Selama tinggal di rumah orang tuanya, Seo woo merasa kehidupannya yang dulu seperti kembali. Di mana setiap pagi ia di antar oleh Kyung woo dan pulang akan di jemput oleh supir ayahnya menuju tempat les, Jae hoon sendiri di kabarkan ke luar kota mengikuti seminar selama dua minggu yang itu artinya dia bisa menikmati waktu tanpa mengkhawatirkan statusnya.
Tak hanya itu, waktu berdua bersama Tae kyung pun menjadi lebih banyak. Selama ada Tae kyung, gadis yang biasanya pergi kemana-mana menggunakan taksi kini beralih ke bus umum. Setiap pulang dari tempat les dia akan di jemput oleh Tae kyung kemudian pulang bersama meskipun arah tujuan mereka berbeda.
Seperti biasa, setelah pelajaran ketiga selesai maka Seo woo dan kedua sahabatnya akan bergerak menuju kantin. Biasanya di sana mereka bertemu dengan Tae kyung sehingga menggunakan satu meja bersama. Meskipun Seo woo telah memiliki Tae kyung ia tak lupa mengajak dua sahabatnya, bagaimana pun itu Seo woo tidak akan pernah meninggalkan mereka.
Pandangan Minju dan Byeolim terus tertuju pada Seo woo dan Tae kyung yang saling memberikan menu lauk mereka, mulai dari Seo woo yang tidak suka dengan acar sementara Tae kyung memberikan daging semur untuk Seo woo. Sungguh dua pasangan yang terlihat menggemaskan membuat mereka iri namun hanya dapat tersenyum-senyum sambil menikmati makanan mereka.
Setelah makan siang mereka selesai Minju dan Seo woo kebetulan pergi ke toilet dan meninggalkan Byeolim bersama Tae kyung di koridor, saat itu Byeolim terus menatap Tae kyung dengan tatapan tajam sehingga membuat pria itu salah tingkah dan menggaruk kepala tak gatal di buatnya.
" Sunbae, kau tidak sedang mempermainkan Seo woo kan.? " Serang Byeolim dengan penuh penegasan.
" Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu.?"
" Aku hanya tidak ingin kau sampai mempermainkan sahabatku, dia baru saja pacaran dengan seseorang jadi aku takut Seo woo akan terluka karena ketidakseriusan mu itu. "
Mendengar ucapan Byeolim barusan, Tae kyung tak berkutik sama sekali. Ia diam seribu bahasa dan pandangan yang tertuju ke bawah, baru saja ia hendak bicara Seo woo dan Minju sudah muncul dan mengajak mereka pergi.
***
Dering bel tanda jam terakhir telah usai mewarnai seluruh ruangan, semua murid begitu senang di jam terakhir dan mereka sangat bersemangat untuk bergegas meninggalkan sekolah. Seo woo yang telah siap pergi ke tempat agensinya langsung pamit dengan dua sahabatnya kemudian berlari dengan cepat karena Tae kyung sudah menunggunya di pintu gerbang.
" Seo woo terlihat lebih ceria dari sebelumnya, tapi anehnya sampai saat ini dia tidak memberitahu kita bagaimana dia bisa di terima di KeyEast. " Ucap Byeolim sambil memasukkan barang-barang ke dalam tasnya.
" Mungkin dia punya alasan tersendiri, kita tunggu saja sampai Seo woo mau menceritakannya. " Balas Minju yang bahkan tidak mempermasalahkan hal itu.
Ketika melihat guru olahraga mereka yang lewat, sontak Minju bergegas meninggalkan Byeolim yang masih sibuk merapihkan barang-barangnya. Tidak Seo woo tidak Minju keduanya benar-benar telah di mabuk Asmara, sayangnya kisah Cinta Minju mungkin akan berakhir mengenaskan. Saat ini Byeolim sendiri belum benar-benar menyukai seseorang dalam hidupnya, tapi hal itu tak menjadi masalah karena bagi Byeolim Cinta bukanlah hal utama yang harus di tuju.
Begitu semua barangnya telah masuk, ia merangkul tasnya dan berjalan meninggalkan kelas. Ponselnya tiba-tiba berdering menandakan ada pesan yang masuk, karena fokus Byeolim tertuju pada ponselnya ia bahkan tak melihat anak tangga sehingga membuatnya hampir terjatuh jika saja seseorang tak menarik lengannya hingga wajah mereka saling bertemu satu sama lain.
" Te-terima kasih. " Ucapnya gugup.
Minho melepas tangannya setelah Byeolim berdiri dengan benar, pria itu hanya mengangguk pelan kemudian berlalu meninggalkan gadis itu. Untuk pertama kalinya Byeolim melihat Minho yang tidak seperti Minho dulu, sisi Minho yang seperti itu berhasil membuatnya tersentuh.
" Apa yang ku pikirkan. " Ucapnya sambil geleng-geleng.
***
Seo woo dan Tae kyung terlihat saling bergandengan tangan menunggu lampu lalu lintas memberi tanda untuk jalan, di hadapan mereka sudah ada gedung agensi tempat Seo woo berlatih akting. Selama perjalanan menuju tempat itu Seo woo merasa begitu senang, karena ini kali pertama dia di antar oleh Tae kyung ke tempat itu meskipun ia tahu di sana juga ada Jihyun mantan pacarnya.
Lampu sudah berubah warna dan memperbolehkan pejalan kaki untuk segera menyeberang, keduanya berjalan dengan cepat masih dengan saling bergandengan tangan. Begitu tiba di pelataran agensi, Tae kyung mengentikan langkahnya dan membiarkan Seo woo untuk segera masuk.
" Terima kasih Oppa sudah mengantarku sampai di sini. " Ucap Seo woo sangat senang.
" Hmm.. Masuklah nanti kau telat. "
Seo woo mengangguk pelan kemudian berlari memasuki gedung sambil sesekali menoleh melambaikan tangan pada pria itu, setelah memastikan Seo woo masuk ke dalam gedung Tae kyung pun berbalik hendak meninggalkan tempat itu. Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti setelah melihat kemunculan seseorang yang entah sejak kapan berdiri di sana.
" Jihyun -ah. " Ucap Tae kyung tampak ingin mendekati gadis itu namun sayangnya Jihyun kembali melangkahkan kakinya dengan cepat.
" Jihyun aku ~"
" Hentikan, aku tidak ingin bicara dengan mu lagi. " Lontar Jihyun tanpa menoleh sama sekali.
Tae kyung menatap kepergian Jihyun dengan sendu, langkahnya tertahan begitu saja setelah Jihyun mengatakan kalimat barusan yang menusuk hatinya. Sementara itu Jihyun yang baru saja sampai di pintu masuk agensi kembali menoleh ke arah Tae kyung yang sudah berlalu meninggalkan tempatnya, lirikan tajam Jihyun tertuju ke dalam gedung yang membuat perasaannya dongkol saat ini.
***
" Seo woo, turun sekarang juga.!! " Sahutan ayahnya dari lantai satu terdengar sangat jelas dari kamar gadis itu.
Seo woo yang sedang asyik menelpon dengan Tae kyung terpaksa harus menyudahi percakapan mereka, ayahnya di bawah sudah berapa kali memanggilnya untuk segera ke bawah. Dengan langkah gontai gadis itu pun segera turun, setelah sampai di tangga ia terkejut dengan kehadiran Jae hoon.
" Ahjussi, " ucapnya pelan dengan perasaan tidak enak.
" Jae hoon sudah kembali, dia datang untuk menjemput mu. Sekarang juga kemas barang-barang mu dan ikut pulang bersamanya. " Sahut Ayahnya seketika membuat Seo woo terkejut.
" Kenapa dia pulang begitu cepat, aku masih ingin tinggal di sini, tapi jika aku menolak pasti ayah akan sangat marah. " benak Seo woo yang akhirnya terpaksa kembali ke kamar untuk mengemas barang-barangnya.
Setelah selesai mengemas barang-barangnya, Jae hoon pamit undur diri pada ayah dan ibu mertuanya di ikuti Seo woo yang melangkah pergi dengan perasaan terpaksa. Saat di mobil pun Jae hoon tak banyak bicara dan tetap fokus pada laju mobilnya, Seo woo merasa pria itu terlihat seperti bukan Jae hoon yang di kenalnya kemarin.
Mood Seo woo kembali membaik tatkala ia mendapat pesan dari Tae kyung, hanya dengan mengirimkan kata-kata yang tak ada artinya membuat gadis itu senang. Sesekali ia tertawa pelan menatap layar ponselnya, membuat Jae hoon yang menyadari akan hal itu sempat meliriknya namun tak melontarkan pertanyaan apapun.
***
Sinar Mentari yang hangat berhasil membangunkan seorang gadis cantik yang masih berada di tempat tidurnya, hari ini kebetulan kelas akting di mulai pukul 2 siang sehingga ia masih bisa malas-malasan di rumah. Hal pertama yang di lakukan setelah bangun pagi adalah mengecek pesan dari Tae kyung, senyum bahagia terpancar jelas di wajah gadis itu mengawali minggu pagi yang penuh semangat.
Setelah menghabiskan sepuluh menit saling mengirim pesan dengan Tae kyung, ia pun mengakhiri percakapan random mereka dan kini Seo woo mulai bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas mandi kemudian sarapan. Hanya membutuhkan waktu 15 menit saja untuk Seo woo bersih-bersih di hari minggu, kini ia telah selesai menggunakan stelan baju senada berwarna ungu lilac.
Ketika ia keluar kamar dan menuju dapur, wajah cengo Seo woo mencari sosok Jae hoon nampak terlihat jelas. Tidak biasanya Jae hoon berada di kamar jam begini, paling tidak dia akan menikmati secangkir kopi dan sarapan sudah tersedia di meja namun kali ini bahkan batang hidungnya pun tak muncul.
Seketika Seo woo lupa akan satu hal, apa yang waktu itu di katakan nya pada Jae hoon untuk tidak lagi memperlakukannya sebagai seorang istri mungkin menjadi alasan Jae hoon saat ini tidak menyediakan sarapan. Alhasil Seo woo hanya dapat pasrah, untungnya ada roti dan selai yang dapat di makannya pagi ini.
" Kalau terus seperti ini aku bisa kurus kering. " Ucap Seo woo menatap roti di tangannya dengan malas.
Mendengar suara pintu terbuka membuat Seo woo seketika berakting biasa saja, hingga akhirnya Jae hoon datang ke dapur dan mengambil segelas air untuk di minum. Tak ada komunikasi yang terjadi, dan hal itu membuat Seo woo benar-benar di buat penasaran dengan sikap Jae hoon kali ini.
" Ahjussi, ada yang ingin ku katakan padamu. " Ucap Seo woo yang tiba-tiba berdiri dari kursinya dan menatap Jae hoon dengan serius.
" Hmm.. Katakan. " Balasnya pelan kemudian tetap menjalankan aktivitasnya yang kali ini ingin menyeduh kopi.
" Aku ingin kita bercerai. " Lontar Seo woo seketika membuat Jae hoon tercekat hingga menunda menuang air ke dalam gelas kopinya.
" Setidaknya kau memiliki alasan yang logis untuk di terima oleh keluarga kita, apa kau sudah mempunyai nya.? " Jae hoon membalik tubuhnya dan gantian menatap Seo woo dengan serius.
" Aku tidak mau tahu, pokoknya kita harus bercerai, aku tidak mau menjalani hubungan bodoh ini lagi. "
" Kau masih sangat kecil untuk mengerti pemikiran orang dewasa, sebelum memutuskan sesuatu sebaiknya kau harus memikirkannya baik-baik. " Kata Jae hoon segera meninggalkan dapur setelah kopinya telah selesai di buat.
Seo woo menoleh ke arah Jae hoon dengan kesal, ia tak bisa melawan lagi. Rasanya sangat menyebalkan hingga ingin melemparkan gelas ke kepala Jae hoon, tapi melihat ekspresi Jae hoon yang barusan entah kenapa membuatnya sedikit lebih diam tanpa adanya perlawanan.
***
Pria itu baru saja memasuki gedung rumah sakit dengan langkah pelan serta pandangan lurus ke depan, beberapa perawat menyapanya dengan sopan namun tak membuat Jae hoon ikut membalas sapaan mereka. Hal itu tentu saja membuat para perawat itu merasa ada yang aneh dengan Jae hoon, dokter yang paling banyak mendapat perhatian oleh semua orang itu benar-benar terlihat seperti orang lain saat ini.
Setibanya di ruang kerjanya, ketika Jae hoon membuka pintu ia langsung di kejutkan dengan kehadiran seseorang di dalam sana. Seorang pria tinggi berambut hitam dengan senyum yang merekah kini menatapnya dengan sambutan yang hangat, ekspresi terkejut itu sekilas berubah datar setelah ia masuk dan duduk di atas kursi kerjanya.
" Kau sudah kembali. " Ucap Jae hoon tanpa melirik ke arah pria yang saat ini berdiri di hadapannya.
" Sudah seminggu yang lalu, hanya saja kau yang tidak ada. " Jawabnya ringan.
" Kalau begitu keluar lah, aku sibuk. " lanjut Jae hoon dingin.
" Ada apa denganmu, tidak biasanya kau bersikap seperti ini.? " Tanya Woo jin yang merupakan dokter spesialis bedah toraks sekaligus sahabat Jae hoon sejak mereka kuliah.
Woo jin tiba-tiba melirik jari manis Jae hoon yang tersemat cincin, dari yang Woo jin ketahui cincin tersebut bukanlah cincin kawin milik Jae hoon sebelumnya sehingga ia langsung menunjuk Jae hoon sambil berteriak dan membuat Jae hoon menatapnya kebingungan.
" Kau…, kau sudah menikah lagi. ?" spontan Jae hoon langsung menyembunyikan tangannya dengan wajah kebingungan namun hal itu semakin membuat Woo jin penasaran.
" Jangan menyembunyikan sesuatu dariku, sekarang katakan apa benar kau sudah menikah lagi.? "
" Jangan beritahu siapapun, aku dan keluarga merahasiakan ini dari semua orang. "
" Kenapa? Apa kau melakukan hal yang tidak-tidak sehingga pernikahanmu di rahasiakan.?"
" Aku akan menceritakannya nanti, kau pergilah dulu, banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan."
Woo jin mengangguk paham, bagaimana pun juga dia akan tetap sabar menunggu sampai Jae hoon memberitahunya. Selama itu Woo jin akan menjaga rahasia Jae hoon dari siapapun.
***
" Baik semuanya, perhatikan akting dari Jihyun dan Haru. " Seru pelatih membuat semua trainee memfokuskan pandangan mereka ke arah dua pemain yang saat ini akan beradu akting dengan naskah yang mereka pegang masing-masing.
Dari kursi tempatnya duduk, Seo woo menatap Jihyun dengan tatapan tajam. Entah sejak kapan ia merasa bahwa Jihyun akan menjadi rivalnya dalam berakting suatu hari nanti, walaupun Jihyun telah di nyatakan lolos dan memasuki tahap trainee senior bukan berarti Seo woo akan hormat pada gadis itu.
Tanpa sadar akting keduanya telah selesai dan mendapat apresiasi yang besar dari pelatih hingga trainee lain, bahkan jihyun yang masih baru bergabung di gadang-gadang akan segera mendapat tawaran peran. Saat Jihyun kembali duduk di kursinya, Seo woo sempat melempar tatapan padanya lalu setelah itu memalingkan wajah dengan cepat.
Begitu kelas selesai, beberapa trainee ada yang masih tetap di ruang latihan untuk mengobrol, ada yang langsung pulang. Saat itu Jihyun tiba-tiba menghampiri Seo woo dan berkata ingin bicara berdua dengannya, sebelum Jihyun mengatakannya entah mengapa Seo woo sudah dapat menebak apa yang ingin di katakan oleh gadis itu.
Mereka pindah di kafe agensi yang kebetulan sedang sepi pengunjung, keduanya duduk saling berhadapan. Jihyun terus memusatkan perhatiannya pada Seo woo yang sama sekali enggan untuk melihat wajah Jihyun yang di anggapnya sangat menyebalkan itu.
" Selamat yah. " Lontar Jihyun membuat Seo woo akhirnya menatap wajahnya.
" Selamat untuk apa.? " Tanya Seo woo penasaran.
" Karena telah berhasil memenangkan perasaan Tae kyung Oppa."
" Aku sudah tahu kalau kau memang tidak layak bersama Tae kyung, mulai hari ini dan seterusnya aku tidak akan melepaskan Tae kyung dari perhatianku. Aku tidak akan membuat Tae kyung bersedih lagi seperti yang kau lakukan padanya dulu. " emosi Seo woo seakan meluap-luap sehingga membuatnya asal bicara tanpa menyaring setiap kalimat yang keluar.
" Apa Tae kyung pernah memberitahumu soal retaknya hubungan ku dan dia.? " Lontar Jihyun masih terlihat sangat santai.
" Tentu saja, dia tidak tahan dengan sikapmu. "
Jihyun tertawa mendengar jawaban Seo woo, pertemuannya dengan gadis itu di akhiri dengan tatapan tajam dari Jihyun dengan senyuman kecil di sudut bibirnya.
" Jangan terlalu polos, laki-laki itu punya seribu cara untuk menggoda wanita. " Ujar Jihyun dan segera berlalu meninggalkan Seo woo yang tak paham maksud dari perkataannya barusan.Â
" Apa maksudnya dia berkata seperti itu, dasar perempuan menyebalkan. " Benak Seo woo kesal.