasa seperti seekor sapi yang sedang di gemukkan untuk akhirnya disembelih!
------------------------------------
Pukul 09:00 saat Caleb mencium pipi Amelia sekilas. Amelia sedang berdiri di teras depan menunggu Skyla yang sedang mengambil tas tangannya.
"Hati-hati dan jangan membantah Mom, okay?"
Amelia cemberut dengan cepat. Caleb bahkan tak mau memberi tahu kenapa mereka...dia dan Ibu Caleb harus ke butik hari ini. Caleb hanya mengedipkan sebelah matanya sebelum berlalu dari kamar Amelia semalam. Cukup menjengkelkan saat Caleb tiba-tiba saja bermain rahasia.
Mobil telah siap di halaman. Dan Skyla berjalan cepat menuruni tangga teras sambil berteriak pada Amelia untuk cepat masuk ke mobil. Amelia tersentak dan akhirnya menjulurkan lidahnya pada Caleb yang membukakan pintu mobil untuknya. Dan...Caleb hanya terkekeh melihat Amelia yang terlihat kesal. Amelia masih melihat kelebat tubuh Caleb di teras mansion dan menutup pintu sesaat setelah mobil melaju mendekati gerbang mansion.
---------------------------------
Suasana butik menjadi lengang karena Skyla membalik papan open di pintu menjadi close. Dengan cekatan Skyla memberi perintah sana-sini pada asistennya dan desainer yang sedang berjaga.
Amelia berdiri terpaku. Bingung menyaksikan kesibukan di dalam butik ini. Sampai akhirnya Skyla menariknya untuk berdiri tegak di hadapannya.
"Hmm...bagian ini harus lebih berisi. Kenapa kau kurus sekali? Apa Caleb tidak memberimu makan dengan benar?"
Amelia berjenggit ketika Skyla mencubit lengannya keras. Dalam hati Amelia membatin...Ibu-ibu satu ini diktator mengalahkan Hitler.
Skyla terus memutar tubuh Amelia. Matanya menilai dan tangannya sibuk mengukur setiap inchi tubuh Amelia dengan pengukur baju di tangannya.
Amelia rasanya ingin berteriak kebingungan. Namun yang terlihat justru seringaian maklum yang di balut dengan kebingungan itu sendiri. Dan saat Amelia mencoba menoleh pada kaca besar di belakangnya, dia seperti melihat kerbau merah jambu yang berwajah aneh.
"Duduklah. Kita akan memilih kain." Skyla beranjak. Suara sepatu heelsnya menghentak lantai butik.
Amelia duduk dengan canggung karena hampir pasti seluruh karyawan di butik ini menatapnya dengan pandangan yang beragam.
Amelia menunduk cepat. Menekuri ujung gaun berendanya.
Skyla sendiri sedang sibuk berdiskusi dengan beberapa karyawannya. Dan saat Amelia mendongak, Amelia dapat melihat sosok yang begitu profesional dan terlihat sangat cerdas nampak pada diri Ibunda Caleb William itu.
Selain sifatnya yang senang menjerit dan sedikit...otoriter?
Amelia menarik tipis bibirnya menyunggingkan senyuman.
Satu jam kemudian Skyla mengulurkan tangan pada Amelia. Menggandengnya...atau lebih tepatnya menyeret Amelia keluar dari butik.
Amelia mendengarkan dengan seksama apa yang dibicarakan oleh Skyla selama dalam mobil. Tentang gaun pengantin, tentang mereka harus mencoba makanan pesta besok, tentang menikah di mansion, tentang banyak hal...
Tunggu!
Siapa yang mau menikah? Amelia menelan ludahnya kelu.
Mobil terus berjalan hingga setengah jam kemudian memasuki mansion Leandro dan Skyla kembali menarik Amelia masuk. Sedikit berteriak pada seorang maid untuk menyiapkan jus untuk Amelia.
Amelia menghempaskan bokongnya di ranjang, tapi sesaat kemudian memilih berdiri dan melangkah ke arah jendela setelah mendengar gelak tawa yang cukup kencang dari arah kolam renang. Amelia menyibak tirai jendela. Menghela napasnya pelan saat melihat pemandangan yang membuatnya membeku. Caleb terlihat tengah berbincang dengan seorang wanita berambut pirang cemerlang dan bertubuh molek. Amelia bahkan merasa harus memiringkan tubuhnya untuk melihat betapa wanita itu sangat montok dan berpakaian sangat minim. Kaki jenjangnya bahkan terlihat menantang. Dan...apa itu?
Haruskah wanita itu merunduk begitu rendah saat berbicara pada Caleb hingga belahan dadanya terekspos sempurna?
Amelia kembali menelan ludahnya kelu.
Siapa dia? Caleb bahkan terlihat tertawa kencang meningkahi tawa wanita itu.
Amelia menutup tirai dan meraba dadanya. Dia menggeleng kuat. Mengusir rasa sesak yang tiba-tiba muncul. Rasa yang tidak nyaman.
Cemburu itu menyebalkan!
-------------------------------------------