"Ar, aku ingin ke rumah Bunda." Rengekku sambil menggeliat disampingnya. Ardigo yang tadinya baca koran langsung meletakkan korannya, lalu wajahnya menghadapku. "Sekarang?" "Nggak, lusa. Ya, sekaranglah!" Ardigo menghela nafas, "tapi, kan, kita baru kemarin ke rumah Bunda, Nam." Ujarnya. Aku merengut sebal, tanpa kata dengan wajah di tekuk, aku langsung melengos pergi tanpa menghiraukan panggilannya. Ardigo tak mengerti, aku ingin ke rumah Bundanya karena aku ingin mendengar cerita Bunda Fio mengejar Ayah Aldy. Bagiku, cerita cinta mereka itu sweet banget. Rasanya tidak bosan apabila terus-terusan mendengar cerita dari Bunda. Aku melangkahkan kakiku menuju kamar kami, rumah sederhana yang dibeli oleh Ardigo sangatlah nyaman. Walaupun tampak luar rumah kami sederhana, tetapi dalamn