Selesai shalat maghrib Ozy mengajak April makan di salah satu warung tenda yang mereka lewati. Awalnya gadis itu menolak tapi Ozy sedikit memaksa jadi April menurut. Jujur saja dia juga lapar.
"Mau pesan apa? " Tanya Ozy yang melihat lembaran menu yang ada di tanganya.
"Eemmm... Apa ya? " April masih melihat-lihat daftar menu.
"Gimana kalau gurame bakar. " usul Ozy.
"Boleh, tapi pesan satu aja nanti kita makan berdua. "
"Oke. Kamu mau pesan apa lagi?"
"Cah kangkung sama udang asam manis. "
"Oke, ada lagi? "
"Nggak, itu aja. "
"Minumnya? "
"Es teh. "
"Oke." Ozy langsung menulis di kertas persegi pesanan mereka setelah itu menyerahkannya pada pegawai warung itu.
Selagi menunggu pesanan kedua orang itu sibuk dengan ponselnya masing-masing. Tanpa April sadari Ozy diam-diam mengambil fotonya beberapa kali.
Pesanan mereka datang, mereka makan dan sesekali mengobrol.
"Udah selesai kan makanya? Balik, yuk! " Ajak April.
"Sebentar, kita nungguin pesanan aku. "
"Kamu pesan makanan lagi?"
"Iya, di bungkus. Buat yang di rumah. "
April manggut-manggut mengerti.
Selesai Adzan isya, mobil Ozy berhenti didepan pagar rumah April.
"Thanks, ya, Zy, buat hari ini, " Kata April.
"Sama-sama, " Jawab Ozy.
"Aku turun dulu. Sekali lagi makasih. "
"Iya, April."
April baru menutup pintu mobil. Matanya menangkap sosok Ozy yang keluar juga dari mobil.
"Kok kamu ikut turun? "
"Mau ketemu sama orang tua kamu."
"Mau ngapain? "
"Ya, nganterin kamu pulang. Soalnya seharian udah ngajak anak gadis orang keluyuran. " Ozy terkekeh.
"Oh, ya udah, " Jawab April. Dalam hati April kagum dengan sikap Ozy.
April memperhatikan bungkusan yang dibawa lelaki itu. Setahunya itu adalah gurame bakar yang dipesan lelaki itu tadi.
"Itu mau dibawa kemana?" April menunjuk bungkusan yang Ozy bawa.
"Ini buat kamu. "
"Bukanya itu buat orang rumah? Maksud aku untuk keluarga kamu."
"Tadi aku pesan dua, satu buat kamu, satu buat aku. "
"Duuuhhh, aku jadi ngerasa nggak enak sama kamu. Kenapa juga di bungkusin, malah ngerepotin. "
"Enggak, lah. Nggak ngerepotin sama sekali. " Ozy menyodorkan bungkusan yang ia bawa pada April.
"Makasih, ya. Yuk, masuk. " Ajak April.
Ozy mengangguk.
April membuka pintu pagar rumahnya. Berjalan masuk menuju rumah. Pintu rumah April sedikit terbuka.
"Assalamualaikum.... " Ucap April seraya membuka pintu.
"Waalaikumsalam..., " Jawab Ibu dari dalam rumah. Wanita paruh baya itu tahu siapa yang memberi salam. "Baru pul- " Ibu tidak meneruskan perkataannya saat melihat sosok yang datang bersama putrinya. April mencium punggung tangan Ibunya dan di ikuti oleh Ozy.
"Eh, ada nak Ozy, " Sapa Ibu Mia ramah. "Ayo silahkan duduk."
"Terima kasih, bu. Saya cuma nganterin April pulang. Maaf seharian ini saya ajak April jalan-jalan."
"Iya, nggak apa-apa. Ibu tau kok, tadi April kabari Ibu. "
April sedikit kaget dengan ucapan Ibunya. Perasaan dia tadi tidak memberitahunya kalau pergi dengan teman kecilnya itu.
"Saya pamit dulu, bu. " Pamit Ozy.
"Lah, kok buru-buru?"
"Iya, bu, sudah malam. Aku balik dulu, ya, Pril. "
"Iya."
Sebelum pergi Ozy mencium punggung tangan Ibu April. "Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam, " Jawab April dan Ibu bersamaan.
April dan Ibu mengantar Ozy sampai teras rumah. Setelah mobil Ozy bergerak meninggalkan rumah April , baru kedua wanita berbeda usia itu masuk kedalam rumah.
"Nih." April menyodorkan kantong plastik yang sedari tadi ia bawa.
"Apa ini? " Tanya Ibu sambil menengok isinya.
"Gurame bakar. "
"Kalian pacaran, ya?" Selidik Ibu.
"Enggak, bu. "
"Kalau iya juga nggak apa-apa. Ibu setuju saja kalau kamu sama Ozy. "
April tidak habis pikir dengan Ibunya, tadi pagi bilang senang kalau dia mau sama Fathon dan barusan lagi bilang setuju kalau dia sama Ozy. Astaga.... Dasar Ibu-ibu.
"Baru pulang, Pril?" Tanya Ayah yang baru muncul dari dalam rumah.
Baru April membuka mulutnya. Ibu sudah mendahuluinya.
"Yah, di bawain oleh-oleh sama calon mantu. "
"Apa itu?"
"Gurame bakar. "
"Wiihhh, enak itu. Dibawain siapa? "
"Ozy."
"Ozy, anaknya Pak Edi? "
Ibu mengangguk.
"Kamu pacaran Pril sama dia? Kalau iya, Ayah setuju. Dia anaknya baik, sopan lagi."
Orang tuanya ini kenapa? Kok pada kompak begini. Pikir April.
"Kita cuma temenan, ya. Nggak lebih." Jujur April.
"Ibu nggak yakin kalau cuma temenan."
"Terserah... "
"Eh, ini di beli'in Ozy, kan? Nggak beli sendiri. "
"Jeruk sama apel yang kemarin juga di beli'in Ozy. "
"Aduhhhh... Mantu idaman. Belum jadi mantu saja udah perhatian sama calon mertua. " Kikik ibu.
April melangkah meninggalkan kedua orang tuanya yang menurutnya mengelikan.
***
"Assalamu'alaikum... " Kata Ozy yang baru masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam... " Jawab Ibu, Bapak dan Fahmi yang duduk di sofa depan Televisi.
Ozy mencium punggung tangan Ibu dan Bapaknya bergantian lalu menjitak kepala adiknya yang sibuk bermain ponsel.
"Sakit, bang. " Keluh Fahmi sambil menggosok- gosok kepalanya.
"Nih, bu." Ozy menyodorkan kantong plastik yang ia bawa.
"Ini apa?" Tanya Ibu yang mengambil barang itu.
"Gurame bakar. "
"Kamu habis jalan-jalan? "
"Iya. " Ozy duduk di sebelah adiknya.
"Sama siapa? "
"Sama cewek, bu. " Sahut Fahmi.
"Siapa?" Ibu tambah penasaran. "Kamu punya pacar, Zy? Kok nggak di kenalin sama Ibu. "
"Masih PDKT, bu. Do'ain aja moga-moga cepet jadian. " Kikik Fahmi.
Orang yang di tanya hanya diam mendengar ocehan adiknya.
Pandangan Ibu berpindah ke anak bungsunya. "Kamu kenal sama orangnya, Mi? "
"Kenal dong, bu. " Sekilas Fahmi melirik kakaknya yang bersandar pada sandaran sofa.
"Siapa?"
"Mbak April. "
"Waaahhh.... Beneran, Zy?" Ibu terlihat senang. "Kalau kamu sama April, Ibu setuju. Ya kan, Pak? "
Bapak yang sedari tadi fokus dengan tayangan berita di televisi hanya mengangguk.
"Do'ain, saja, bu, " Ucap Ozy seraya berdiri meninggalkan ruangan itu menuju kamarnya.
Sejak hari itu hubungan April dan Ozy semakin dekat. Tiada hari tanpa mengirim pesan dan berbalas pesan. Kadang-kadang Ozy juga melakukan panggilan video call. Jika hari libur mereka pun pergi keluar bersama. Menghabiskan waktu lebih lama dan hanya berdua.