Ibu, Ayah dan Hendri tahu ada yang berbeda dengan April. Dia terlihat bahagia. Kebahagiaan yang sudah lama tidak terlihat. Sejak gadis itu di tinggal menikah oleh orang yang di cintainya.
Semua orang di rumah itu tahu kalau perubahan April saat ini adalah karena laki-laki bernama Muhammad Asy-Syairozi.
"Bang. " Panggil Hendri yang duduk di sebelah Ozy.
Sore itu Ozy dan adik April sedang duduk di pinggir lapangan voly. Menyaksikan pertandingan Voly. Hendri sebenarnya salah satu pemain tapi sekarang ia sedang di gantikan pemain lain.
"Ya, " Jawab Ozy yang masih fokus dengan pertandingan.
"Besok abang ada acara nggak? "
"Nggak ada. Kenapa? " Pandangan Ozy pindah ke lawan bicaranya.
"Besok aku sama mbak April ada acara ke Bandung. Sepupu kita tunangan. Masalahnya, Ibu sama Ayah sudah berangkat tadi pagi. Kita nggak bisa bareng soalnya tadi aku kan sekolah. Mbak April ngajak naik bus. Aku nyuruh mbak April ngajak Abang tapi mbak April nggak mau. Takut ngrepotin katanya.
"Jam berapa besok berangkat? "
"Jam 6. Abang mau nganterin kita? "
"Iya."
"Beneran, bang? " Hendri memastikan lagi.
"Iya, Hendri. Nggak percaya amat. "
Hendri tersenyum lebar. " Makasih, ya, bang. Tak do'ain moga-moga cepat jadi kakak ipar aku. Hehehe... "
"Amiiiinnn.... "
***
Betapa terkejutnya April pagi ini saat melihat Ozy datang ke rumahnya dengan tampilan yang rapi. Kemeja panjang berwarna abu-abu gelap dan celana jeans. Ganteng.
Sedangkan Ozy terpesona dengan penampilan April yang menggunakan dress yang panjangnya sejengkal dibawah lutut berwarna putih gading dengan rambut hitamnya yang digerai, make up tipis dan tak lupa jepit mutiara berbentuk panjang yang diselipkan di rambutnya. Cantik.
"Kok kamu ada disini?" Tanya April bingung.
"Kenapa kamu nggak bilang kalau ada acara. Aku bisa nganterin kamu. Ini kan hari minggu."
"Hendri yang ngajak kamu?"
"Sudah nggak usah marah-marah. Ayo berangkat. " Sela Hendri yang baru muncul dari belakang.
"Dasar.... Adik kurang kerjaan." Gerutu April.
"Ayo. " Ajak Ozy.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan panjang akhirnya mereka sampai di sebuah rumah berpagar rendah berwarna hitam. Didepanya sudah terparkir banyak kendaraan, dari mobil sampai sepeda motor.
"Ayo, turun. " Ajak Ozy. Sedangkan Hendri sudah keluar dari mobil lebih dulu.
Jujur April ragu untuk turun. Datang ke acara keluarga bersama Ozy itu sama saja mengenalkan lelaki itu sebagai pasanganya pada keluarga besarnya. Padahal dia dan Ozy tidak memiliki hubungan apa-apa. Mereka memang dekat tapi hanya sebatas teman.
"Hei." Suara Ozy menyadarkan April dari lamunan.
"Hah?" April tersentak.
"Kenapa? "
"Nggak, apa-apa. Yuk, turun. "
April sudah pasrah. Menerima resiko yang akan terjadi didalam karena datang kemari bersama Ozy. Ini semua gara-gara adiknya.
Yang April takutkan terjadi, keluarga besarnya penasaran dengan sosok tampan yang datang bersamanya. Jantung April sedari tadi sudah deg-degan tidak karuan. Kalau boleh pergi dari sana, April akan pergi sekarang juga.
"Siapa ini, Pril? " Tanya Fia sepupu April beserta beberapa sepupunya yang lain.
Delapan saudara Ibu datang ke acara itu. Dia sendiri lupa dengan jumlah sepupunya. Belum lagi dengan kerabat jauh yang April tidak kenal berkumpul di rumah itu.
"Teman, " Jawab April.
"Temen apa temen? " Goda Fia. "Nggak percaya. Cowok seganteng ini cuma di jadikan temen. Hai, kenalin nama aku Fia. " Fia mengulurkan tanganya.
"Rozy." Ozy membalas uluran tangan Fia. Kemudian berganti menjabat tangan sepupu-sepupu April yang lain.
"Punya adik atau kakak nggak? Mau dong di kenalin, " Ucap Disa, salah satu sepupu April.
"Ada adik tapi masih SMA, " Jawab Ozy.
"Yaaaa... Brondong dong. " Tawa pun pecah diantara mereka semua.
Paman dan bibi April datang bergantian menghampirinya karena penasaran dengan Ozy.
"Ganteng banget si kamu. " Puji Anis, adik paling bungsu ibu April.
Hanya senyuman yang di suguhkan Ozy.
"Calonya April, ya? "
"Teman, bulik." Sahut April.
"Bulik nggak tanya sama kamu." Protesnya. "Kerja dimana? "
"Di bank, bu, " Jawab Ozy.
"Oalah... Pegawai bank. "
Orang tua April pun tak luput dari introgasi saudara dan kerabat-kerabatnya yang lain.
"Calonnya April ya, dek?" Tanya salah satu kerabat jauh Ibu.
Ibu sebenarnya tidak tahu pasti hubungan putrinya bersama Ozy. Tapi melihat April yang membawa Ozy ketempat itu sepertinya hubungan mereka sudah lebih dari teman biasa. Ibu April menjawab iya-iya saja dari pada bingung menjawab apa. Urusan benar atau tidaknya jadi urusan belakangan.
"Ganteng dek. Itu bukan yang mau di jodohin sama April kemarin? "
"Bukan mbak. Yang ini teman Sekolahnya waktu SD."
"Pinter si April cari pasangan. Kerja dimana? "
"Di bank, mbak. "
Ayah April pun tak luput dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
Dan begitulah interogasi yang di berikan saudara -saudara Ibunya. April sampai tidak enak dengan Ozy. Sampai akhirnya April menarik Ozy pergi dari tempat itu. Mereka kini duduk di teras samping rumah bude.
"Kenapa? " Tanya Ozy.
"Seharusnya kamu nggak ikut kesini. Aku nggak enak sama kamu." April tak enak hati.
"Kenapa? "
"Semua kerabatku di sini mikir kalau kamu itu pacar aku. Padahal kita kan-"
April menggantung kalimatnya.
"Kita kenapa? " Ozy ingin tau kelanjutan kalimat April.
"Kita cuma teman. Tapi keluargaku yang lain mikir aku sama kamu lebih dari itu. Aku beneran nggak enak sama kamu, Zy. " Jelas April.
Ozy tersenyum. Senyuman lembut yang sukses membuat April terpesona.
"Kenapa kamu nggak enak hati sama aku. Aku malah seneng ikut kesini. Aku jadi bisa kenal sama keluarga kamu."
April mengernyitkan dahi. Bingung.
"Aku malah seneng kalau kamu ngenalin aku ke mereka kalau aku ini pacar kamu, apalagi calon suami. " Ozy terkekeh.
Deg
"Ya Allah... Ini maksudnya apa? Pacar? Calon suami?" Batin April. Tapi pikiran gadis itu langsung menampiknya. Dia meyakinkan dirinya sendiri kalau lelaki di hadapanya sedang bercanda.
" Woooyyyy... Yang lagi mojok. " Teriak Hendri. "Makan, yuk...! Emang nggak laper. "
Dalam hati Ozy merutuki kehadiran Hendri yang menganggu kebersamaan mereka.
"Kalau masih mojok, aku panggilin ibu sama ayah, loh. " Ancam Hendri.
"Yuk." Ajak April.
"Kemana? "
"Makan lah, Yuk!"
Ozy hanya menganggukkan kepala kemudian mengikuti gadis itu yang berjalan didepanya.