Malam itu Seo woo sengaja ke rumah sakit untuk bertemu dengan Jae hoon, ia sudah mencoba untuk menghubunginya namun tidak di angkat sehingga membuat Seo woo terpaksa datang. Meskipun sudah sampai di sana, ia tak tahu di mana bisa menemukan pria itu sehingga membuatnya bertanya pada salah seorang perawat yang kebetulan lewat di sekitarnya.
" Maaf, apa anda tahu di mana ruangan dokter Jung Jae hoon.? " Tanya Seo woo pada perawat yang kebetulan adalah Nam Gyuri.
" Di lantai 4 pintu ketiga koridor sebelah kanan. " Jawabnya sambil memperhatikan wajah Seo woo lekat.
" Terima kasih. " sambil membungkuk setelah itu kembali melangkah pergi.
" Siapa anak perempuan itu? Sepertinya dia bukan salah satu pasien dr Jung." Benak Gyuri menatap langkah kaki Seo woo yang perlahan memasuki lift.
Pintu lift baru saja terbuka yang berarti Seo woo telah tiba di lantai empat, sesuai arahan dari perawat barusan setelah keluar dari lift dan menemukan koridor sebelah kanan, Seo woo melirik pintu berwarna coklat dengan keterangan tiap ruangan yang ada di atas. Dari setiap pintu merupakan ruangan khusus para dokter yang bekerja di departemen bedah toraks, langkah kaki Seo woo berhenti tepat di depan pintu ruangan yang bertuliskan nama Jae hoon di sana.
Tok.. Tok.. Tok..
Tak ada jawaban dari dalam, dalam benak Seo woo berpikir tidak ada salahnya jika ia masuk ke dalam toh dia adalah istri dari Jae hoon. Ketika pintu di buka nampaknya tak ada siapapun di dalam, namun langkah kaki Seo woo tetap memasuki ruangan yang begitu rapih dengan aroma khas Jae hoon rockrose.
Melihat tas Jae hoon masih ada di sana menandakan pria itu belum pulang, pandangan Seo woo tertuju pada meja kerja Jae hoon dan di sana terdapat bingkai foto seorang wanita yang mengundang perhatiannya.
" Cantik sekali. " Gumam Seo woo ketika melihat wanita di foto tersebut.
Seseorang merebut bingkai itu dari Seo woo sehingga membuatnya terkejut, ia bahkan tak tahu kalau Jae hoon sudah berdiri di sebelahnya dan saat ini menatap matanya dengan tatapan tajam.
" Apa yang kau lakukan di sini.?" Tanya Jae hoon terdengar menakutkan di mata Seo woo.
" A-aku…, " Entah mengapa Seo woo merasa gugup hingga tak bisa berkata-kata, apa karena tatapan Jae hoon yang membuatnya sampai mati kutu seperti itu.
" Maafkan aku, apa yang kau lakukan malam-malam begini kemari.?" Suara Jae hoon berubah lembut membuat Seo woo perlahan mulai merasa tenang.
" Ada yang ingin ku katakan padamu. " Ujar Seo woo pelan.
" Dokter Jung, gawat.!!! " Seorang perawat yang di temui Seo woo di lobby barusan baru saja masuk dengan wajah panik.
" Ekg Jungwoo tiba-tiba berhenti, kondisinya kritis. "
Setelah mendengar informasi dari Gyuri, Jae hoon bergegas pergi tanpa memperdulikan Seo woo saat itu. Kepergian Jae hoon tak membuat Seo woo merasa marah karena ia tahu tugas seorang dokter di saat itu sangatlah di perlukan. Melihat Jae hoon yang sibuk membuat Seo woo merasa apa yang ingin di sampaikan nya saat itu mungkin akan di tunda.
***
" Kyung woo-ya, makanan mu sudah jadi. " Sahut Ahjuma yang bekerja di rumah keluarga Cho.
" Yaaa sebentar lagi aku akan turun. " Sahut pria itu dari dalam kamarnya.
Beberapa saat kemudian ia keluar dengan kaos putih celana pendek hitam dengan handuk kecil di atas rambutnya yang setengah basah, perlahan menuruni anak tangga dengan semangat begitu mencium aroma masakan dari ahjuma di ruang makan.
Kehadiran seseorang dari ruang tamu membuatnya terkejut hingga hampir terjatuh, sosok adiknya yang datang dengan wajah muram membuatnya bertanya-tanya.
" Kenapa kau datang ke rumah ini lagi.? " Tanya Kyung woo mengikuti langkah adiknya yang berjalan menuju ruang makan begitu mencium aroma masakan yang sudah lama di rindukannya.
" Ahjumma, aku merindukanmu. " Seo woo memeluk ahjumma yang sudah di anggapnya seperti ibunya sendiri dengan penuh kerinduan, ia bahkan tak mempedulikan Kyung woo yang saat ini masih mempertanyakan keberadaannya di sini.
" Uri Seo woo-ya, sudah lama tidak bertemu, kau terlihat begitu kurus. " Ucap Ahjumma sembari menatap Seo woo dengan sayu.
" Wah kebetulan sekali aku sangat merindukan masakan mu, aku akan makan dengan baik." Lanjut Seo woo yang beralih pada makanan kyung woo yang telah tersedia di atas meja.
" Yaaa..itu punyaku." Sahut Kyung woo lantang.
" Aku akan mengambilkan yang baru untuk mu, adikmu baru saja datang biarkan dia makan duluan. "
" Tapi ahjumma, aku juga kan baru saja pulang dari rumah sakit."
" Kyung woo kau ini kan kakaknya, mengalah sedikit pada Seo woo."
Seo woo menjulurkan lidahnya pada Kyung woo yang terlihat kesal di perlakukan tak adil, sejak kecil mereka memang sering sepele itu. Kedua orang tua mereka yang sibuk bekerja di rumah sakit mengharuskan mereka hidup di bersama Ahjumma Shin sehingga keduanya terlihat begitu manja jika bersama.
" Sekarang jawab aku, kenapa kau datang ke rumah lagi? Kau ingin ayah memarahi mu lagi.? "
" Aku sudah bertemu dengan ayah di rumah sakit, karena Ahjussi tidak pulang ke rumah makanya aku kemari, aku takut tinggal di rumah sendirian. " Jawab Seo woo kemudian menyantap makanannya dengan nikmat.
Kyung woo menatap adiknya dengan senyuman getir, tatapannya kemudian berubah sendu saat mengingat nasib adiknya harus menikah di usia muda. Jika seandainya bisa, ia masih ingin tinggal bersama dengannya, menikmati makan bersama, mengobrol bersama bahkan menghabiskan waktu berdua layaknya adik kakak.
***
" Dokter, Jungwoo sudah tidak bernafas lagi. "
Seketika itu juga tubuh Jae hoon melemah, wajahnya pucat saat melihat pasien muda yang dua hari lalu menjalani operasi jantung kini harus kehilangan nyawa setelah melewati masa kritisnya. Suara tangis memecah keheningan yang sebelumnya tercipta, isak tangis dari dua orang tua Jungwoo membuat beberapa orang yang terlibat ikut bersedih.
" dokter, selamatkan anakku, dia mungkin masih bisa terselamatkan jika menjalani operasi kan. Bukannya kau adalah dokter yang tidak pernah gagal menyembuhkan seseorang, benar kan dok. " ibu Jungwoo terus memohon pada Jae hoon yang kala itu tak bisa berkata-kata lagi.
Jae hoon membungkukkan badan ke arah mereka sambil meminta maaf karena tidak bisa menyelamatkan Jungwoo, anak laki-laki berusia 10 tahun itu di nyatakan meninggal dunia pasca operasi pencangkokan jantung. Meninggal karena detak jantung berhenti setelah menjalani masa perawatan, menjadikan Jungwoo satu-satunya pasien Jae hoon yang tidak berhasil di selamatkan.
Pihak medis yang lain bersiap mengurus mayat Jungwoo, kedua orangtuanya terus menangis dan mengatakan hal yang tidak-tidak pada Jae hoon. Hal itu membuat Jae hoon hanya dapat menunduk dan meminta maaf yang sebesar-besarnya. Perawat Nam mengajak Jae hoon meninggalkan ruangan agar tidak terjadinya percekcokan yang berkepanjangan, Jae hoon terlihat pasrah layaknya robot yang di bawa ke suatu tempat.
Kegagalan ini benar-benar membuat mental Jae hoon kacau, ia tak bisa memaafkan kejadian ini, ia patut di salahkan meskipun pada kenyataanya ini bukanlah salahnya. Takdir sudah menentukan bahwa umur Jungwoo memang tidaklah panjang.
Jae hoon berjalan menuju ruangannya dengan langkah pelan dan wajah menunduk ke bawah, tiba-tiba saja seseorang di depannya membuat langkahnya terhenti kemudian mendongakkan kepalanya.
" Ayah, aku telah gagal menyelamatkan pasien ku. " Ucap Jae hoon dengan mata yang berkaca-kaca.
Hoseok menatap putranya dengan sayu kemudian meraih Jae hoon ke dalam pelukannya. Ia tahu kalau saat ini Jae hoon benar-benar terpuruk namun hoseok juga mencoba untuk mengembalikan semangat Jae hoon sebagai seorang dokter yang senior dan sebagai seorang ayah untuk putranya.
" Kegagalan akan selalu terjadi pada seorang dokter yang melayani pasien, namun kematian bukanlah sepenuhnya salah dokter. Kita hanya dapat berusaha, tapi tuhan yang menentukan. Jangan hanya karena satu pasien yang meninggal semangat juang mu sebagai seorang dokter hancur nak. "
" Maafkan aku. " Hanya itu yang dapat di katakan Jae hoon ketika membalas pelukan ayahnya.