4. Rosemary Red

1201 Kata
Sedangkan di istana dunia Mermaid yang sudah tidak terbentuk lagi karena terjangan hebat badai laut. George bersama Caesar duduk meratapi nasibnya masing-masing. Mereka kehilangan keluarga juga anak-anaknya. "Apa aku tidak akan bertemu Ana dan Emilia lagi?" George bertanya pada Caesar, wajahnya yang begitu sedih mengharapkan kembalinya sang istri juga anaknya yang masih bayi itu. "Saya tidak tau yang mulia. Bahkan disini saja tanda-tanda kehidupan tidak ada," jawab Caesar menjelaskan. Bagaimana di sekitarnya terdapat pilar reruntuhan dari bagian istana mutiara laut, seharusnya beberapa jasad Mermaid di temukan namun sangat sepi dan kosongnya wilayah ini seperti menjelaskan bahwa semua Mermaid terbawa arus ombak saat badai laut terjadi. Suara tangisan bayi yang berjarak satu meter itu menarik perhatian George dan Caesar. "Apakah kau dengar itu?" George menatap Caesar penuh tanya. Caesar mengangguk. "Saya mendengarnya yang mulia. Suara tangisan bayi yang tidak jauh di tempat ini. Sebaiknya kita periksa saja yang mulia, siapa tau bayi itu adalah Emilia." Dan wajah George seketika ceria dan bahagia. "Ayo! Aku sudah tidak sabar ingin memeluk Emilia anakku." Saat keduanya menghampiri bayi itu dari suara tangisannya, George seketika terkejut. Bagaimana tidak? Bayi itu tidak terluka dan terbungkus rumput laut, tidak lupa tangan mungilnya membawa tongkat memiliki rasi Pisces warna merah. "DIA BUKAN EMILIA!" George berteriak frustasi dan marah. Karena ciri khas identitas istana mutiara laut adalah biru muda bukan merah darah. Caesar tersentak kaget. "Tenangkan diri yang mulia. Memang dia bukan Emilia, tapi setidaknya rawatlah dia karena sendrian disini tanpa orang tua. Badai laut yang terjadi itu membuatnya menjadi anak yatim piatu," ucap Caesar berusaha memberikan pengertian pada George. Dengan bersabar dan menghilangkan amarahnya, pada akhirnya George menggendong bayi itu. "Dia perempuan. Tapi tongkat kecil Pisces ini untuk apa?" George bertanya-tanya penasaran. "Mungkin sebelum badai laut itu terjadi, orang tuanya menitipkan tongkat merahnya yang mulia. Biasanya untuk melindungi diri dari serangan," ujar Caesar memberikan penjelasan. Pengetahuannya tentang dunia sihir sedikit ada dari tingkat dasar sampai yang tertinggi. "Apakah dia sudah memiliki sebuah nama?" Caesar menggeleng. "Sepertinya belum yang mulia." "Aku memberinya nama Rosemary Red. Karena harumnya seperti bunga mawar dan tongkat merahnya sebagai ciri khas Rosemary," pada akhirnya George memberikan nama bunga mawar jenis Rose itu pada bayi dalam pelukannya. "Rawatlah dia dengan baik yang mulia. Sebagai gantinya nona muda Emilia," sahut Caesar tersenyum, ka ikut bahagia jika George senang dapat merawat seorang anak meskipun tidak ada Ana di sampingnya. *** 18 tahun kemudian. Rosemary tumbuh menjadi seroang gadis Mermaid yang cantik. Suara peluit kerang laut menghentikan aktivitas Rosemary dari menyisir rambutnya. "Sepertinya ayah memanggilku," Rosemary meletakkan sisirnya. Ekornya berenang menghampiri ayahnya yang sedang duduk di singgahsana. "Ada apa ayah?" Rosemary bertanya. Ia merasa heran karena waktu larut malam dan tepat dini hari sang ayah memanggilnya. "Aku kira kau tadi tidur. Kemarilah mendekat sedikit. Ada hal tugas penting yang harus kau lakukan," jawab George dengan raut wajah seriusnya. Rosemary menunggu keputusan sang ayah. Hal penting apakah itu? "Carilah saudaramu. Dia bernama Emilia," cetus George memberikan sebuah perintah untuk Rosemary. Mendengar kata saudara hati Rosemary tidak suka dan benci. Ia hanya menginginkan sebagai anak tunggal sekaligus penerus ratu mermaid selanjutnya. "Emilia? Siapakah dia ayah?" Rosemary bertanya ingin tau. Sepertinya Emilia berperan sangat penting bagi ayahnya. "Emilia adalah anak tunggal ayah. Dia termasuk kakakmu, meskipun hanya tiri dan bukan saudara kandung tapi kalian haruslah bersaudara," George menjawabnya. Sudah saatnya Rosemary mengetahui siapa Emilia, setelah 18 tahun lamanya rahasia yang di pendam sekarang terbongkar meskipun kenyataannya terlalu pahit jika Emilia antara hidup dan mati. Rosemary menahan amarahnya. Keinginannya untuk menjadi seroang ratu Mermaid akan gagal karena suatu penghalang di depan matanya. "Aku harus mencarinya dimana ayah?" Rosemary berusaha tenang dan tersenyum bahagia meskipun berbanding terbalik dalam hatinya yang ingin memprotes sang ayah untuk tidak mencari Emilia lagi. "Daratan. Kakakmu Emilia pasti terdampar disana dan ada orang yang baik merawatnya," jawab Geroge begitu yakin, ia sangat mengharapkan Emilia masih hidup dan baik-baik saja disana. "Bagaimana bisa aku mengenali Emilia jika saja wajahnya tidak tau?" sedikit protes namun tetap tenang Rosemary ingin membatalkan keinginan sang ayah yang bersikukuh mencari Emilia. "Emilia memiliki sebuah kalung Mermaid. Sebagai tanda pengenal salah satu identitas istana Mutiara Laut," George menjawab pertanyaan Rosemary agar mengerti dan tidak salah mengenali Emilia. "Apakah orang tuanya di daratan tidak melepaskan kalung itu?" ragu-ragu Rosemary mengatakan pendapatnya. "Percayalah, di daratan terdapat manusia yang baik berhati seorang Dewi. Mereka tidak akan bisa melepaskan kalung itu," George tetap yakin, firasatnya dengan Emilia sangat kuat. Naluri hati yang terhubung langsung sebagai orang tua kepada anaknya dapat merasakan kehidupan Emilia diluar laut. "Emilia adalah keturunan Mermaid, apakah dia tidak berubah menjadi manusia? Dan tetap menjelma sebagai ikan duyung?" senyuman miring dan licik dari bibir Rosemary, ia berpikir pasti Emilia selamanya menjadi Mermaid yang abadi. Geroge menghela nafasnya. "Ayah tidak tau. Tapi sebuah keajaiban dari kitab Mebulan menjelaskan ada kemungkinan seorang Mermaid yang terpilih dapat berubah wujud menjadi manusia." "Sekarang berenanglah ke daratan. Kau pasti bisa menemukan Emilia," George menyemangati Rosemary, hanya anak angkatnya itu menjadi sebuah harapan terbesar bagi kejayaan istana Mutiara Laut. Rosemary mengangguk. "Baiklah ayah, aku akan mencari Emilia. Tapi dengan satu syarat," disisi lain Rosemary ingin mencari keuntungan, sebelum ia menjadi penguasa istana Mutiara Laut generasi kedua selanjutnya ia harus memiliki harta yang berlimpah. "Syarat apa?" George masih tidak mengerti. "Berikan aku 5 untaian Mutiara Selatan sekarang juga. Jangan mengulurnya dengan memberikannya esok hari dan seterusnya," tegas dan berani Rosemary mengatakan syarat terberat yang tidak mungkin sang ayah menyanggupinya. Butiran 5 untaian Mutiara Selatan itu sangat langka di dapatkan sekalipun mencarinya di belahan laut Pasifik sampai perbatasan Samudra Hindia. "MUTIARA SELATAN?" suara George meninggi, menemukan benda berkilauan itu tidaklah mudah. "Kau tidak tau? Sekarang keberadaan tiram laut sangat langka. Sebagian mati karena terjangan badai laut bertahun-tahun yang lalu Rosemary!" membentak Rosemary pertama kalinya, George tidak sanggup memenuhi syarat Rosemary itu. Perlahan kedua mata Rosemary berkaca-kaca, sampai pada akhirnya air mata berjatuhan menjadi mutiara-mutiara kecil. "AYAH MEMARAHIKU?" terisak bersama hati yang hancur dan kecewa, Rosemary tidak menyangkanya untuk pertama kali seorang ayah yang selama ini bersikap lemah lembut dan memperlakukannya dengan baik berubah dalam hitungan detik. Dan alasannya karena Emilia, kakak tirinya sendiri. Rosemary sangat membencinya detik ini juga. Geroge merasa bersalah. Ia berdiri dari kursinya. Ekornya berenang menghampiri Rosemary. Suaranya merendah. "Rosemary, ayah tidak memarahimu. Hanya saja persediaan Mutiara semakin langka dan sulit di temukan," George mencoba memberikan pengertian pada Rosemary agar tidak terlalu terobsesi benda langka itu. "Dan ayah jangan menyuruhku mencari Emilia lagi jika ayah tidak mau memberikan aku Mutiara Selatan," ekor Rosemary berayun pergi meninggalkan sang ayah yang kini hanya bisa diam. "TUNGGU!" suara lantang George seketika menghentikan Rosemary. Tetap di tempat, ekor Rosemary enggan menghampiri sang ayah. "Ayah akan memberikan sisa Mutiara Selatan padamu. Namun hanya tersedia 4 untaian saja," pada akhirnya George mengalah dan pasrah jika benda peninggalan istrinya sebelum menghilang karena terjangan badai laut. Benda itu seharusnya ia berikan saat di hari ulang tahun Ana yang bersamaan setelah melahirkan Emilia. Wajah ceria berseri yang tadinya marah dan sedih itu berubah. Rosemary masih tidak percaya. 'Semudah ini ayah di taklukan? Aku tidak menyangka mendapatkan untaian itu dengan mudahnya hanya dengan berakting menangis dan kecewa,' batin Rosemary dalam hatinya. "Terima kasih ayah," senyuman bahagia Rosemary terlihat jelas. "Jagalah baik-baik ya," George berpesan. "Pasti akan aku jaga," Rosemary mengangguk yakin. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN