Pertemuan

1001 Kata
"Cukup Et, Kau sudah mabuk!" ujar David. Ethan memang tampak menunduk, wajah tampannya memerah, bahkan kemeja yang ia pakai itu sudah terbuka tiga kancingnya sehingga menunjukkan d**a bisep miliknya. Kalau saja para gadis melihat pasti mereka akan berteriak histeris. "Aku belum mabuk," tukasnya. "Kau keras kepala sekali, nanti siapa yang akan mengantarmu pulang kalau kau mabuk, aku harus standby disini sampai pagi," ketus David. "Beberapa gelas lagi, berikan aku beberapa gelas lagi," pintanya. Ethan mengabaikan ucapan sahabatnya itu, ia merasa kalau dirinya masih sadar sepenuhnya. Ethan menegak minuman itu sekali tegakan. "Aku mau ke toilet dulu," "Pergilah!" David menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan aneh Ethan, bukankah ia sendiri mengatakan tidak mencintai wanita yang menjadi tunangannya itu, kenapa dia harus frustasi. Kanaya dan Reins baru saja sampai di Club, mereka juga merupakan salah satu anggota Club VVIP yang sudah di kenal oleh para petugas keamanan. "Eh Mbak Kanaya, udah lama gak kemari," sapa seorang petugas keamanan. "Iya Pak, saya selama ini di Amerika," kekeh Kanaya. "Wah hebat-hebat," ujar petugas keamanan yang usianya pantas menjadi ayah Kanaya, pria paruh baya itu bahkan menunjukkan jari jempolnya. Kanaya hanya tersenyum membalas pujian itu. "Reins masuklah lebih dulu, cari meja yang enak untuk ngobrol, aku ke toilet dulu, mau merapikan rambutku," "Baiklah Kana, aku akan masuk dulu," Kanaya berjalan ke arah toilet, Club ini tidak begitu ramai dan tak terlalu berisik karena Club ini hanya di datangi oleh mereka yang berasal dari kalangan atas. Kanaya berjalan sambil merogo-rogo tasnya. "Argh ..." Kanaya menabrak seorang pria, namun karena sigap pria itu menangkap tubuh Kanaya dalam pelukannya. Posisi mereka memang sangat dejavu. Tangan Kanaya tepat berada di d**a bisep Ethan yang menggoda. Beberapa detik Kanaya melihat sorot mata tajam pria tampan itu, ia bahkan sempat menelan salivanya karena sesaat kagum dengan ketampanan pria itu. Namun ia sadar karena mencium aroma alkohol dari tubuh pria itu. "Lepaskan!" bentaknya berusaha melepaskan diri dari pria tampan yang terlihat sedikit terhuyung-huyung. "Kalau jalan hati-hati Nona," "Kau yang hati-hati, bukannya minta maaf," ketus Kanaya. Gadis itu bahkan melawan sorot tajam mata itu dengan membuka lebar matanya. Ethan melihat wanita yang menabrak tubuhnya itu dari atas hingga ke bawah, meskipun mabuk ia masih sadar dan menyadari semua yang terjadi. "Kau kenapa bisa masuk kemari, gadis di bawah umur sepertimu seharusnya di rumah," Ethan yang dingin dan pelit dalam berbicara itu memang bisa berubah seribu derajat kalau sedang mabuk, ia bisa menjadi tukang bicara dan terus mengoceh. "Hei! hati-hati kalau bicara Tuan! aku bukan gadis di bawah umur," pekiknya. Ethan tertawa terbahak-bahak. "Kau ini, lihat tubuhmu itu masih rata dan tepos!" ledeknya. Ethan terus tertawa tanpa sadar. Kanaya mengepalkan kedua tangannya. "b*****t!" Bukh ... Kanaya meninju Ethan hingga membuat pria bertubuh kekar itu terhuyung, itu semua karena Ethan memang sudah mabuk sehingga ia tak bisa menangkis atau mengelak dari pukulan mendadak yang berikan Kanaya. "Kau!" Ethan yang sudah berada di lantai memegangi hidungnya yang sudah mimisan. "Rasakan itu b******n!" Kanaya meninggalkan Ethan begitu saja, sedangkan Ethan pria yang biasanya tak bisa dikalahkan oleh dua orang pria sekaligus itu harus babak belur oleh seorang wanita. Kanaya yang masih kesal, berjalan tergesa-gesa sambil memegangi dadanya "Apa dadaku ini memang rata?" Kanaya juga memegangi bokongnya "Apa bokongku juga tepos?" "Dasar laki-laki sialan!" teriak Kanaya dalam hatinya. Kanaya yang sudah tak enak hati merasa ingin pulang saja, tapi ia ingat kalau dirinya datang berdua dengan Reins ke Club ini. Dengan berat hati, Kanaya terpaksa melanjutkan niatnya untuk masuk ke dalam Club, Kanaya mencari keberadaan Reins, biasanya Reins akan menyapa teman mereka yaitu Bartender yang bernama David. Kanaya melihat ke arah meja Bartender dan benar sekali kalau Reins sedang berbincang-bincang dengan David. Kanaya yang lesu tak bersemangat menyapa Reins dan David. "Hai Vid?" "Hai juga Kanaya, kau sudah kembali?" "Iya David," Seperti biasa Kanaya dan David hanya sekedar berbasa-basi, karena David adalah teman Reins, Kanaya tidak begitu mengenal David, namun ia tetap berusaha berhubungan baik dengan David. "Ayo kita ke atas Reins," ajak Kanaya. "Oke Kana. Kalau begitu gue dan Kanaya ke atas dulu Vid," "Oke Bro, have fun ..." Setelah kepergian Reins dan Kanaya, David hanya bisa tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, sejak dulu Reins hanya membawa Kanaya ke Club, ia tak pernah sekali pun dekat dengan wanita manapun, walaupun hubungan itu tersembunyi di balik kata Sahabat, David dapat melihat dengan jelas kalau Reins sangat mencintai Kanaya. " Reins, Reins, Kalau cinta seharusnya kau katakan secepatnya, jangan sampai di rebut orang lain," kekeh David. Tak berselang lama, Ethan muncul dengan wajah penuh amarah sambil memegangi hidungnya yang syukurnya sudah tak mengeluarkan darah lagi. David tercengang melihat kondisi Ethan yang semakin kacau "Kau kenapa? kenapa hidungmu?" selidik David. Ethan tak mungkin jujur pada David, bisa-bisa David akan meledek dirinya bila tahu Ethan habis di pukul oleh seorang gadis ingusan. "A-aku tadi membentur pintu, dan hidungku yang menjadi korbannya," gumam Ethan. Pria setengah mabuk itu kembali duduk di kursinya. Bukan kasihan atau berniat membantu Ethan mengobati hidungnya, David malah tertawa terbahak-bahak. "Kan sudah aku bilang jangan minum lagi, bisa-bisanya seorang Ethan Hazardy menabrak pintu," "Hah diam lah! aku masih kesal," "Kesal! pada siapa? pintu?" kekeh David. Ethan hanya bisa mengepalkan kedua tangannya. "Lihat saja kalau aku bertemu lagi dengan wanita itu, aku akan membalas dendam," batinnya. "Berikan lagi aku segelas!" "Kau yakin?" kekeh David. "Aku yakin!" bentaknya. Baru saja Ethan ingin menegak minumannya, seseorang menyapa dirinya dengan menepuk pundak tegapnya. "Hai Et," Ethan yang mengenal suara itu langsung membalikkan tubuhnya dan melihat asal suara itu. "Kau!" ketus Ethan. "Kenapa terkejut begitu sih, kita ini kan keluarga,apa salahnya aku menyapa keluarga," seringai pria itu. Pria itu adalah Dustin Hazardy, Cucu tertua dari Reiner Hazardy, adik dari Edward Hazardy. Dustin bahkan sedang merangkul dua gadis sexy di kanan dan kirinya. Ethan hanya menyeringai, ia melihat ke arah kedua wanita jalang yang sedang bersama Dustin, jelas-jelas pria b******k itu sudah menikah dengan seorang putri tunggal pemilik hotel Serayu. Hotel bintang lima yang memiliki kekayaan yang cukup untuk menjadikan mereka salah satu konglomerat di kota ini. "Terserah kau saja," gumamnya kembali membalikkan tubuh dan menegak minuman miliknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN