Kanaya sudah tiba di kediaman Keluarga Taufan, ia masuk dan melihat rumah itu sudah sepi dari para Pelayat ataupun Kerabat jauh.
Kanaya masuk dan mendapati seluruh keluarganya sedang duduk di ruang keluarga. Semua mata melirik ke arah dirinya saat ia masuk kedalam rumah.
"Ada apa semua berkumpul? kenapa rasanya tiba-tiba suasana rumah ini terasa mencekam," batinnya.
"Kemari lah Kanaya," panggil Camelia, Ibunya.
Kanaya mendekat dan mencium satu per satu punggung lengan orang yang berada di ruang keluarga itu, Camelia, Antonio, Alex dan Evelyn.
Sekarang Kanaya saja yang menjadi penghuni muda di rumah besar ini.
Kanaya duduk dan mulai bersikap tenang.
"Kanaya," panggil Antonio.
"Iya Kek," jawab Kanaya gugup.
"Aku dan Ibumu sudah sepakat, kau akan menggantikan Clarista menjadi pengantin Ethan Hazardy," tegas Antonio tanpa berbasa-basi.
"Apa?!" teriak Kanaya, Alex bahkan Evelyn.
Alex dan Evelyn juga belum mengetahui rencana gila ini, mereka berpikir semua keluarga dikumpulkan untuk membahas penyebab kematian Clarista, bukannya malah membahas pernikahan.
Kanaya yang shock langsung berdiri.
"Apa maksud Mama dan Kakek!" bentaknya.
"Sayang, dengarkan dulu perkataan Kakek, Mama juga tidak setuju itu sebabnya kamu dengarkan dan ungkapkan isi hatimu, Mama akan mendukung apapun keputusanmu," ujar Camelia menenangkan Putrinya itu.
Camelia sadar betul bagaimana sikap sang Papa yang tidak suka ditentang, itu sebabnya Camelia berusaha membuat Kanaya mendengarkan rencana itu terlebih dahulu.
"Aku tidak setuju Pa, Clarista baru saja tiada, bagaimana bisa Papa malah mau menikahkan Kanaya dengan pria dingin itu," ucap Alex.
Ini pertama kalinya Alex merasa tidak setuju dengan keputusan Papanya itu.
Kesedihan mereka belum memudar sedikit pun, kenapa Papa mereka malah berpikir untuk menumbalkan Kanaya.
Evelyn menunduk, ia berusaha meredam emosinya dengan meremas dress yang ia pakai, ia sangat kesal dengan apa yang baru saja di katakan oleh Papa mertuanya, bagaimana bisa pria tua itu berpikir untuk menikahkan Kanaya, padahal kondisi di rumah ini masih sangat memprihatinkan.
Antonio memukul meja yang terbuat dari kaca itu sampai menimbulkan suara keras.
"Dengarkan aku! perusahaan kita sedang berada di ambang kehancuran, dan hanya keluarga Hazardy yang bisa menyelamatkan perusahaan kita dari kebangkrutan, lagi pula aku sudah berjanji pada Edward akan menikahkan Cucuku dengan Cucunya," pekik Antonio.
Antonio menatap tajam ke arah Alex, Putranya itu pun tahu bagaimana keadaan perusahaan sekarang.
Alex tertunduk, kesulitan yang dialami perusahaan mereka juga karena Alex yang tidak kompeten untuk mengurus perusahaan.
"Aku gak mau! titik!" teriak Kanaya.
Mata gadis itu sudah berkaca-kaca, ia sungguh tak percaya akan di nikahkan di usia yang masih sangat muda.
"Tidak ada yang bisa membantah keputusanku! Kanaya akan menikah dengan Ethan!" tegas Antonio.
"Aku bilang aku tidak mau Kek! aku masih mau kuliah dan menggapai cita-citaku," tegasnya menatap sang Kakek dengan mata yang hampir meneteskan air mata.
Antonio berdiri "Kalian semua pergi dari sini, Aku ingin bicara berdua saja dengan Kanaya," ucap Antonio.
"Pa, aku mohon jangan keras-keras pada Kanaya, aku mohon Pa," gumam Camelia.
Evelyn yang sudah tak tahan lagi langsung bangkit dan pergi meninggalkan semuanya, tak berselang lama, Alex mengikuti langkah istrinya itu.
"Aku bilang pergi Lia, biarkan aku bicara berdua dengan Cucuku ini," gumamnya.
Antonio memang tidak pernah bisa keras dengan Camelia.
Camelia yang sangat mengerti dengan sifat sang Papa pun mengikuti perintah Papanya.
Sebelum pergi, Camelia memeluk putrinya yang sedang berusaha menahan tangis.
"Tenanglah Nak, dengarkan saja perkataan Kakekmu dan jawab dengan bijaksana," bisik Camelia.
Kanaya mengangguk.
Kini suasana semakin mencekam, Kanaya yang sejak dulu tidak begitu dekat dengan sang Kakek merasa semakin terintimidasi, ia hanya bisa menundukkan wajahnya berusaha menyembunyikan air mata yang ingin lepas landas.
"Kanaya, lihat Kakek,"
Kanaya mengangkat kepalanya, dan saat itu juga airmata meleleh di pipinya.
"Apa kau mencintai keluarga ini?"
"Ten-tu saja Kek, aku mencintai dan menyayangi kalian semua,"
"Kalau begitu, menikahlah dengan Ethan,"
"Aku gak mau Kek, Aku masih ingin kuliah dan ingin menggapai cita-citaku, aku mohon Kek,"
Antonio berdecak kesal.
"Itu artinya kau tidak sayang keluarga ini, kau memang sangat berbeda dari Clarista, Cucuku itu bahkan tidak berkata apapun saat aku mengatakan perjodohan ini, tapi Kau dengan mudah menolak permintaanku,"
Antonio memalingkan wajahnya, raut kekesalan terlihat jelas di wajah pria tua itu.
"Tapi Kek, apa Kakek tidak merasa khawatir, Clarista saja tiada tanpa penjelasan yang jelas, kenapa sekarang Kakek ingin aku menggantikan Clarista, aku dengar pria yang akan menikah dengan Clarista adalah pria dengan tingkah laku minus, mungkin saja itu penyebab Clarista mengakhiri hidupnya karena dia tidak ingin menikah, "
"Darimana kau bisa berpikir seperti itu! Ethan adalah pria yang baik, Kakek yakin ada sesuatu yang membuat Clarista mengakhiri hidupnya, tapi yang jelas bukan karena Ethan,"
"Aku tidak peduli Kek, aku tetap dengan pendirianku, aku mau fokus dengan pendidikanku!"
"Kau benar-benar tidak tahu terima kasih, selama ini darimana uang yang di dapat ibumu untuk menyekolahkan mu, sejak usia 2 tahun, aku yang bertanggung jawab atas dirimu, tapi permintaan kecilku ini tidak bisa kau laksanakan," ketus sang Kakek.
Air mata Kanaya semakin mengalir deras, ia tak menyangka Kakeknya mengungkit semua kebaikannya selama ini.
"Aku kan Cucumu Kek," lirih Kanaya.
"Justru itu, kau pikir selama ini bagaimana aku bisa bertahan melihat wajahmu yang sangat mirip dengan pria tak bertanggungjawab itu, di tubuhmu itu mengalir darah pria hina itu, tapi aku tetap memperjuangkan dirimu," sindir Antonio.
Kanaya mengerti dengan baik maksud sang Kakek, ia memang tidak mengenal dan tidak pernah melihat foto ayah kandungnya, walaupun begitu ada sedikit perasaan kesal saat Kakeknya menghina Ayah kandungnya, walaupun Kanaya tahu kalau perbuatan ayahnya itu tidak baik.
"Apa dengan menikahi pria itu, Kakek akan bisa mencintai aku seperti Kakek mencintai Clarista?" tanya Kanaya.
"Tentu saja, aku selalu mencintai kalian berdua," ujar sang Kakek.
Kanaya menarik nafasnya dalam-dalam.
Percuma ia menolak, sekeras apapun ia berusaha pasti semuanya akan sia-sia.
Clarista saja yang selama ini selalu di sayang, harus memenuhi keinginan sang Kakek, apalagi dirinya yang selama ini tidak terlalu diperhatikan dan di lirik oleh kakeknya.
Mungkin saja dengan begini sang Kakek bisa lebih mengerti dan menyayangi Kanaya dengan tulus, dan yang paling terpenting adalah ini semua demi keluarga.
Kalau Clarista saja yang begitu egois bisa mewujudkan keinginan sang Kakek, kenapa dirinya tidak bisa berkorban untuk keluarga.
"Baik-lah Kek, a-aku akan menggantikan Clarista," ucapnya terbata-bata.
Senyuman lebar langsung terlihat di wajah pria tua itu.
"Kemari lah Kanaya, peluk Kakek," ucapnya.