STELLA |4|

1469 Kata
Seorang pria tengah senyum-senyum, ia teringat dengan pertemuannya dengan seorang gadis yang sama sekali tak dikenalnya. Pria itu selalu kepikiran dengan gadis asing itu, entahlah sepertinya ia sudah gila karena sedari tadi memikirkan hal itu. Yah, cewek itu adalah Stella. Sepertinya ia sudah mengikhlaskan kepergian gadis yang dulu selalu ada di hari dan pikirannya, namun tak mungkin secepat itu karena ia benar-benar menyukai gadisnya yang dulu. Geral menggeleng, ia tak boleh memikirkan gadis yang bernama Stella itu, lama-lama ia bisa menjadi gila jika memikirkan hal itu terus. "Emang kamu mau berteman sama saya?" "Mau lah, siapa sih yang nggak mau temenan sama cowok ganteng kayak lo, eh?!" Geral terkekeh, kalimat itu tiba-tiba terbayang dipikirannya. Geral mengambil ponselnya dari nakas dan membuka aplikasi kamera dan menatap pantulan wajahnya di layar ponselnya. ''Gue baru nyadar kalo gue ganteng, pantes banyak cewek-cewek yang nempel ke gue. Tapi Papa bilang gue jelek, yang mana sih yang bener," ucapnya. Geral memasukkan ponselnya ke saku celana jins nya, ia mengambil jaket boomber dan keluar dari kamar. Geral menemukan kedua orang tuanya sedang mengobrol dengan sepasang suami dan istri. "Malem Tante, Om," sapanya ramah. Sepasang suami istri itu ternyata Tante dan juga Om nya yang datang dari Jakarta. Tante dan Om Geral hanya tersenyum, membalas sapaannya. "Kamu ke rumah tante gih, kasian anak gadis tante di rumah sendirian," ucap Tante Geral. Geral tersenyum, sebenarnya ia ingin menolak ucapan Tantenya tapi ia segan, karena Geral ingin menemui seseorang. "Maaf Tante, saya mau bertemu dengan teman saya malam ini. Mungkin lain kali tante." "Oh begitu, gak pa-pa kok." "Ma, Pa, Aku pergi dulu ya," pamitnya. "Pulangnya jangan kemaleman, inget waktu," ucap Mamanya. Geral mengangguk dan langsung pergi menuju teras rumahnya, ia menaiki motor dan menghidupkan mesin motornya, Geral mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata ia tak sabar ingin bertemu dengan gadis itu lagi. Geral telah sampai di depan sebuah rumah yang lumayan besar, Geral menghela nafas dan mengetuk pintu besar itu. Tak lama pintu itu terbuka. "Cari siapa ya?" tanya seorang wanita yang berumur sekitar 30 tahun. "Stella nya ada?" tanya Geral sopan. "Ada, mau ketemu sama Stella ya?" Geral mengangguk. "Ya udah, Mbak panggil Stella dulu." Wanita itu pun menutup pintu, meninggalkan Geral yang tak dipersilahkan masuk ke dalam. Geral duduk di salah kursi yang berada di teras rumah Stella, cukup lama ia menunggu Stella tetapi gadis itu tak kunjung keluar dari rumahnya. Tiba-tiba pintu itu terbuka dan menampilkan sosok Stella dengan baju tidur bergambar kuda pony melekat di tubuhnya dan rambut yang sedikit berantakan. Geral sempat terkejut dengan penampilan Stella, menurutnya Stella sangat lucu mengenakan baju tidurnya. "Lo? Ngapain ke sini?" Geral berdiri dari duduknya. "Nggak boleh ya?" "Siapa yang bilang? Gue malah seneng lo datang ke rumah gue." Geral terkekeh pelan. "Bunganya mana?" Geral mengernyit, ia tak paham dengan ucapan Stella barusan. "Bunga?" "Iya, lo nggak bawa bunga atau apa gitu buat gue?" Dalam hati Geral merutuki dirinya sendiri, seharusnya ia berpikir panjang sebelum menemui Stella. Stella tiba-tiba tertawa. "Gue bercanda doang," Diam-diam Geral menghela nafas lega. "Hm, lo ngapain malem-malem ke rumah gue? "Mau ngajakin kamu jalan-jalan," ucap Geral. ''Jalan kaki?" tanya Stella. "Nggak, naik gojek." "Tarik tiga dong, jadi terong cabean," ucap Stella. Geral menghela nafas gusar, berbicara dengan Stella seperti berbicara kepada anak berusia lima tahun, butuh kesabaran ekstra. "Naik motor saya aja kalo kayak gitu." "Emang lo mau ngajakin gue kemana?" tanya Stella lagi. "Ke KUA, mau?" Stella bungkam, gadis itu mengalihkan wajahnya yang sudah semerah tomat matang. Geral terkekeh melihatnya. "Lo serius mau ngajakin gue ke tempat itu? Soalnya Mama sama Papa gue lagi nggak ada di rumah," ucap Stella. "Ya udah, ke KUA nya ditunda aja. Sekarang kamu ganti baju, saya mau ngajakin kamu ke suatu tempat." Stella membelalakkan matanya, sepertinya gadis itu tak sadar jika ia mengenakan baju tidurnya dan rambut berantakan. Stella baru ingat jika ia baru saja bangun dari tidurnya, Stella memang terbiasa jika tidur di sore hari. Stella nyengir dan melesat memasuki rumahnya. ''Jadi pengen bawa pulang tuh cewek," gumam Geral sambil tersenyum. *** Motor Geral telah tiba di suatu tempat yang cukup ramai, yang banyak di penuhi oleh beberapa pasang kekasih. Tempat itu sangat indah dengan lampu kerlap-kerlip, membuat tempat itu sangat romantis. Geral dan Stella duduk di salah satu kursi, Stella menatap tabjuk ke sekelilingnya, sepertinya ia menyukai tempat itu. Sedangkan Geral? Cowok itu sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya. Stella mengambil beberapa gambar dengan menggunakan kamera yang sengaja di bawanya, tentu saja Stella tak lupa membawa benda berlensa itu. Setiap sekali Stella mengunjungi tempat di kota itu, Stella harus mengambil beberapa gambar yang menurutnya menarik. Karena Stella tak ingin melupakan kenangannya ketika berlibur bersama keluarga dan tentu Stella tak akan lupa dengan Geral si cowok asing itu. Diam-diam Stella mengambil foto Geral, untung saja cowok itu tak menyadari jika Stella tengah memotret dirinya. "Geral," panggil Stella. "Ya?" "Lo ngajakin gue ke sini cuma buat nemenin lo main hp doang?" ucap Stella kesal karena sedari tadi cowok itu fokus kepada ponselnya. "Kamu juga sibuk sama kamera kamu, saya di cuekin." "Ya udah lupain, sekarang kita foto bareng yuk," ucap Stella. "Siapa yang fotoin?" Stella menatap kanan dan kiri, ia memanggil seorang cewek yang kebetulan lewat. "Maaf Mbak, boleh minta tolong sebentar nggak, tolong fotoin kita, bisa?" Perempuan itu mengangguk, Stella dengan cepat memberikan kameranya dan menarik tangan Geral agar berdiri di sampingnya, keduanya pun tersenyum ke arah kamera. Banyak pose yang Stella buat, membuat Geral terkekeh geli melihatnya. Setelah itu, Stella mengambil kembali kameranya dan berterimakasih kepada perempuan tadi. Stella duduk kembali dan melihat hasil fotonya, Stella tersenyum, hasilnya sangat bagus. Akhirnya gue bisa foto bareng sama Geral, batinnya. Stella tak sadar jika Geral sudah tak berada di sampingnya karena Stella yang fokus menatap hasil foto dirinya dengan Geral. "Hey!" Stella mengelus dadanya, Geral berhasil membuat cewek itu terkejut kaget sampai ingin melompat dari duduknya, untung saja hal itu belum terjadi. "Sorry, saya bukan bermaksud buat ngagetin kamu." "Tapi mau buat gue jantungan," cibir Stella. Geral hanya terkekeh, "Nih buat kamu." "Lo beli cilok?" "Kenapa? Nggak suka ya?" "Siapa yang bilang? Gue cuma heran aja, biasanya cowok-cowok ngajakin gue jalan terus beliin gue gulali atau nggak jagung bakar dan lo beliin gue cilok," ucap Stella. Geral menghela nafas, lagi-lagi ia kurang berpikir panjang untuk memberikan sesuatu kepada Stella. "Ya udah, nanti saya beliin kamu gulali sama jagung bakar, ya." "Nggak, buat apa? Gue suka cilok kok," ucap Stella seraya memakan makanan berbentuk bulat itu. Geral tersenyum melihatnya, Geral memang tak tahu apa maunya gadis itu, tetapi ia bisa memberikan apa saja yang tak berlebihan untuk Stella. Stella memang selalu membanding-bandingkannya dengan beberapa cowok, tetapi Geral tak membenci hal itu karena Geral ingin memperlakukan Stella dengan caranya sendiri. Kesederhanaan, itu lah yang terpenting menurut Geral. "Siap ini kita pulang ya," ucap Geral. Stella mendesah pelan, ''Yah, kok cepet banget padahal kita baru nyampe." "Udah malam, nggak baik cewek kayak kamu belum pulang ke rumah." Stella menatap jam tangan yang berada di pergelangan tangannya. "Masih jam 8 malem." "Tetep aja nggak baik buat kamu." "Pokoknya gue nggak mau pulang!" ucap Stella mantap. Geral menghela nafas gusar, "Besok saya jemput kamu lagi kok, besok kita jalan-jalan lagi." "Janji?" ucap Stella bak anak kecil. Geral terkekeh dan tersenyum. Stella tersenyum, "Ya udah, yuk pulang!" seru Stella. Geral tersenyum melihat sikap Stella, ia pun berjalan menuju motornya. "Tadi lo beli ciloknya di mana? Gue mau bungkusin buat Mbak Wan," ucap Stella. "Mbak yang di rumah kamu tadi?" Stella mengangguk, Geral dan Stella pun pergi membeli cilok dan tentunya Geral yang membayarnya. Setelah itu mereka langsung pulang meninggalkan tempat itu. *** Motor Geral telah tiba di depan gerbang rumah Stella, dengan pelan Stella turun dari motornya. "Lo nggak mau masuk dulu? Kebetulan Mama sama Papa gue udah pulang tuh," ucap Stella. "Lain kali aja ya, saya udah ada janji soalnya." "Oh jadi lo mulangin gue cepet-cepet karena lo mau nemuin orang lain?" Geral memijit keningnya, ia bingung menjelaskannya kepada Stella. Sebenarnya Gellard mendapatkan sebuah pesan dari temannya, teman-teman Gellard menyuruhnya agar datang karena ada pertemuan klub renang disebuah kafe. "Bukan gitu, saya-" "Gue ngerti kok, ya udah pulang gih. Besok aja gue kenalin lo ke orangtua gue, siapa tau mereka restuin kan." Geral membelalakkan matanya, ia mengerti dengan ucapan Stella. Stella tertawa pelan, "Gue bercanda, udah sana pulang. Bawa motornya jangan kayak orang kesurupan, hati-hati di jalan jangan sampai ban motor lo nginjek semut." Geral terkekeh, dan mengacak pelan rambut Stella. "Iya, saya pulang dulu ya, good night." Stella terdiam, ia berusaha menahan senyumnya. Geral mengerlingkan sebelah matanya dan berlalu pergi. Stella tersenyum lebar, ia menatap punggung Geral yang sudah menghilang dari pandangannya. "Geral, lo buat gue baper tau nggak!" jeritnya. Percuma ia menjerit toh, Geral tak lagi mendengarnya. *** ???
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN