Ponsel April berbunyi. Di layar ponselnya tertera nama Hendri.
"Hallo... " Kata April malas.
"............. "
"Di cafe. "
"............ "
"Iya, " Jawab April melirik Ozy sekilas.
".......... "
"Appaaa?" Teriak April, membuat Ozy yang duduk di hadapannya kaget dan beberapa pengunjung cafe yang menoleh kearahnya. "Terus mbak pulang sama siapa? Masa mbak naik bis." April menurunkan nada suaranya.
".......... "
"Nggak."
".......... "
"Hallo-hallo." April menatap layar ponselnya kesal karena sang adik mematikan sambungan telefonya.
"Dasar adik kurang ajar. " Gumam April yang masih bisa di dengar Ozy.
"Kenapa, Pril?" Tanya Ozy.
"Si Hendri suruh aku pulang sendiri. Padahal tadi aku kesini kan sama dia, " Jawab April kesal. "Dasar adik nggak punya akhlaq."
Ozy tersenyum. Sepertinya April sudah melupakan kesedihanya. "Ya sudah, balik sama aku aja. " Ajak Ozy.
"Ya Allah.... Apa aku harus senang atau sedih dengan ajakan Ozy? " Batin April. "Pulang diantar Ozy sama saja membenarkan gosip yang masih ramai.
"Nggak usah, Zy. Aku pulang sendiri aja. " Tolak April. "Nanti ngerepotin kamu. "
"Kata siapa ngerepotin. Aku malah senang di repotin sama kamu. " Di susul dengan senyum menawanya.
"Astagfirullah... Kenapa si Ozy kalau senyum tambah ganteng aja, sih. " Batin April yang sebenarnya ingin memukul kepalanya sendiri karena pemikiranya itu.
"Emmm... " April masih berpikir, pilihanya fifty-fifty. Ingin menolak tapi tidak enak dengan Ozy. Ingin menerima tapi teringat gosip.
"Aku anterin aja, deh. " Suara Ozy menarik April dari pemikirannya. "Aku nggak mau kamu pulang sendirian."
April menghembuskan nafas pelan.
"Oke, " Jawab April.
"Tapi yakin mau langsung pulang? "
"Hah? Maksudnya? "
"Ini masih siang loh dan ini hari minggu. Nggak mau kemana dulu, gitu? " Ozy sebenarnya ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan teman SDnya itu.
April berpikir. Tadi alasan dia ikut Hendri karena kesal dengan Ibunya yang membahas Fathon pada saat sarapan. Jika langsung pulang ke rumah pasti tidak melakukan apapun. Paling ujung-ujungnya juga tidur.
"Emangnya kamu mau ajak aku kemana? "
"Terserah kamu. "
"Lah, kok terserah aku? "
"Kamu kan lebih ngerti Jakarta ketimbang aku. Jadi aku iku aja. "
"Oke. Tapi enaknya kemana, ya? " Pikir April.
"Terserah kamu. "
"Pantai."
"Oke."
Dan disinilah mereka sekarang di dalam mobil menuju pantai. Sepanjang perjalanan ke pantai mereka banyak mengobrol. Ada saja obrolan yang mereka bahas. Ozy senang dengan April yang ceria, tersenyum, tertawa. Membuat Ozy teringat pada teman masa kecilnya, yang membuatnya menyukai lawan jenis untuk pertama kalinya. ANISA APRILIA.
"Ozy." Panggil April.
"Ya, " Jawab Ozy yang tadi sibuk dengan pemikiranya sendiri.
"Tadi Hendri pas telfon tanya apa kamu lagi sama aku? Kok dia tau aku lagi sama kamu? "
"Tadi aku sebenarnya nganterin Fahmi cari sepatu bola, terus disana ketemu sama Hendri. Dia bilang tadi sama kamu tapi kamu lagi di cafe sama teman kamu. Dari pada nemenin Fahmi, mending aku nyusulin kamu. "
"Oh, gitu. " April mangut-mangut. "Terus Fahmi pulang sama siapa kalau kamu pergi sama aku? "
"Tadi dia chat aku, bilang kalau pulang bareng Hendri. "
"Oh. Kan kasihan kalau Fahmi naik bus apalagi angkot. "
"Ozy. " Panggil April yang sebenarnya ragu.
" Kenapa, Pril?" Tanyanya.
"Emmm... Kalau kita pergi berdua kayak gini, apa nggak ada yang marah? "
Ozy mengernyitkan dahi. "Marah? "
" Iya, marah. Pacar kamu, gebetan kamu. "
Ozy tertawa. "Nggak akan ada yang marah April. Aku ini jomblo nggak punya pacar. Perasaan kemarin aku udah bilang sama kamu. "
"Bohong. Jujur aku nggak percaya kamu masih jomblo. Nggak mungkin banget cowok seperti kamu masih jomblo. "
"Maksud kamu aku cowok yang gimana?"
"Kamu ganteng, pinter, baik, ramah, menyenangkan. Masa jomblo, sih? Pastinya di luar sana banyak cewek yang ngantri buat jadi cewek kamu."
"Aku serius April. I am still single. "
"Masa, sih? " April masih tidak percaya.
"Iya, April. Aku ini masih single. Jomblo, nggak punya pacar. Kalau kamu mau jadi pacar aku juga nggak apa-apa. "
Deg.
"Astagfirullah... Ini cowok. Bisa-bisanya ngomong kayak gitu." Batin April. "Kalau aku baper gimana? Tapi nggak, ah." Elaknya. "Aku suka sama cowok yang tampangnya biasa-biasa aja nggak di bales perasaanya, apalagi yang cakep kayak Ozy. " Lanjut April dalam hati.
April hanya diam kemudian memalingkan pandanganya keluar jendela. Sedangkan Ozy menahan senyum.
***
April mengajak Ozy ke dermaga kecil yang nampak tidak terpakai. Gadis itu beberapa kali pernah ke sana bersama Nurma. Membatalkan rencana awal untuk pergi ke salah satu tempat wisata yang tidak jauh dari disana.
Ozy menghentikan mobilnya beberapa meter dari bibir beton. Hari ini langit tampak mendung jadi Ozy dan April duduk di depan kap mobil.
"Seger banget anginya... " Ucap April sambil memejamkan mata. Menikmati hembusan angin laut. Gadis itu membuka mata, menoleh kearah orang yang duduk disebelahnya, yang ternyata sedang memperhatikannya. "Kenapa? "
Ozy tersenyum kemudian menggelengkan kepala. Pandanganya kembali lurus ke depan. Ke luasnya lautan.
"Sudah lama aku nggak ke pantai, " Katanya.
"Sama. Zy, kamu pindah kerja disini sudah berapa lama? "
"Hampir dua bulan. "
"Kenapa kamu balik lagi kesini? Bukanya Jogja lebih menyenangkan. Disini jauh berbeda dengan Jogja. "
Ozy memandang lawan bicaranya. "Orang tuaku menyuruh aku untuk pulang. Katanya sudah terlalu lama aku disana."
Sejak lulus SD Ozy pindah ke Jogja dan tinggal bersama Pakde dan Budhenya yang belum mempunyai momongan, padahal mereka menikah sudah hampir dua belas tahun. Ozy diajak tinggal bersama mereka sebagai pancingan untuk mempunyai keturunan dan selama setahun tinggal disana akhirnya Budhenya bisa hamil.
"Kalau aku di posisi kamu, aku nggak akan mau pulang. "
Ozy mengernyitkan dahi. "Kenapa? "
April mencondongkan tubuhnya kearah Ozy lalu berkata "Siapa tau kamu mau di jodohin. Makanya kamu disuruh pulang. " Kikik April.
Ozy tertawa.
"Ih, kok ketawa sih? Di kasih tau juga, " Protes April. "Kamu pikir aja, ya. Kamu sudah kerja mapan disana tapi tiba-tiba disuruh pulang. Apa coba kalau nggak mau di jodohin. "
"Aku nggak mau di jodohin April. "
"Sama. " Lirih April.
Mata April melihat ke depan lalu menundukkan wajahnya. Mengingat usia yang tak muda lagi, mengingat Ibunya yang ingin menjodohkannya dengan Fathon, perasaan April sedih.
Ozy bisa menangkap kesedihan disana.
"April. " Panggilnya.
"Hm. " Gadis itu menoleh sebentar.
"Ini."
April tidak mengerti. Di tolehnya kembali teman kecilnya itu. Ozy menyodorkan ponselnya. Gadis itu menatap Ozy meminta penjelasan.
"Aku minta nomer hp kamu, " Ucapnya.
April mengambil ponsel itu dan mengetikkan nomer ponselnya. Setelah itu dia mengembalikan ponsel itu.
"Di kasih nama apa, nih? " Tanya Ozy.
"Nama aku April, Ozy. Masa lupa, belum tua kok sudah pikun." Ejek April.
Yang di ejek hanya tertawa kecil. "Ya sudah, kalau gitu aku kasih nama April mop aja ya."
"Lah kok gitu? Nggak boleh." Larangnya.
"Ya sudah, aku kasih nama April cantik. "
Dan benar saja Ozy menuliskan nama 'April cantik' di ponselnya.
Ada perasaan aneh yang menjalar ke hatinya. Perasaan yang seharusnya tidak boleh ada.
April menatap lagi lautan biru itu. Indah, menenangkan.
"April."
Gadis itu menoleh.
Cekrek.
"Iiihhh, kok foto-foto sih. Hapus. "
"Nggak, ah. Bagus kok fotonya. " Ozy menunjukkan hasil jepretanya. Tapi tetap saja di mata April hasilnya jelek.
April bukan termasuk cewek yang suka di foto apalagi foto selfie. Di ponselnya saja bisa di hitung dengan jari foto yang ada dirinya. Kebanyakan screenshoot transferan belanjaan barang-barang toko.
"Hapus dong, Zy. " Pinta April.
"Enggak. Bagus kok fotonya. "
April mencoba merebut ponsel Ozy tapi lelaki itu menjauhkan ponselnya dari jangkauan April. Terjadilah aksi rebut-rebutan ponsel yang berujung sebelah tangan Ozy memegang tangan April dan pandangan mereka bertemu.
April mengalihkan pandanganya cepat. Jantungnya tiba-tiba berdetak cepat tidak seperti biasa. Sedangkan Ozy tersenyum dengan apa yang terjadi barusan.
"April."
"Ya. " April merasa canggung sekarang.
"Selfie, yuk. "
"Hah? "
Ozy turun dari kap mobil. Meminta April juga turun. Disusul Ozy yang sudah mengarahkan ponselnya untuk berselfie. April susah payah tersenyum seperti biasa padahal jantungnya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Dekat-dekat dengan Ozy membuat kinerja jantungnya tidak sehat.