" Apa?? Siswi berusia 16 tahun, kau sudah gila ya, perbedaan usia kalian bahkan sangat jauh. " Woo jin sangat terkejut setelah mendengar cerita Jae hoon meski belum sepenuhnya ia dengarkan.
" Dia adalah Putri dokter Cho. "
" Hah? Dokter Cho dari bedah syaraf itu.?"
" Hm…." Balas Jae hoon mengangguk pelan.Â
" Orang tua mu benar-benar tidak bisa memilihkan pasangan yang baik untukmu ya, terlebih lagi untuk anak itu, apa dia mampu hidup dengan statusnya sebagai istrimu.? "
" Apa maksudmu.? " Tanya Jae hoon tak paham.
" Di usia itu dia pasti sedang merasakan yang namanya jatuh Cinta baik dengan teman sekelas atau seniornya, tapi bagaimana jika semua itu tidak bisa di lakukan nya karena status pernikahan kalian. Apa kata teman-temannya nanti, semua itu pasti akan memberatkan pihak wanita juag Jae hoon-ah. "
Tak pernah terpikirkan di benak Jae hoon soal itu, sejauh ini dia hanya memikirkan bagaimana bisa membuat kedua orang tuanya merasa lega karena perjanjian mereka telah terlaksana. Menikah dengan Seo woo hanyalah alasan di balik itu semua, dan kehidupannya tetap berjalan normal meski sesekali memperhatikan Seo woo hanya sebagai seorang adik.
" Sampai kapan kau akan bersama anak itu, apa kau juga memikirkan ke depan nya akan seperti apa..?" Lontar Woo jin lagi.
" Dia sudah meminta cerai padaku, tapi aku tidak menyetujuinya. Mungkin setahun atau lebih baru aku akan menceraikannya, setidaknya orang tuaku merasa senang dan aku tidak mempunyai rasa bersalah lagi pada mereka. " Lanjut Jae hoon sambil menyeruput Ice Americano miliknya.
" Wah… Pernikahan kalian benar-benar gila. " Woo jin sendiri merasa pusing dengan hubungan Jae hoon dan Seo woo namun yang bersangkutan masih asik menyeruput minumannya tanpa menampilkan ekspresi apapun.
***
Seo woo menatap wajah pria yang ada di hadapannya dengan serius sambil menyeruput minumannya, terlihat pria itu yang sedang asik dengan buku bacaannya sehingga tak sadar jika sedang di perhatikan. Semenit kemudian gadis itu kembali teringat akan ucapan Jihyun hari ini, sejujurnya Seo woo merasa sangat terganggu dan juga takut sesuatu yang buruk akan terjadi.
Seo woo menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pikiran-pikiran anehnya itu, ia mencoba untuk menikmati waktu berdua nya dengan Tae kyung di sebuah kafe setelah mengajak Tae kyung sepulang latihan tadi.
" Ada apa Seo woo, kenapa dari tadi kau terlihat begitu gelisah.?" Tanya Tae kyung mulai menutup bukunya dan menatap Seo woo lekat.
" Tidak ada apa-apa, hanya berpikir bagaimana aku bisa secepatnya di kontrak oleh agensi. " Balasnya bohong.
" Aku penasaran dengan keinginan untuk menjadi artis, apa itu pilihan terbaik yang harus di pilih.? "
" Tentu saja, bagaimana pun juga kita akan selalu berusaha mencapai yang kita suka bukan.? " Jawab Seo woo penuh semangat.
" Bukannya semua itu akan merusak mental kalian nantinya? Jika sudah menjadi artis kehidupan kalian akan berubah 100%, mulai dari kehidupan bersama keluarga, sahabat, hingga kekasih akan jarang di lakukan. Terlebih lagi jika kalian mendapat komentar buruk dari orang-orang karena kesalahan kalian meskipun itu bukan kesalahan besar, saat ini begitu banyak artis yang melakukan tindakan bunuh diri karena depresi yang di alaminya, jika sudah seperti itu apa pilihan tersebut menurutmu tetap baik.? "
Seo woo terdiam menatap Tae kyung setelah mendengar penjelasan dari pria itu, semua yang di katakan oleh Tae kyung memang benar dan tidak menutup kemungkinan dia akan mengalami hal serupa. Sejak kecil Seo woo suka menonton drama musikal bersama orang tuanya sehingga membuat gadis itu merasa tertarik dalam bidang akting, tapi kedua orang tuanya tak menyetujui keinginannya itu sebelum akhirnya ia menikah dengan Jae hoon dan di beri kebebasan untuk mengikuti pelatihan di KeyEast Entertainment.
" Aku sangat suka akting sejak kecil, meskipun kedua orang tuaku menentang akan hal itu, tapi aku tetap ingin mewujudkannya." Ucap Seo woo menunduk sendu.
Tae kyung terkesima dengan jawaban Seo woo sehingga membuatnya tersenyum tipis hingga akhirnya mengerti arti dari sebuah keinginan, " Begitu ya, kalau kamu merasa menjadi artis adalah pilihan terbaik maka semangat untuk mencapainya. Kamu pasti bisa. " Ujar Tae kyung membuat Seo woo mendongak dengan wajah keheranan.
" Kenapa Oppa tiba-tiba bertanya soal ini, apa jangan-jangan kau pernah melarang Jihyun menjadi artis.? " Tanya Seo woo jelas membuat wajah Tae kyung berubah panik.
" Kita harus segera pulang, sebentar lagi bus terkahir menuju rumah mu tiba. "
Tae kyung bangkit dari kursinya di susul oleh Seo woo yang masih penasaran dengan sikap anehnya barusan, pertanyaan Seo woo tadi bahkan di abaikan dengan mencari alasan lain. Gadis itu benar-benar tak paham arah pikiran laki-laki, tapi hal itu tak membuat Seo woo marah dan lebih memilih diam untuk sementara waktu.
***
Malam yang dingin di musim semi yang merindukan kehangatan, angin malam yang terasa lembut menerpa wajah hingga menyibakkan rambut yang sedikit panjang itu. Sesosok pria terlihat menatap langit malam dengan sebatang rokok di antara dua jarinya, sesekali ia menghisapnya pelan dan mengeluarkan asapnya sehingga membuat pandangannya di penuhi oleh asap tersebut.
Jae hoon kemudian melirik jam tangannya di mana sudah menunjukkan pukul 8:00 malam, seseorang yang di tunggunya sejak tadi tak kunjung pulang sehingga membuatnya cemas. Rasanya ia kehilangan selera untuk merokok dan mematikan puntung rokoknya dengan cara di injak, setelah itu Jae hoon mencoba untuk menghubungi Seo woo namun ponsel gadis itu tidak aktif dan membuat Jae hoon semakin kepikiran.
Dia bergegas mengambil sweater dan kunci mobil untuk segera mencari Seo woo, baru saja Jae hoon keluar dari rumah tiba-tiba saja gadis itu muncul dengan wajah kegirangan. Jae hoon menatapnya heran sementara Seo woo yang baru sadar akan kehadiran Jae hoon ikut menatapnya bingung.
" Kau mau kemana malam-malam begini? Apa ada tugas lagi di rumah sakit, apa aku akan tinggal sendirian malam ini.? " Lontar Seo woo tegas.
" Bukan, aku baru saja ingin mencari mu, kau dari mana saja? Ini sudah malam dan baru pulang jam begini, kelas akting berakhir pukul 5:00 sore dan sekarang sudah jam 8:00 malam kemana saja kamu.? "
" Kenapa kau jadi cerewet seperti ibuku? Ingat yah Ahjussi, walaupun kita sudah resmi menikah bukan berarti kau berhak melarang ku melakukan ini dan itu, lagi pula kita sudah sepakat dengan perjanjian yang ada. Kenapa kau masih bersikap peduli seperti ini padaku, jangan sampai kau berakhir menyukaiku.? " Jelas Seo woo menatap Jae hoon tajam.
" Aku berhak atas keselamatan mu, bagaimana pun juga orang tua mu menitipkan Putri mereka padaku, aku harus memperhatikan keselamatannya. Mulai besok jangan pulang di bawah jam 6 sore. " Ucap Jae hoon berbalik melangkah memasuki rumah.
" Apa kau sudah lupa soal perjanjian kita.?" Seo woo yang mulai mengejar di belakang.
Jae hoon kembali berhenti dan menoleh ke arahnya, " Kalau begitu aturan yang ku buat sebagai bentuk perjanjian kita adalah kau tidak boleh pulang malam lagi, titik. " Dan kembali melangkahkan kakinya.
Seo woo tercengang dengan ucapan Jae hoon barusan, sejak awal Jae hoon memang tidak mengajukan aturan apapun hingga akhirnya aturan baru telah keluar. Mau tidak mau Seo woo terpaksa harus menurutinya, jika mau di bandingkan dengan aturan yang ia buat, aturan Jae hoon tidaklah sulit untuk di lakukan.
***
Jam pelajaran kedua baru saja telah selesai, guru mapel telah meninggalkan kelas dan beberapa murid memulai aktivitas mereka masing-masing. Minju dan Byeolim telah siap bergegas ke kantin tapi tidak dengan Seo woo yang saat itu menjatuhkan kepalanya di atas meja sambil menatap langit biru melalui jendela kelas.
" Apa kau sakit.?" Tanya Minju menyentuh kening Seo woo memastikan dia demam apa tidak.
" Kau tidak mau ke kantin.? " Sahut Byeolim menambahkan.
" Kalian pergi saja, aku sedang diet."
" Diet? Untuk apa? Badanmu sudah kurus kenapa harus diet segala.? "
Seo woo mengangkat kepalanya sambil menepuk-nepuk wajahnya di hadapan Minju dan Byeolim.
" Kalian tidak lihat, wajahku sangat chubby sementara saat ini aku sedang berusaha mendapat kontrak eksklusif di agensiku. "
" Soal agensi, sejak saat itu kau belum memberitahu kami, bagaimana kau bisa berada di sana? Siapa oknum yang telah mengizinkan mu berada di agensi sebagus itu, katakan.!!!" Minju dan Byeolim seakan mendorong Seo woo untuk mengatakan rahasianya itu, namun beruntung ketua kelas tiba-tiba masuk dan memberitahu semua murid untuk segera ke aula karena suruhan kepala sekolah.
Seo woo terselamatkan lagi kali ini , namun jika terus merahasiakannya ia tahu semua itu pasti akan ketahuan juga dan mungkin reaksi mereka nanti akan sangat buruk terhadapnya. Bagaimana pun juga mereka berdua merupakan sahabat terbaiknya, merahasiakan hal ini tidak akan membuat mereka ember bocor kepada siapapun.
***
Seluruh murid kelas 1-3 SMA Hanyoung di minta oleh kepala sekolah untuk berkumpul di aula, ketika Seo woo dan kedua sahabatnya tiba di sana aula sudah penuh dengan murid yang sudah berbaris rapih menghadap ke atas panggung di mana kepala sekolah sedang mengarahkan mereka untuk tetap tertib.
Seo woo menoleh ke kanan dan ke kiri dengan tujuan mencari sosok Tae kyung, begitu melihat sosok pria itu ia langsung tersenyum senang dan segera berbasis sesuai urutan kelas. Kini semua murid telah berkumpul meskipun ada beberapa yang terlambat masuk, dan kepala sekolah telah siap dengan penyampaian yang akan di umumkan.
" Selamat siang murid-murid sekalian, hari ini pihak sekolah mengadakan aksi donor darah untuk mewujudkan sikap peduli sakarela terhadap sesama yang membutuhkan darah, maka dari itu kami berkerja sama dengan pihak rumah sakit dalam penyelenggaraan donor darah hari ini. "
" Semua murid dapat berpartisipasi untuk jadi pendorong jika memenuhi persyaratan, sekian dari saya, saya beri kesempatan kepada dokter Jung untuk melanjutkannya. " Lontar kepala sekolah seketika membuat Seo woo terkejut mendengar nama dokter yang di sebut barusan.
Perlahan tapi pasti seorang dokter naik ke atas panggung yang membuat semua murid perempuan terkesima dengan ketampanannya, sedangkan Seo woo terlihat panik dan mulai gemetar hebat setelah melihat Jae hoon di atas sana. Ia tak tahu malau Jae hoon akan datang ke sekolah hari ini, banyak ketakutan yang mulai di rasakan olehnya. Semua orang terlihat baik-baik saja kecuali dirinya, Byeolim yang menyadari akan kegelisahan Seo woo langsung menyentuh pundaknya dan bertanya soal sikap aneh sahabatnya itu.
" Bukannya itu supir pribadinya Seo woo.? " Lontar Minho yang baru saja menyadarinya.
Saat Minho menoleh ke arah gadis itu, Seo woo yang menangkap tatapannya spontan terkejut kemudian langsung memalingkan wajah. Seo woo tahu kalau Minho pasti akan mengenali Jae hoon, bisa gawat jika dirinya masih ada di aula sehingga membuat Seo woo keluar dari barisan segera.
" Aku mau pergi ke toilet dulu." Ucap Seo woo bergegas meninggalkan barisan.
" Ada apa dengan Seo woo.? " Tanya Minju yang ikut heran dengan sikap Seo woo.
Sementara itu Seo woo yang tidak benar-benar pergi ke toilet baru saja menghentikan langkahnya dengan nafas yang tersengal-sengal, ia melirik gedung aula dari tempatnya berdiri dengan raut wajah kesal.
" Selama aku tidak ada di sana semuanya pasti akan baik-baik saja. " Ucap Seo woo dalam hati.
" Seo woo-ya.! " Panggil seseorang yang membuat Seo woo tersentak kaget dan mencari sosok yang baru saja memanggilnya.
" M-minho, ada apa? Kenapa kau meninggalkan aula.?!" Tanya Seo woo dengan ekspresi yang menurut Minho aneh.
" Kau sendiri kenapa pergi juga. ?"
" Aku mau ke toilet.! "
" Toilet ada di samping aula, kenapa kau ada di sini sekarang.? "
" Toilet di sana rusak. "
" Ada apa denganmu? Kenapa kau seperti maling yang sedang di introgasi. ?"
" A-aku.., "
" Ini ada hubungannya dengan dokter yang menjadi supir mu itu kan.? " Lontar Minho seketika membuat mata Seo woo membulat sempurna.
Baru saja Seo woo hendak menjawab, tiba-tiba seorang guru menegur mereka dan menyuruh keduanya untuk segera kembali ke aula. Seo woo dan Minho pun terpaksa harus kembali ke sana di karenakan guru tersebut mengikuti mereka dari belakang.
Kembalinya ke aula membuat Seo woo harus berhadapan dengan Jae hoon, kali ini seluruh kelas satu yang duluan menjalani tes dan karena kelasnya merupakan kelas 1-1 dia mulai masuk ke dalam barisan.
" Kau lama sekali, apa yang kau lakukan di toilet begitu lama.? " Bisik Minju namun hanya di balas senyuman yang kaku oleh gadis itu.
Kini giliran Minju, Byeolim, dan Seo woo yang akan di tes, tatapan Seo woo terus tertuju ke arah lain sementara Jae hoon yang saat itu berada di paling ujung sedang fokus menjelaskan aturan donor darah pada murid yang di nyatakan lolos tes.
" dokter Jung annyeonghaseyo. " Seo woo tiba-tiba menoleh dengan cepat saat Minju yang telah selesai tes menghampiri Jae hoon dengan begitu akrab.
" Oh Minju, kau sudah di tes.? " Sahut Jae hoon sekali lagi membuat Seo woo terkejut.
" Sudah. " Jawabnya dengan penuh semangat.
" Kenapa? Kenapa Minju dan Ahjussi itu begitu akrab. " benak Seo woo mencoba untuk tetap terlihat tenang.
" Oh iya, kenalkan mereka adalah sahabatku namanya Byeolim dan yang di sana itu Seo woo. " Tunjuk Minju pada Seo woo yang terlihat terkejut terlebih saat Jae hoon menoleh ke arahnya.
" Maaf, kamu tidak bisa mengikuti donor darah. " Ucap perawat yang baru saja selesai memeriksa Seo woo.
Hal itu membuat Seo woo merasa lega sebab ia tak harus bertemu Jae hoon, setelah menjalani tes bagi murid yang tidak boleh ikut donor darah di perbolehkan kembali ke kelas. Saat perhatian Minju dan Byeolim teralihkan, Seo woo cepat-cepat melarikan diri tanpa memberitahu mereka sama sekali.