Batari terbangun saat mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Seluruh tubuhnya terasa sakit apalagi di bagian kewanitaannya. Semalam opa Hans menggempurnya berkali-kali tidak peduli rasa sakit yang dia rasakan. Apalagi milik pria tua itu besar sekali. Dia tidak tau apa semua pria memiliki keperkasaan sebesar itu?
CEKLEK
Hans keluar dari kamar mandi dengan melilitkan handuk di pinggangnya. Batari sontak memalingkan wajahnya ke samping. Hans berjalan mendekat ke arahnya lalu membuka lemari pakaiannya. Dia memilih kemeja warna putih dan celana dasar warna hitam. Tanpa diduga Hans langsung membuka handuknya di depan Batari. Batari bisa melihat keperkasaan milik Hans yang tergantung bebas di depan matanya.
"Ahkkk!!! " teriak Batari sambil menutup wajahnya.
Hans tidak memperdulikan teriakannya dan dengan santai memakai baju kerjanya.
Batari sedikit membuka matanya saat melihat Hans sudah rapi mengenakan jas kerja warna hitam dan jam tangan mahal di tangannya. Dia heran apakah Hans ini supir atau bukan. Baru kali ini dia melihat supir serapi ini.
"Batari.. hari ini aku akan pergi bekerja. Di samping meja sana ada beberapa brosur kampus yang bisa kamu pilih. Setelah kamu menentukan pilihan, beritahu aku secepatnya. Aku akan mengurusnya untukmu... " ujar Hans sambil merapikan rambutnya yang sudah ditumbuhi beberapa uban.
Batari mengambil brosur yang dimaksud Hans dan melihat beberapa kampus unggulan di Jakarta. Apa Hans serius ingin membiayai kuliahnya.
"Tapi... apa gaji opa cukup untuk membiayai aku kuliah? opa kan cuma kerja sebagai supir? " tanya Batari memastikan. Dia tidak mau menyusahkan Hans karena pria itu sudah tua. Lebih baik dia bekerja part time agar bisa membiayai kuliahnya sendiri.
Hans menoleh ke arahnya lalu berjalan menghampirinya, " Kamu jangan menganggap aku remeh Batari. Kamu tinggal kuliah saja yang benar. Orang tuamu yang miskin di kampung itu bahkan tidak bisa menyekolahkanmu. Aku tidak mau punya istri yang bodoh. Aku akan membiayai kuliahmu sampai lulus asal kamu tidak kabur lagi dariku."
"Tapi... aku tidak cinta sama opa, aku.... "
"Lantas kamu pikir apa aku mencintaimu? aku membutuhkanmu untuk memuaskan hasrat biologisku. Kita bisa mendapatkan keuntungan yang sama. Aku akan bertanggungjawab sepenuhnya padamu dan menafkahimu. Kamu hanya tinggal memuaskan aku di atas ranjang. Kamu pikir di kota ini mudah mendapatkan pekerjaan? apa kamu mau dijebak oleh orang-orang jahat itu lagi? jika malam kemarin aku tidak menolongmu mungkin kamu sudah diperkosa oleh pria b******n itu, " ujar Hans.
Batari tampak berpikir keras. Di sisi lain dia tidak mau menjalani pernikahan bersama Hans karena dia tidak mencintainya. Tapi disisi lain dia bingung mau bergantung dengan siapa lagi. Kak Kemala dengan teganya malah menjual dirinya pada om-om. Kalau dia balik ke desa, orang tuanya akan memarahinya habis-habisan dan bisa saja kembali menikahkannya dengan pria lain. Dan kalau dia memilih untuk kabur, maka kemungkinan buruk dia akan bertemu dengan orang-orang jahat diluar sana. Dia bisa saja meminta tolong pada bu Sri yang pernah menolongnya tempo hari, tapi dia tidak enak merepotkan orang lain terlebih lagi orang itu bukan keluarganya.
"Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang. Aku harus segera pergi. Jika kamu ingin makan kamu tinggal turun kebawah saja. Di laci ada dompet yang berisi uang dan ATM. Kamu bisa menggunakannya semaumu. "
Setelah mengatakan itu Hans pergi begitu saja meninggalkan dirinya.
BLAM
Batari kembali menatap brosur di tangannya. Mimpi-mimpinya sudah ada di tangannya. Apakah dia harus menyetujui kemauan Hans?
***
Sementara itu Hans sedang disibukkan oleh pekerjaan di kantornya karena selama ini dia ke desa Sukosari untuk memantau langsung ladang pertanian miliknya. Dia berpura-pura bekerja sebagai petani dan tinggal di sebuah rumah yang bersebelahan dengan rumahnya Batari.
Saat pertama kali bertemu dengan gadis itu, Hans langsung tertarik dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Hasrat liar membara di dalam dirinya perlahan-lahan bangkit kembali setelah bertahun-tahun berpuasa karena istrinya telah memasuki masa menopause. Saat Budiono meminjam uang satu juta darinya, dia sengaja meminjamkannya cuma-cuma karena uang segitu tidak terlalu berharga untuknya. Lalu Budiono kembali mendatanginya dan mengatakan tidak sanggup membayar hutangnya. Sebagai gantinya pria itu malah menawarkan Batari sebagai ganti hutangnya. Siapa yang bisa menolaknya? dia langsung setuju saja menikahi Batari secepatnya dan memberikan banyak uang kepada Budiono dan istrinya.
Mengingat percintaan mereka semalam membuat kepalanya pusing, tubuh Batari sudah menjadi candu untuknya. Sebenarnya pagi tadi dia masih ingin minta jatah pada istri mudanya itu. Tapi karena kasihan, akhirnya dia mengurungkan niatnya. Tiba-tiba saja pintu ruangannya terbuka. Istrinya Ambar Wati masuk ke dalam ruangannya dengan wajah cemberut sambil menenteng tas Hermes miliknya.
"Mas kamu kemana saja sih semalam?! apa kamu lembur? " tanya Ambar seraya mendaratkan bokongnya di atas sofa.
"Kamu tau aku sibuk bukan? biasanya kamu tidak pernah peduli aku mau pulang atau tidak. Kenapa kamu kemari? " tanya Hans tanpa melihat wajah istrinya itu. Ambar Wati adalah istri pertama Hans. Umurnya saat ini 50 tahun beda 5 tahun di atasnya. Mereka menikah karena perjodohan bisnis keluarga. Ambar adalah wanita sosialita yang gemar menghabiskan banyak uang dan suka bepergian keluar negeri bersama teman-temannya. Sampai saat ini mereka tidak pernah dikaruniai seorang anak dan Hans tidak pernah mempermasalahkan soal anak darinya. Mereka memiliki satu orang anak angkat yang bernama Bram berusia 30 tahun.
Ambar menaruh tasnya di atas sofa lalu dia menghampiri Hans dan duduk di pangkuannya,"Kenapa kamu blokir ATM ku mas?! kamu tau kan aku gak bisa sehari saja nggak shopping!! buka blokirnya mas. Kepalaku udah gatel pengen creambath mas!! "
"Sehari kamu menghabiskan uang hampir 2 milyar untuk shopping. Kamu gila Ambar? apa kamu tidak bisa menekan sifat borosmu? aku akan memberikan kartu baru untukmu yang memiliki batas limit yang masuk akal. Ini ambillah, " Hans mengeluarkan kartu dari dompetnya dan menyerahkan kepada Ambar.
"Kartu ini kan limitnya cuma 1 milyar sehari mas!! kamu kok pelit banget sih!! " Ambar kembali merajuk padahal udah tua, tidak ada imut-imutnya dimata Hans. Kalau Batari yang merajuk mungkin akan berbeda lagi ceritanya.
"Yasudah terserah kamu saja. Jika kamu tidak mau kartu itu, aku akan mengambilnya lagi, " saat tangan Hans ingin mengambil kembali kartunya, Ambar langsung menarik kartu itu dan memasukkannya ke dalam tasnya.
"Oke baiklah! dasar pelit banget sih kamu mas!! " Ambar melenggang pergi tanpa berterima kasih atau memberikan ciuman untuknya.
Saat pulang bekerja, Hans melihat Batari sedang duduk di pinggir ranjang sambil memegang brosur yang dia berikan pagi tadi, " Opa... aku mau menerima tawaran opa.. aku siap menjadi istri opa selamanya.. "