"Mar, lebih baik kita sudahi aja deh rencana gila kita untuk membuat Ardigo cemburu." Putusku sambil menghela nafas panjang. Marimar menaikkan alis sebelahnya, "kenapa? Apa dia benar-benar cemburu dan rencana kita berhasil?" Marimar menuntut sebuah penjelasan. Lagi-lagi aku menghela nafas panjang. Memang benar apa yang ia tanyakan itu benar. Ardigo benar-benar mengakui bahwa ia cemburu melihat aku bersama Marimar dan ia juga sudah berkata jujur bahwa ia ingin aku memutuskan hubungan (pura-pura) antara aku dan Marimar. Namun yang membuat hari-hariku terganggu adalah, setiap hari Ardigo selalu mengantar-jemput aku ke kampus. Dan dia juga gak pernah absen mengingatkanku untuk tidak telat makan siang. Lihat, pria itu kini sudah mulai peduli padaku. Tapi, aku masih tidak yakin sama perasaann