"Maafkan aku sayang!" Himsa memegang kedua tangannya Jani. Saat itu perempuan itu sudah kembali sadar. Dia sedang meminum teh manis hangat. "Aku enggak kenapa napa. Mas." ujar Jani. Perlahan melepaskan gelas berisi teh manis yang isinya tinggal setengah. "Aku akan memenjarakan perempuan itu." tegas Himsa. "Tidak, mas. Jangan!" "Loh, kenapa?" "Karena dia hanya lah seorang perempuan yang sedang cemburu. Kami bertengkar biasa saja, tidak sampai memakan korban kan?" Himsa menggeleng tidak habis pikir dengan kebaikan perempuan itu. Dia memeluknya lembut sekali. "Aku sangat beruntung memiliki kamu. Pokoknya aku akan menikah sama kamu minggu ini." "Hah, kenapa cepat sekali?" "karena aku ingin segera melindungi kamu. Biar kamu enggak terus digangguin oleh lampir lampir itu. Perempuan itu.