Amelia mendelik saat Caleb mendekat padanya yang sedang meletakkan piring di meja makan. Caleb mengangkat tangannya pasrah.
Caleb menyesal telah menggoda Amelia. Tidak akan dilakukannya seandainya dia harus mendapatkan hukuman seperti ini. Bahkan mencuri sebuah ciuman di pipi Amelia sulit sekali dilakukan sekarang.
"Ada apa?" Skyla bertanya setengah berbisik saat Amelia melangkah menuju dapur untuk mengambil makanan.
"Dia...singa betina yang sedang marah. Dia...berbahaya." Caleb menjawab dengan kesal saat menemukan kenyataan bahwa Skyla terlihat geli melihat tingkah Caleb yang kewalahan menghadapi Amelia.
Mereka akhirnya makan siang dalam diam dengan sesekali Caleb menatap Amelia yang selalu terlihat menarik dengan gaun hitam selututnya yang berkancing depan.
Caleb memilih untuk masuk ke perpustakaan daripada harus menemukan kenyataan bahwa Amelia masih cemberut padanya padahal ini sudah seminggu sejak peristiwa itu. Caleb menghitung dalam hati...dan memang benar sudah seminggu.
Dan ini harus di akhiri.
Caleb merogoh sakunya. Mengeluarkan sebuah kotak cincin dan membukanya. Caleb menarik segaris senyum saat mendengar Amelia yang memberontak saat di tarik paksa oleh Skyla. Suara langkah kaki dan jeritan dua wanita itu di koridor terdengar jelas.
"Mommy...aku tidak mau...kita...menonton TV saja."
Terdengar geraman Skyla.
"Jangan membantah atau aku akan menyuruh kalian menikah detik ini juga."
Terdengar rengekan Amelia. Lalu langkah kaki terseret membuat Caleb tertawa pelan. Mereka cocok sekali. Bahkan Amelia sanggup menjerit di hadapan Skyla dan Mommynya itu sama sekali tidak marah. Dan Amelia sudah begitu luwes memanggil Skyla dengan sebutan Mommy setelah Skyla gencar memaksa.
Pintu terbuka dan terlihat Skyla menyeret Amelia dan mendorong bahunya. Amelia terlihat cemberut.
Caleb tertawa pelan.
"Kalian...seperti anak-anak. Selesaikan masalah kalian dan kalian tahu? Butuh kerjasama dari kalian berdua untuk membuatkan cucu untukku. Aaah...kalian ini..."
Skyla berbalik sambil memijit pelipis nya. Pintu berdebum dan tertutup sempurna. Menyisakan Caleb yang menatap Amelia dengan pandangan tak mengerti.
Amelia yang menunduk kesal, mencuri pandang pada Caleb yang menatapnya tanpa bergerak sama sekali.
Amelia menghela napasnya lelah.
Caleb melangkah maju. Meraih dagu Amelia agar mendongak. Wajah Amelia terlihat memerah.
"Maafkan aku...aku menyerah Amelia. Jangan diam seperti ini."
Amelia mengerjap. Menatap Caleb yang nyata terlihat bingung dan menyesal.
"Jangan membiarkan Carmen bergelayut manja seperti kemarin-kemarin. Aku tidak suka."
Caleb menghela napasnya pelan. Memang keadaan diperparah dengan kedatangan Carmen yang hampir tiap hari ke mansion. Carmen bahkan dengan berani mengobrol dan bergelayut manja pada Caleb. Amelia hanya diam saja tapi Caleb tahu Amelia menahan amarahnya. Dan sialnya...agak sedikit sulit menghindari Carmen yang sudah seperti keluarga sendiri bagi keluarga Leandro. Tuan Louis Walsh adalah sahabat dan mitra bisnis keluarga Leandro sejak lama.
"Baiklah Amelia. Aku minta maaf untuk itu..."
Amelia mengangkat tangannya.
"Dia bahkan terlihat seperti sengaja menempelkan dadanya yang nyaris tumpah itu di lenganmu..." Amelia menggeram tak percaya.
"Bisakah jangan diperjelas seperti ini? Aku...ya Tuhan..."
"Kau bahkan hanya tersenyum. Apa maksudnya itu?"
"Amelia..."
"Kau menikmatinya."
"Amelia..."
"Kau..." Amelia tersentak saat Caleb meraih pinggangnya dan membawanya membentur dadanya.
Amelia mendongak. Mendapati Caleb yang terlihat gemas dengan tingkahnya.
"Aku...tidak menikmatinya. Dan aku memikirkanmu saat itu. Dan kau yang membuatku tersiksa."
Amelia mengerjap. Tangannya berusaha mendorong Caleb namun Caleb justru mendorongnya hingga tubuh mereka berdebum di sofa.
"Kau...Amelia. Kau membuatku tersiksa selama seminggu. Kau...nakal sekali dan kau menikmatinya."
Amelia menarik segaris senyum. Caleb boleh saja kejam dalam berbisnis. Tapi dia akan bertekuk lutut di hadapannya. Pria Amerika ini akan bertekuk lutut pada pesona gadis Indonesia. Seperti yang selalu dibisikkan oleh Skyla padanya akhir-akhir ini. Bahwa dia harus membuat Caleb menurut saat di dalam rumah.
Bayangkan betapa kejamnya Skyla...menyuruh seorang gadis membuat anak laki-laki nya bertekuk lutut padanya. Terlihat seperti Zachary yang begitu menurut pada Skyla saat di dalam rumah.
"Apa itu...menyiksa?"
Caleb menggeram.
"Sangat! Kau ini bodoh atau apa?"
Amelia terbahak melihat wajah Caleb memerah.
Amelia mengusap rahang Caleb lembut. Mencium bibir pria itu tak kalah lembut. Mungkin dia lebih bisa mengendalikan perasaannya. Tapi menahan rasa tersiksa mengabaikan Caleb sangat menjengkelkan. Dia bahkan berpikir akan menyerah, tapi begitu melihat gadis berdada besar itu berkeliaran di mansion dan menggoda Caleb maka semuanya berubah. Rasa kesal itu tumbuh lagi.
"Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu."
Amelia menggeleng.
"Mom sudah menunjukkan cincin itu." Amelia terkekeh.
Caleb menggeram. Sepertinya dia harus membuatkan bisnis yang mengharuskan Ibunya itu berada di luar rumah 24 jam penuh setiap harinya agar tidak melakukan keisengan dengan membongkar isi kamarnya!
"Jangan marah. Mom hanya berusaha membuatku tenang. Dan...cincin itu sangat indah...membuatku siap membuka kakiku untukmu..."
Caleb tertegun.
"Kata-kata macam apa itu!"
"Mom bilang begitu padaku..." Amelia berteriak nyaring saat Caleb mencubit pipinya keras.
"Mom memang harus di karantina!"
"Kata-kata macam apa itu! Kau tidak sopan. Dan...itu kejam."
"Bagus...kalian bersekongkol. Aku dan Dad yang akan menderita di sini."
Amelia tertawa penuh kemenangan. Dalam pikirannya adalah dollar yang sangat banyak yang diucapkan oleh Zachary Leandro seandainya bisnis pintu mereka berhasil dengan gemilang. Itu membuatnya bersemangat selain menatap wajah Caleb yang terlihat sangat jengkel.
"Sepertinya...berada di luar dengan para gadis berdada besar akan sangat menarik...mengingat kami harus menerima siksaan dari istri dan calon istri saat berada di rumah..."
Amelia menutup mulutnya.
"Hmm...apakah kau yakin?"
Amelia beranjak ke pangkuan Caleb dengan tiba-tiba. Menaikkan kedua alis nya menantang.
"Kau yakin bisa mengabaikan aku..." Amelia membuka pelan satu persatu kancing bajunya. Caleb menahan napas. Menelan ludahnya kelu.
"Aku yakin kau lebih menyukai yang pas seperti ini di banding dengan yang seperti itu..."
Caleb merutuk dalam hati. Amelia selalu pandai membuatnya kalah telak.
"Kau hanya menggoda. Kau bahkan akan segera berlari kalau aku mulai menyentuhmu." Caleb terbata.
Amelia menggeleng.
"Dengan keberadaan cincin itu membuktikan kesungguhanmu. Dan...itu membuatku yakin untuk segera membuka seluruh bajuku untukmu. Tapi..."
Amelia menekan d**a Caleb dengan telunjuk nya.
"Aku tidak yakin kau sanggup melepaskan aku setelahnya. Aku akan terkurung di kamarmu berhari-hari dan persiapan pernikahan kita akan terbengkalai."
"Amelia...kau..."
Caleb menggeram kesal. Amelia benar-benar pandai menyiksanya. Dan lihatlah...Amelia bahkan tak terlihat terpengaruh saat Caleb mengusap pahanya secara intens.
Amelia mencium bibir Caleb dalam. Membiarkan Caleb membalas dengan kalap. Tangan Caleb mulai mencari tempat favoritnya. Tersenyum saat mendapatkannya. Tangannya bergerak pelan menyingkap penghalang itu ke samping dan menyentuh bagian itu tanpa penghalang lagi. Benar. Pas dan terasa tepat.
Caleb menatap Amelia dengan pandangan memohon.
"Mom mengajakku mengunjungi penata rias dan memilih riasan yang pas."
"Apakah itu bisa menunggu? Suruh saja mereka kemari."
Amelia tersenyum.
"Setidaknya aku tidak mau melepas keperawananku di sofa ini. Itu...sama sekali tidak keren."
"Amelia..."
Caleb menggeram. Meredam geraman kesal nya di leher Amelia. Amelia bahkan memeluk leher Caleb dan menyusur rambut Caleb pelan.
"Aku...tidak keberatan untuk menyelinap ke kamarmu nanti malam." Amelia berbisik lirih.
Caleb mendongak. Tangannya masih sibuk di sana.
"Aku...menunggu."
"Baiklah." Amelia hendak beranjak namun Caleb menggeleng.
"Kau...perawan?"
Pertanyaan itu membuat Amelia terkekeh. Caleb terlihat sangat penasaran.
"Aku gadis baik-baik. Apa yang kau harapkan dariku yang gadis baik-baik ini?"
"Kau luar biasa..." Caleb berbisik sambil mengusap pipi Amelia lembut. Mencium bibir Amelia lembut dan menggigit nya kecil.
Mereka mulai bergerak seirama. Saling menyentuh dan tertawa pelan. Caleb bahkan tak lagi berpikir meminta haknya sebelum waktunya nanti. Tapi sedikit menyentuh Amelia akan selalu menjadi kesenangannya sekarang. Ini berkali lipat lebih baik daripada Amelia mendiamkan nya.
"Mommy pikir kita sudah sepakat tentang keberadaan pintu di sini."
Caleb menghela napasnya pelan. Menatap Amelia yang terpaku. Mereka melirik Skyla yang sudah menghempaskan b****g nya dengan cepat ke samping mereka.
Amelia beringsut. Memeluk Caleb erat untuk menyembunyikan bagian tubuh depannya yang setengah telanjang. Caleb bahkan meremas p******a nya pelan sambil merutuk sama pelan.
"Mom...".
"Baiklah...Mom memang selalu datang di saat yang tak tepat. Tapi...ada tamu penting yang datang tiba-tiba. Daddymu menyuruh Mom memanggilmu, Caleb...atau...kau ingin salah seorang maid berada di posisiku sekarang?"
Amelia menjerit. Itu lebih buruk. Mereka akan lebih malu.
"Tapi...setidaknya maid akan mengetuk. Itulah fungsi pintu, Mommy...untuk di ketuk."
"Dan kalian akan tampil dengan amburadul...apa kata mereka?"
Amelia memekik tertahan. Skyla benar. Tak akan cukup waktu untuk membenahi keadaan mereka tanpa membuat maid berpikir macam-macam.
"Dan lagi...posisi itu tidak nyaman." Skyla melirik penuh godaan.
"Mom..." Caleb menggeram.
Skyla tertawa.
"Baiklah. Teruskan nanti...Dad menunggumu Caleb. Dan kau gadis nakal...kita akan pergi sekarang."
Skyla beranjak mengabaikan geraman Caleb. Pintu berdebum dan Caleb langsung mengumpat keras membuat Amelia menggeleng dan menutup mulut Caleb cepat.
"Baiklah. Dia Mommyku...dan...dia itu seperti hantu. Datang tanpa kita sadar."
"Bukan...kita yang terlalu terbuai."
"Kau memang membuai. Dan menarik. Dan membuatku gila."
Caleb mengancingkan baju Amelia.
"Aku bisa menunggu sedikit lagi." Caleb berbisik di telinga Amelia.
Amelia mencium bibir Caleb lembut dan beranjak dari pangkuan Caleb. Berdeham pelan dan sedikit tersenyum simpul. Mereka beranjak keluar dari perpustakaan. Bergandengan dan berpisah di ujung lorong.
Amelia menghampiri Skyla dan Skyla segera menariknya keluar dari mansion untuk pergi.
Caleb masuk ke ruang tamu dan mendapati Louis Walsh datang bersama dengan istrinya dan Carmen.
Mereka terlihat berbincang serius dan Carmen yang menunduk. Tak seperti biasanya yang terlihat berlebih saat bertemu Caleb.
Gadis itu menunduk.
"Nah...kalian bisa bertanya langsung pada Caleb tentang semua yang kalian tanyakan padaku tadi."
Caleb duduk di sofa tunggal di samping Ayahnya.
"Carmen menyukaimu dan apakah benar berita tentang rencana pernikahanmu yang kudengar dari Carmen?"
Caleb menghela napasnya pelan. Sepertinya agak sulit membuat Carmen mengerti. Padahal dia dan Carmen sudah membicarakan perasaan mereka sehari lalu.
Dan sekarang...Carmen memilih membawa kedua orangtuanya ke mansion ini. Mengingat sifat Nyonya Walsh yang sedikit suka meluap...pasti akan terjadi sedikit kegaduhan.
Caleb mengerti...sangat mengerti...Nyonya glamour satu ini akan berjuang mati-matian bahkan saat Carmen menginginkan sebuah permen lolipop milik temannya sekalipun....
---------------------------------------------