Kau Cantik

1036 Kata
Dustin menghalau dua gadis yang ada di kanan dan kirinya. "Pergilah! nanti aku menyusul," ucapnya setelah mengecup kedua bibir gadis itu di depan Ethan. Dustin yang licik seperti sang Kakek memang sangat suka mengganggu ketentraman Ethan. Ia menarik kursi lalu duduk di samping Ethan. "Kapan kau akan menikah?" senyum sinis memenuhi wajah tampannya. Dustin Hazardy juga termasuk salah satu deretan pria tampan di Keluarga Hazardy. Ethan diam dan tak berniat menjawab pertanyaan itu. Meskipun sudah mabuk, Ethan masih sadar kalau Dustin pasti berniat untuk mengolok dirinya. "Ayolah Et, kapan lagi kau menikah, kau lihat aku sudah memiliki dua anak, Damian adikku juga sudah memiliki anak, sedangkan kau," Dustin tersenyum licik. "Diam lah! dan pergi dari sini!" pekiknya. Ethan berusaha mati-matian menahan amarah yang sudah memuncak, amarahnya terhadap wanita yang memukulnya saja belum reda, kenapa sekarang dia harus berhadapan dengan Dustin yang licik seperti rubah ini. Ethan tahu kalau Dustin berusaha membuatnya emosi lalu memukuli dirinya sehingga Ethan akan kembali masuk berita karena melakukan penganiayaan, dulu sekali Ethan pernah terpancing dan benar saja, Ethan langsung masuk dalam berita utama. Kali ini ia tak akan masuk kedalam jebakan pria licik di sampingnya itu. Dustin terkekeh "Jangan-jangan kau ini belok Et, soalnya aku tak pernah melihatmu bersama wanita, " bisiknya sambil terkekeh jelas di telinga Ethan. Ethan yang tak lagi bisa menahan amarah langsung menarik kasar kerah kemeja yang dipakai oleh Dustin, ia bahkan sudah mengangkat tinju-tinjunya. Syukurnya David yang tak jauh dari Ethan dan Dustin langsung menahan tangan Ethan yang sudah melayang. "Cukup Et, kau harus tenang, jangan buat dirimu kembali menjadi pemberitaan buruk, itu akan membuat citra mu jelek," bisik David. Dustin tersenyum licik. Mendengar ucapan David membuat Ethan sadar dan langsung melepaskan Dustin. "A-aku lebih baik pergi," ujarnya pada David. Sambil terhuyung, Ethan berusaha bangkit dan berjalan keluar menuju parkir. Sedangkan Dustin hanya tersenyum melihat kepergian Ethan. David hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Dustin. Dustin menatap sinis kearah David dan berlalu menuju ke tempat para wanita jalang sedang menunggunya. Di dalam mobil, Ethan berusaha untuk tetap sadar. Ia masih mengingat kata-kata yang keluar dari bibir Dustin. "b******n itu selalu mencari masalah denganku, kenapa semua orang mengira aku tidak normal, usiaku masih dua puluh lima tahun, apa yang salah kalau aku belum menikah, daripada seperti Dustin b******n itu, dia sudah menikah tapi selalu bermain gila dengan para wanita jalang," Ethan memukuli setir mobilnya. Ethan pun menghidupkan mesin mobilnya, ia harus segera pulang ke rumah, karena besok ia harus menghadiri pemakaman dan penghormatan terakhir untuk Tunangannya yang telah tiada, ia tak mau kalau harus di omeli sang Kakek. *** Kanaya termenung sambil sesekali mengisap orange jusnya, ia teringat pada pria yang tadi sudah mengatai fisiknya. "Kau kenapa sih Kana? sejak tadi aku lihat kau terus melamun?" tanya Reins yang memang melihat gelagat aneh Kanaya setelah balik dari toilet. "Em ...aku mau tanya Reins, apa aku ini rata dan tepos?" Uhuk uhuk ... Reins yang sedang menegak alkohol dengan kadar ringan itu bahkan sampai tersedak mendengar pertanyaan nyeleneh Kanaya. "Kau kenapa sih?" ujar Kanaya sedikit terkekeh melihat keterkejutan Reins, ia mengambil sapu tangan dari tasnya lalu memberikannya pada Reins untuk mengelap minuman yang berceceran di mulut dan pakaiannya. Reins menerima sapu tangan milik Kanaya, sapu tangan berwarna pink dengan gambar hello kitty itu, ia mengelap area bibirnya dan tentu saja mencium aroma yang begitu wangi dari sapu tangan tersebut. Sejenak Reins malah menikmati aroma sapu tangan itu seakan-akan ia sedang mencium aroma tubuh Kanaya. "Hei Reins!" panggil Kanaya yang keheranan melihat Reins yang melamun sambil mengendus-endus sapu tangan miliknya. "I-iya Kana,maafkan aku," kekehnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, rasanya dia seperti tertangkap basah mencium pipi Kanaya. Reins langsung memasukkan sapu tangan bergambar hello kitty itu ke dalam saku celananya. "Gimana pertanyaanku tadi?" tanya Kana lagi. Seperti biasa, Kana tidak merasa canggung menanyakan masalah apapun kepada Reins, baginya Reins seperti abangnya. Reins menelan salivanya sendiri. "Em ...kau sangat cantik Kana," gumamnya. "Hah ..." Kana tidak mendengar begitu jelas karena musik yang kuat dan Reins mengatakannya sangat pelan. "Aku bilang kau cantik," ucap Reins dengan jelas dan tegas dengan spontan. Kana malah memukul lengan Reins. "Lain yang kutanya, lain yang kau jawab!" Kanaya mendengus kesal, rasanya Reins seperti menghindari pertanyaannya, apa jangan-jangan yang di katakan orang tadi benar kalau dirinya memang rata dan tepos. "Kalau cantik artinya semua yang ada di tubuhmu pas Kana, kau cantik apa adanya, tidak berlebihan dan menurutku semua yang ada di tubuhmu cantik dan pas," ujarnya tersenyum lebar. Kana pun membalas senyuman Reins dengan senyuman lebih lebar. "Kau memang yang terbaik Reins, aku rasa pun begitu," kekeh Kanaya merasa bangga pada dirinya sendiri. "Dan yang paling utama kau baik, tulus dan pintar, dimana lagi menemukan wanita sepertimu, kau selalu menjadi yang utama dalam bidang pendidikan," puji Reins. "Ah ...kau terus begitu Reins, kau sudah melebih-lebihkan, sampai sekarang aku saja belum jadi apa-apa, apanya yang sempurna," "Itu karena kau masih menempuh pendidikan, aku yakin kau pasti akan menjadi seorang peneliti hebat seperti cita-citamu, aku yakin dan doakan itu untukmu," ucap Reins. "Dan saat aku menjadi pengacara hebat dan pantas bersanding di sebelahmu, aku akan melamar dan menikahi mu Kana," batin Reins. Mendengar kata-kata Reins membuat hati Kana terharu, ia berdiri lalu memeluk tubuh Reins dengan erat. "Makasih Reins, kau selalu membuat hatiku tenang," bisiknya tepat di telinga kanan Reins. Tidak sadarkah Kanaya kalau sentuhan dan deru nafasnya membuat Reins ingin pingsan saat itu juga. Kanaya yang masih kekanak-kanakan tidak menyadari setiap sentuhan dan kata-kata yang ia lontarkan pada Reins, baginya Reins masih seperti temannya sewaktu kecil, meskipun ada perbedaan usia empat tahun di antara keduanya, Kanaya tidak pernah merasa risih atau dekat-dekat dengan Reins. Setelah melepaskan pelukannya, Kanaya menatap Reins dengan penuh rasa kasih sayang "Aku akan selalu menyayangimu Reins, hanya kau orang yang paling mengerti aku setelah Mama," ucapnya membuat hati Reins semakin berdebar kencang. Setelah beberapa jam berada di Club, Kanaya dan Reins memutuskan untuk pulang, besok adalah hari pemakaman Clarista, artinya besok pagi semua orang pasti sudah sibuk. Kanaya yang bersusah payah masuk kedalam kediaman Taufan itu melirik kesana kemari, ia tak mau sampai ada yang tahu kalau dirinya berada di luar saat semua orang sedang berduka. Bagaimana pun ia merasa bersalah karena malah bersenang-senang di Club di saat semua keluarganya sedang bersedih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN