"Hisssssh...!"
Amelia mengaduh saat keningnya terasa sakit akibat menabrak pintu samping mansion. Sejenak dia berdiri dan mengusap keningnya.
Amelia mendongak dan mendapati Caleb yang tertawa keras. Menertawakan kekonyolan yang baru saja Amelia perbuat.
Amelia melangkah mendekati Caleb. Menghindar cepat saat Caleb mencoba meraihnya.
"Pakai bajumu!"
Amelia melirik Caleb yang bertelanjang d**a. Dia memilih duduk di gazebo di dekat kolam renang. Menyilangkan kaki dan mengibaskan tangannya. Cuaca memang agak panas dan sebenarnya wajar kalau Caleb bertelanjang d**a karena Caleb baru saja selesai berenang.
"Kau mau berenang?"
Amelia menggeleng.
"Aku tidak bisa berenang. Dan...aku...tidak mau."
"Kau harus bisa berenang."
Caleb mengangkat Amelia cepat dan sebelum Amelia memberontak, Caleb sudah membawa Amelia masuk kolam renang.
Amelia memeluk pinggang Caleb erat. Menggeleng saat Caleb menatapnya.
"Jangan panik."
"Aku takut..."
"Ada aku."
Amelia cemberut. Tapi akhirnya mereka larut dalam latihan dadakan yang membuat Amelia semakin cemberut. Caleb berulang kali tertawa karena sangat tidak mudah mengajari Amelia berenang.
Mereka beristirahat dan Caleb merapikan rambut Amelia.
Mereka duduk di pinggir kolam dan membiarkan kaki mereka terendam.
"Bagaimana pertemuan kemarin? Mom...kenapa...dia terlihat marah-marah."
"Carmen agak sedikit sulit diajak bicara. Tapi biarkan saja. Terkadang membiarkan semua berjalan apa adanya lebih baik daripada memaksakan pembicaraan yang memang tidak dikehendaki oleh salah satu pihak."
"Dia...mencintaimu."
"Tidak ada masalah. Selama aku tidak menanggapi. Dan memang aku tidak mempunyai perasaan itu untuk Carmen."
"Aku takut..."
"Takut apa...aku mencintaimu. Dan itu sudah cukup."
"Apakah dia akan tetap berkeliaran di rumah ini?"
Caleb terbahak.
"Istilahmu itu...berkeliaran...seakan dia itu penjahat."
Amelia tertawa pelan.
"Apakah itu asli?" Amelia memperagakan bentuk p******a dengan kedua tangannya.
Caleb terbahak. Tak percaya Amelia benar-benar terpengaruh dengan bentuk d**a Carmen yang memang melebihi yang seharusnya.
"Aku tidak tahu...aku tidak mungkin menanyakannya bukan?"
Amelia mengangguk ragu...matanya mulai memicing memperhatikan ekspresi Caleb.
"Jangan mulai lagi atau aku akan membongkar milikmu " Caleb menggeram dan mulai mengangkat tangannya. Amelia memekik dan beringsut menjauh. Berdiri cepat dan menyambar sebuah bathrobe.
"Aku akan mengadu pada Mom."
Caleb berhenti bergerak. Tubuhnya luruh lagi duduk di pinggir kolam renang. Akan sangat panjang urusannya kalau sudah menyangkut adu mengadu. Skyla akan dengan senang hati mencubit atau memukul bokongnya. Sesaat Caleb berpikir, dirinyalah calon menantu di rumah ini dan Amelia adalah anak kandung mereka.Caleb tertawa pelan.
----------------------------------------------
Benar saja. Wanita berdada tumpah ruah itu masih saja berkeliaran di mansion. Tak menyerah dan masih mencoba peruntungannya untuk mengambil hati Caleb.
Skyla hanya mengedipkan sebelah mata pada Amelia yang sedikit cemberut. Mereka baru saja makan siang dan lihatlah. Carmen Walsh itu...otaknya entah terdiri dari apa? Dengan tak tahu malu mengikuti Caleb kemana pun Caleb melangkah.
Amelia memicingkan mata saat melihat Carmen berbincang dengan Caleb di teras belakang. Dan Caleb terlihat nyaman saja dengan situasi seperti ini.
Amelia memilih menuju kamarnya dan menutup pintu pelan. Dia memilih membuka ponselnya. Sejenak berselancar di dunia maya sebelum akhirnya membuka tasnya. Menarik sebuah foto tua dari dompetnya.
Seorang wanita berambut hitam legam yang sangat cantik mengenakan pakaian khas Bali berdampingan dengan seorang pria bermata biru berambut cokelat.
Ayah dan Ibunya.
Mereka saling mencintai.
Dan Amelia meletakkan foto itu di dadanya. Hanya ini yang tersisa dari kedua orangtuanya. Amelia menyimpan kembali foto itu dengan rapi ke dompetnya dan beranjak dari ranjangnya. Membuka pintu dan melangkah pelan menuju tangga. Suasana lengang saat Amelia berdiri di ujung tangga dan menghela napasnya pelan.
Deru napas hangat menerpa tengkuk Amelia dan Amelia berniat menoleh. Namun keseimbangan tubuhnya seakan berada di titik nol. Tubuhnya terhuyung dan suaranya hilang oleh kegelapan saat tubuhnya berguling begitu cepat mencapai lantai dasar.
Seseorang mengibaskan tangannya dan mulai menjerit. Menuruni tangga dengan cepat seiring Skyla dan beberapa maid yang berderap menghampiri Amelia yang tergolek di lantai.
Skyla tercekat. Mulai berteriak histeris dan meminta beberapa maid menolong Amelia sementara dia menelpon Caleb yang sedang keluar.
Caleb datang bersamaan dengan Zachary yang tiba bersama ambulance dan seorang dokter pribadi keluarga Leandro.
Tanpa banyak kata, Caleb mengangkat Amelia menuju mobil ambulance dan mendampinginya. Amelia yang tak sadarkan diri membuat Caleb menggeram menahan perasaannya.
Caleb menatap nanar darah yang mengalir dari telinga Amelia dan sedang di bersihkan oleh dua orang perawat. Selang infus telah terpasang begitu juga alat bantu pernafasan.
Dua puluh menit kemudian, Caleb berdiri termangu di depan ruang gawat darurat.
Skyla yang datang bersama Zachary terlihat sangat khawatir.
"Kau harus tegas pada Carmen, Caleb!"
"Mom...kita harus tenang dulu. Kita tidak boleh menjatuhkan tuduhan apa pun sampai aku memeriksa semuanya."
Zachary memeluk Skyla yang terus menggumamkan bahwa semua ini adalah ulah Carmen. Pintu terbuka dan seorang pria berkacamata dengan wajah sangat mirip dengan Zachary keluar.
Alexander Leandro.
"Dan siapa yang akan memberitahuku siapa gadis cantik di dalam sana itu? Apakah dia yang di bicarakan oleh Mika beberapa waktu lalu?"
Skyla mengangguk. Dia memang sudah memberitahukan prihal Amelia pada Mikaela istri Alex dan Skyla mengundang seluruh keluarga tiga hari lagi untuk datang berkenalan dengan Amelia dalam acara makan malam. Kesibukan yang tinggi dan padat membuat semua anggota keluarga tak bertemu satu sama lain di mansion. Mereka hanya bertemu di sela-sela pekerjaan.
Namun sepertinya rencana akan mundur entah untuk berapa lama.
"Bagaimana keadaan Amelia, Uncle?"
"Sedikit benturan di kepala. Selebihnya...gadis itu lentur luar biasa hingga tak ada patah tulang atau yang lainnya."
Alex memeriksa hasil lab Amelia dan menyerahkannya lagi pada perawat yang menunggu di belakangnya.
"Dia harus istirahat banyak. Dan lebih berhati-hati lain waktu."
"Apakah bisa di bawa pulang saja, Uncle."
"Tentu saja, Caleb...tunggu satu jam lagi dan kau boleh membawanya."
Caleb mengangguk.
Mengikuti perawat yang mendorong sebuah ranjang dan membawa Amelia ke ruang rawat. Skyla juga juga melangkah cepat mengikuti Caleb.
"Jangan menganggap hal ini sepele, Zachary. Penyelidikan tetap harus di lakukan."
Zachary mengangguk dan Alex menepuk bahunya. Setelah semua peristiwa dalam hidupnya, Zach berharap sesuatu yang baik selalu bersama dengan anak-anaknya. Namun hal seperti ini sepertinya akan selalu menyertai mereka. Kericuhan kecil.
"Baiklah. Aku akan lebih berhati-hati. Aku akan mengabarimu hasilnya nanti. Sebaiknya aku membawa Skyla pulang."
Alex mengangguk dan mempersilahkan Zachary menyusul Skyla yang sedang bersama Caleb menunggui Amelia.
----------------------------------------
Siapapun akan terpana dengan ketenangan seorang Caleb Leandro dalam menghadapi masalah apa pun. Seperti saat Caleb menghadapi kedua orangtua Carmen yang masih saja membabi buta membela Carmen yang dengan sengaja mendorong Amelia dari tangga.
Bahkan setelah bukti yang di sodorkan Caleb, kedua orangtua Carmen dengan pongah memilih menyelesaikan hal ini dengan suara tinggi.
Zachary yang biasanya terlihat tenang bahkan berusaha menahan amarah. Caleb menawarkan menyelesaikan semua melalui jalur hukum namun tangisan Carmen yang meledak membuatnya menggeleng. Rasanya percuma bicara dengan keluarga seperti ini. Louis Walsh boleh saja berhasil dalam bisnis tapi Caleb tak menjamin berapa lama keberhasilan itu akan bertahan kalau tidak diimbangi dengan kerendahan hati.
Caleb memilih diam. Menemui Amelia yang jelas sedang cemberut.
"Apakah bisa dia tidak meraung seperti itu? Aku sering menjerit, tapi aku tahu waktu dan tempat." Amelia mendecih dan membela diri.
Caleb tertawa.
"Apa kau sudah benar-benar sehat? Kau masih merasa pusing atau kau merasa mual? Kau mau sesuatu?"
"Yang pasti aku tidak mau membuat diriku terlihat jahat dengan membawa masalah ini ke jalur hukum. Aku hanya merasa heran...otak gadis itu sepertinya tak seimbang dengan..." Amelia memperagakan bentuk p******a Carmen, membuat Caleb terbahak.
"Kemarilah..."
Amelia mendekat pada Caleb dan Caleb langsung memeluknya. Menangkup b****g Amelia dan menggeram pelan.
"Kau terlalu baik untuk menodai repuatasimu dengan kemarahan."
"Dan...marah pada gadis itu sama saja marah dengan tembok, kau tahu?" Amelia mulai memainkan kerah baju Caleb.
"Kau benar. Aku mencintaimu, Amelia..."
Amelia terpaku dan melirik Caleb dengan ekor matanya. Tersipu dan merona.
"Aku suka saat kau menyebut namaku seperti itu."
Caleb tersenyum.
"Namamu indah, jadi akan selalu indah didengar bagaimanapun cara mengucapkannya."
Amelia mengangguk-anggukkan kepalanya. Tertawa pelan dan memeluk Caleb erat.
----------------------------------
Drama belum berakhir bahkan ketika Carmen telah mendapatkan larangan untuk mendekati apalagi masuk ke dalam mansion.
Drama dilanjutkan oleh Skyla yang merasa tidak terima dengan keputusan Amelia dan Caleb yang melepaskan Carmen begitu saja. Amelia bahkan harus memeluk Skyla saat Skyla meluap di meja makan dengan mengacungkan pisau buah di hadapan Zachary dan Caleb.
Menurut Skyla, Carmen harus membusuk di penjara dengan d**a besarnya itu. Zachary bahkan sampai berteriak tak percaya karena istrinya sanggup mengeluarkan kata - kata sekasar itu dengan wajah memerah.
Bahkan hingga waktunya minum teh, Skyla masih membahas masalah Carmen.
"Sudahlah Mommy. Sebaiknya kita memilih es krim yang akan disajikan nanti. Ayo kita pilih sekarang." Amelia mendekati Skyla. Memeluknya hangat.
"Baiklah. Tapi sungguh aku tidak ingin mengundangnya ke pernikahan kalian." Skyla memicing menatap Caleb yang mengangkat kedua tangannya pasrah.
Skyla lalu terlihat sibuk mengamati gambar macam-macam es krim dan penjelasannya. Sejam kemudian Amelia menghela napas lega saat urusan es krim telah beres.
Skyla juga sudah menarik Zachary untuk beristirahat sejenak. Caleb yang beberapa saat masuk, terlihat keluar dengan wajah segar.
"Kemarikan kakimu."
Amelia mengernyit.
Caleb menarik kaki Amelia dan meletakkan keduanya di pahanya. Tangannya dengan telaten mulai menggunting kuku kaki Amelia dan membersihkannya.
"Aku bisa melakukannya sendiri."
Caleb melirik tajam Amelia.
"Baiklah." Amelia berdiam diri dan menikmati apa yang dilakukan oleh Caleb dengan canggung.
"Sekarang ulurkan tanganmu."
Amelia menguarkan tangannya dan membiarkan Caleb memotong kuku tangannya dengan telaten.
Suara deham membuat Caleb dan Amelia menoleh. Seorang pria tampan melangkah ke arah keduanya dan tersenyum lebar.
Amelia beranjak. Begitu juga dengan Caleb.
"Declan..." Tawa Caleb terurai dan Amelia berdiri canggung saat pria itu menatapnya dengan tatapan geli.
"Apakah dia Amelia?"
"Ah...ya...kenalkan. Declan...ini Amelia Winter."
Pria ramah bernama Declan Arthur Leandro mengulurkan tangan pada Amelia yang terpaku...
***