Kepergok Ganti Baju

863 Kata
Eksas baru saja masuk ke ruang ganti cleaning service. Ia membuka loker dan mengeluarkan seragam bersih ketika Febby, rekan kerjanya, datang dengan senyum lebar. "Hai, Eksas!" sapa Febby ceria. Ternyata Febby juga datang lebih cepat hari ini. "Hai, Feb," balas Eksas singkat, mencoba fokus mengganti seragamnya. "Baru datang ya?" "Ya begitulah. Tiba-tiba mau datang cepat." Febby mendekat sambil membuka loker miliknya. Kebetulan loker mereka berdekatan. "Oh ya, kamu udah lihat wajah pak direktur belum? Eksas terdiam sejenak. Ia tahu pertanyaan itu akan datang cepat atau lambat. Dengan suara pelan, ia berkata, "emang kenapa?" "Soalnya selama ini aku cerita tentang direktur, kamu cuma dengerin aja karena belum pernah lihat wajahnya." "Oh itu. Maaf ya kalau aku kurang menyenangkan." Febby langsung geleng-geleng kepala. "Jangan salah paham. Aku cuma nggak mau menikmati wajah direktur sendiri." Dia menyengir. "Terus kamu udah lihat belum wajahnya?" tanyanya lagi. "Iya, udah." "Terus terus, gimana menurut kamu?" Eksas tidak tahu harus menjawab apa. Tapi dia akan berusaha agar tidak membuat Febby menilainya sebagai rekan kerja yang tidak menyenangkan. Apalagi di sini Eksas hanya dekat dengan Febby saja. "Ya seperti yang dibilang orang-orang." Eksas menjawab dengan ragu. "Gila...gila, Pak Direktur ganteng banget!" seru Febby antusias. Wajahnya berseri-seri seperti gadis remaja yang sedang jatuh cinta. "Setiap kali aku lihat dia lewat, aku jadi deg-degan sendiri." Eksas hanya tersenyum tipis, tidak tahu harus merespons apa. Di hatinya, ada perasaan bercampur aduk setiap kali mendengar orang lain membicarakan Daffa. Untuk apa wajah ganteng kalau akhlaknya minus. "Tapi serius, ya. Kalau aku jadi kamu, dapat tugas bersihin ruangannya setiap hari, duh... rasanya aku mau lama-lamain didalam ruangan, deh!" Febby tertawa kecil sambil menatap Eksas dengan mata berbinar. "Kali aja bisa ketemu tiap hari kan." Eksas hanya menggelengkan kepala. "Aku cuma fokus sama kerjaanku, Feb. Gak lebih." Melihat wajah Eksas yang sedikit murung, Febby berubah serius. Ia menyentuh lengan Eksas dengan lembut. "Eh, kamu kenapa? Gara-gara mereka yang ngomongin kamu lagi, ya?" Eksas terdiam, menunduk untuk menyembunyikan ekspresinya. Ia tahu Febby merujuk pada sindiran rekan-rekan mereka yang sering menyebutnya "janda penggoda." "Kamu gak usah peduliin omongan mereka," kata Febby dengan nada penuh semangat. "Mereka cuma iri karena kamu cantik, terus dapet tugas di ruang direktur. Itu aja. Kamu kerja bener, kok. Udah, jalanin aja." Eksas mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis. "Makasih, Feb." Febby mengangguk, lalu kembali tersenyum lebar. "Ingat, ya, Eksas. Kamu bukan janda penggoda. Kamu adalah seorang ibu yang kuat dan pekerja keras. Itu yang bikin kamu lebih hebat dari mereka!" Eksas merasa sedikit lega mendengar dukungan Febby. Meskipun ia tahu omongan buruk dari rekan-rekannya masih akan terus berlanjut, setidaknya ia tidak menghadapi semuanya sendirian. Ada seseorang yang memahami dan mendukungnya, walaupun hanya sebatas teman kerja. "Kamu benar, Feb," ujar Eksas akhirnya. "Aku gak akan biarin mereka menjatuhkan aku." Febby tersenyum puas. "Itu dia semangatnya! Sekarang, ayo kita kerja lagi. Siapa tahu aku bisa curi-curi lihat direktur ganteng itu lagi!" Eksas terkekeh pelan, mencoba membiarkan lelucon itu membuatnya merasa lebih baik meskipun pikirannya masih berat. Eksas bergegas menuju ke ruang direktur utama. Dia datang lebih cepat agar tidak bertemu dengan Daffa sama sekali. ia ingin memastikan pekerjaannya di ruang direktur utama selesai sebelum Daffa datang. Setelah membawa alat pel dan lap, ia mulai membersihkan lantai, terutama di sekitar meja kerja besar yang selalu terlihat berkilau setiap hari. Namun, pagi ini, ada noda membandel di bawah meja. Eksas menghela napas, lalu berjongkok dan mencoba membersihkannya dengan kain basah. Fokusnya sepenuhnya pada noda tersebut, hingga ia tidak mendengar pintu ruangan terbuka pelan. Daffa masuk, masih mengenakan jas rapi. Ia tidak menyadari kehadiran Eksas di ruangan karena posisi wanita itu tersembunyi di bawah meja. Setelah menutup pintu, ia membuka kancing jasnya dan melepasnya, menggantungnya di gantungan baju di sudut ruangan. Kemudian, Daffa mulai membuka kemeja putihnya. Ia berniat menggantinya dengan pakaian yang lebih santai karena hari itu tidak ada jadwal rapat penting. Eksas, yang masih sibuk dengan noda membandel, mendengar suara langkah mendekat. Ia menegakkan tubuhnya sedikit, mencoba melihat siapa yang masuk. Saat ia mendongak, ia terkejut mendapati Daffa berdiri tak jauh darinya, sedang membuka kancing kemejanya. "Ah!" seru Eksas, kaget, lalu buru-buru menunduk kembali. Namun, gerakan mendadaknya membuat kepalanya terbentur bagian bawah meja. "Duk!" "Auww!" Eksas meringis sambil memegangi kepalanya yang nyeri. Daffa, yang awalnya tidak sadar ada orang lain di ruangan, langsung menoleh. Alisnya mengerut, dan matanya memandang tajam ke arah bawah meja. "Apa yang kamu lakukan disini?!" tanyanya dengan nada dingin, setengah terkejut dan setengah marah. Eksas perlahan merangkak keluar dari bawah meja sambil memegangi kepala. Wajahnya merah padam karena malu. "Ma-maaf, Pak. Sa-saya sedang membersihkan lantai. Ada noda membandel dan saya berusaha membersihkannya." Daffa memasang wajah datar, meskipun matanya sempat memperhatikan kepala Eksas yang tampak kesakitan karena benturan. "Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu ada di sini?" tanyanya, masih dengan nada ketus. Eksas menunduk, tidak berani menatap wajah Daffa. "Saya pikir, saya bisa selesai sebelum Bapak datang. Maaf, Pak." Daffa mendengus pelan, lalu meraih kemeja lain dari gantungan baju. "Lain kali, pastikan kamu memberitahu jika sedang ada di ruangan saya. Jangan ulangi hal seperti ini lagi." "Baik, Pak. Saya minta maaf," ujar Eksas dengan suara hampir berbisik. "Sudahlah! Cepat selesaikan pekerjaanmu," kata Daffa sebelum berbalik menuju meja kerjanya, mengenakan kemeja barunya tanpa banyak bicara lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN