Gerimis masih turun saat April dan Ozy sampai di kedai mie ayam dekat kampusnya dulu. Tempat itu masih sama, tidak ada yang berubah.
Saat kuliah dulu April dan Nurma sering makan disana. Tapi setelah lulus kuliah sekalipun April tidak pernah datang kesana walaupun kadang melewati tempat itu.
Ini adalah kali pertama April datang kesana lagi, bersama orang lain. Bukan dengan Nurma ataupun dengan dia yang sudah menyakiti hatinya.
Sekelebat mengingat dia, membuat d**a April serasa di tekan.
"Ramai ya tempatnya, " Ujar Ozy setelah mereka duduk di salah satu meja.
"Iya, di sini ramai. Apalagi pas jam istirahat kuliah. Kadang sampai nggak dapat tempat duduk. "
Tempat itu agak ramai tapi tidak seperti biasanya. Mungkin karena hari ini hari minggu, tidak ada mahasiswa yang kuliah.
April memperhatikan sekeliling. Tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama. Pandangannya tertuju pada meja paling pojok dekat jendela. Tempat itu adalah meja yang paling sering ia tempati bersama dia.
"There is special here? " Suara Ozy menarik perhatian April. Sepertinya lelaki itu bisa membaca pikirannya.
"Enggak. Cuma ingat dulu sering makan disini sama Nurma. Kalau makan mie Nurma itu lumayan lama soalnya dia nggak terlalu suka sama mie. "
"Kamu? "
"I like chicken noodle so much. "
"Oh, ya? "
"Iya."
"Waaaahhh... Kita sama dong. Jangan-jangan kita jodoh. " Goda Ozy.
"Iiihhh... Apa'an sih. " Semburat merah muncul di wajah April.
Menggoda April adalah sesuatu yang menyenangkan bagi Ozy.
Ketika mereka saling mengobrol, terdengar ponsel Ozy berbunyi. Lelaki itu meminta izin untuk mengangkat panggilan telefon yang sepertinya penting. Tanpa meninggalkan meja mereka.
Seorang anak kecil sekisaran usia empat sampai lima tahun menarik lelaki seumuran April untuk masuk kedalam kedai.
"Aku mau mie, " Kata bocah itu dengan logat cadelnya.
"Iya, " Jawab laki-laki itu.
Selesai memesan mie mereka mencari meja yang kosong disana. Setelah duduk tanpa sengaja pandangan lelaki itu bertemu dengan pandangan April. Mereka sama-sama membatu. Senyum yang tadinya tersungging di wajah April karena candaan Ozy pelan-pelan memudar. Mereka terus saling memandang sampai April memutus kontak mereka. d**a April sakit melihat laki-laki itu. Tiga tahun berlalu tapi rasa sakit itu benar-benar belum hilang.
Dito masih menatap April. Dia bisa merasakan jika teman dekatnya itu, lebih tepatnya mantan teman dekat, tidak suka dengan pertemuan mereka.
Tiga tahun berlalu, sekalipun mereka tidak pernah bertemu lagi setelah hari wisuda. Dito sadar April pasti membencinya, sangat. Mungkin juga kesalahannya tidak termaafkan karena terlalu sering menyakiti hati gadis itu.
"Zy. " Panggil April.
"Ya, " Jawab Ozy yang masih sibuk mengetik pesan di ponselnya.
"Kita bisa balik aja nggak? " Jujur April tidak kuat satu tempat dengan Dito Afriyadi Lesmana.
"Hah? Kenapa? Pesanan kita aja belum datang. "
"Bisa nggak pesanannya di bungkus aja. Tiba-tiba kepala aku pusing banget. "
"Oh ya udah, nggak apa-apa, kita balik aja. Tapi aku bilang ke pegawainya dulu kalau makanan kita di bungkus aja. "
"Iya. Aku tunggu kamu di mobil aja ya. "
"Iya." Ozy merasa ada yang aneh dengan gadis yang disukainya.
Ada keinginan dalam hati Dito untuk menghampiri April tapi ia takut. Setidaknya bisa saling menyapa walaupun dulu ada masalah diantara mereka. Tapi sekarangpun sudah terlihat jelas April menghindarinya.
Didalam mobil April ingin menangis. Bertemu dengan Dito mengacaukan perasaanya. Seharusnya waktu tiga tahun sudah cukup untuk menyembuhkan luka hatinya Tapi sayangnya itu belum cukup.
Sepanjang perjalanan pulang yang terdengar hanyalah musik yang berasal dari radio yang Ozy putar di mobil. April tidur, lebih tepatnya pura-pura tidur. Dia tidak ingin menunjukkan pada Ozy kalau dirinya tidak baik-baik saja.
"Thanks ya, Zy. Maaf hari ini udah ngerepotin kamu. "
"Iya, Sama-sama. "
"Aku balik dulu ya. "
"Iya. Aku boleh mampir nggak? Mau pamitan sama orang tua kamu. "
"Maaf Zy, bukanya aku nggak boleh tapi aku mau langsung istirahat. Kepala aku sakit banget. "
"Oke, nggak apa-apa. Kamu langsung istirahat dan jangan lupa minum obat. "
April mengangguk. "Aku duluan ya. "
"Iya." Sebelum April keluar dari mobil Ozy mengelus kepala gadis itu. Yang langsung membuat April teringat pada Dito Afriyadi Lesmana. Pemuda itu sering melakukan hal seperti itu padanya, dulu.
"Assalamu'alaikum, " Ucap April sambil masuk kedalam rumah.
"Wassalamu'alaikum, " Jawab Ibu yang duduk di sofa ruang keluarga, menonton acara televisi.
April menyodorkan bungkusan mie ayam.
"Apa ini? "
"Mie ayam. "
"Ozy mana? Kok nggak masuk?"
"Dia buru-buru katanya ada urusan. " Bohong April. "Aku ke kamar dulu ya, bu. "
"Iya. "
Setelah menutup pintu kamarnya dan menguncinya April merebahkan tubuhnya di ranjang. Pandangannya tertuju ke langit-langit kamar. Dia tidak mengerti kenapa takdir mempertemukan mereka kembali. Padahal maunya April, dia tidak ingin bertemu dengan Dito lagi, selamanya.