Prahara 3

896 Kata
Delisa lalu ke Cafe di mana dia dan Juga Janet sering nongkrong dan menghabiskan waktu sewaktu mereka kuliah. Sampai di Cafe Delisa melihat Janet sedang duduk menunggunya sembari menekuri layar Ponselnya... "Kamu udah lama Net?" tanya Delisa sembari mencipika Cipiki sahabatnya yang sudah seminggu tak pernah di temui nya. "Belum lama juga, tapi Ngomong-ngomong wajahmu pagi ini cerah banget, Ada apa? Apa karena efek Baru menikah?" "Aku ceria tak ada hubungannya dengan Pernikahanku, aku juga tak bahagia karena itu..Aku bahagia karena ketrima kerja di Perusahaan Majalah yang kamu rekomendasikan" "Apa? Yang bener kamu? Selamat ya Dear..." "Iya makasih..." "Akhirnya kamu bekerja Di perusahaan Majalah juga, di Perusahaan itu, kamu bisa Membangun Mimpimu dan kamu juga bisa menggambar lagi..." "Aku bekerja bukan cuma sekedar membangun Mimpiku Net, Aku juga ingin membiayai Ayah Bunda, hanya aku yang mereka punya, Aku tak mungkin membiarkan ayah Bunda menjual di Pasar selamanya..." "Iya, disana kamu bisa membangun mimpi serta bisa membahagiakan ayah dan Bundamu..." "Hmm..Aku juga mengharapkan Hal itu Net" "Yang penting kamu Harus Yakin" "Aku selalu yakin, walau tak mudah tapi aku tetap yakin semua kan indah pada waktunya bukan?" "Hahhaha...Aku Jadi ingat Pembelajaran kita waktu kuliah, Pak Rebo selalu mengatakan Semua kan indah pada waktunya..." Kata Janet, Mereka berdua lalu tertawa bersama.. Delisa lalu mencicipi cemilan serta Kopi yang ada di harapannya. "Tapi, ngomong-ngomong, Pernikahanmu bagaimana?" Tanya Janet. "Ya seperti pernikahan pada umumnya.." "Bagaimana dengan suamimu? Dia baik kan?" "Aku tak mungkin cerita kepada Janet tentang sikap Mas Yuda Kepadaku, Aku hanya tak ingin mengumbar masalah rumah tanggaku, walau pun Janet adalah sahabatku" Delisa membatin sembari menatap arah lain. "Kamu kenapa diam saja? Apa suamimu baik? Atau sebaliknya?" Janet membuyarkan lamunan Sahabatnya... "Alhamdulillah dia baik..." "Syukurlah...Akhirnya kamu mendapatkan jodoh yang baik Juga, Tapi Del aku harus kembali ke kantor, kita Ngobrolnya bisa di sambung lagi, aku kerumahmu nanti jika ada kesempatan..." kata Janet sembari beranjak dari duduknya. "Baiklah...." Delisa Berdiri dan Mencipika Cipiki sahabatnya. Di cafe Delisa masih duduk lemah tanpa semangat, ia seakan tak bisa berdiri setelah Janet menanyakan tentang Sikap suaminya, Delisa tak bisa menceritakannya kepada Janet tapi ia juga tak bisa menyimpannya sendirian. Kebingungan itu akhirnya mengerumuni kepalanya. "Selamat Pagi del..." Sapa seseorang... "Ada apa? Kenapa kembali?" tanya Delisa agak dingin. "Maafkan Dita..." "Dita ga salah apa-apa, kenapa harus minta maaf?" "Siapatau saja Dia menyakiti perasaanmu..." "Tidak sama sekali..." "Aku membaca Majalah, Ternyata kamu sudah menikah dengan Konglomerat" "Jika iya kenapa? Aku mohon jangan menggangguku lagi, Urus saja kekasihmu..." Kata Delisa sembari melangkah keluar dari Cafe Dan meninggalkan Rian yang masih menatapnya saat ini. "Aneh ya...Benar kata Janet, mereka berdua selalu saja Muncul di hadapanku tanpa Ku minta dan tanpa Ku harapkan.." Kata Delisa.... ****** Delisa lalu mampir kerumah orangtuanya. "Assalamualaikum...Ayah,Bunda..." "Waalaikumssalam ndo" jawab Ayah bundanya secara bersamaan dan bundanya langsung memeluknya penuh rindu. "Kamu tidak bareng Suamimu kemari?" Tanya Ayahnya. "Mas Yuda lagi sibuk Dikantor, Jadi ga bisa Nemenin Delisa Yah,bund....Kabar ayah bunda bagaimana?" "Seperti yang kamu liat Bunda dan Ayah baik-baik saja, bagaimana kabar suamimu?" Tanya Bunda Liana. "Alhamdulillah Mas Yuda baik-baik saja Bund" "Apa sikapnya baik sama kamu ndo?" Hanya Ayah Rais. "Alhamdulillah Juga Mas Yuda baik Sama Delisa Ayah...Bunda" "Aku ga mungkin menceritakan kepada ayah dan bunda tentang sikap mas yuda terhadapku, aku akan berbohong demi Kebahagiaan mereka agar mereka tak merasa khawatir tentang diriku..." Delisa membatin. "Ayah bunda....Delisa kemari ingin memberikan Kabar gembira kepada kalian, Jika Delisa ketrima kerja di Perusahaan yang Janet rekomendasikan" "Kamu mau bekerja ndo??" "Iya Bund...Delisa akan bekerja demi Ayah Dan Juga Bunda..." "Apa tugasmu sebagai seorang istri tak akan terbengkalai nak?" tanya Ayah Rais.. "Tidak akan ayah...Delisa akan membagi waktu dengan baik, Ayah dan Bunda cuma Punya Delisa, Delisa harus memikirkan bagaimana Bunda dan juga ayah, Delisa tak ada niat untuk membantu ayah dan juga Bunda dengan memakai Uang Mas yuda, Delisa harus berusaha sendiri..." "Tapi, ayah Dan bundamu ini Masih kuat mencari nafkah sendiri nak..." kata Ayah Rais..mencoba membuat Putrinya Tak menjadikan mereka beban. "Delisa mohon sama ayah dan Juga Bunda agar merestui Niat baik Delisa untuk membahagiakan kalian.. " "Baiklah...Terserah nak, Jika dengan bekerja tak akan membuatmu membagi perhatianmu untuk suamimu, Itu tak masalah" Kata Bunda Liana.... "Makasih Bund...Makasih ayah... "Ya sudah...Ayo kita makan dulu..." Kata Ayah Rais. Delisa lalu menikmati Makanan yang di masak Bundanya untuknya...Perasaannya begitu sedih, Ia ingin selalu meneteskan air mata karena rindu akan suasana seperti saat ini, dimana ia begitu bahagia... Setelah selesai makan Delisa dan kedua orang tuanya kembali duduk diruang Tamu. "Ayah, Bunda maafkan delisa tapi Delisa gak bisa lama-lama, sebentar lagi Mas Yuda pulang, Jadi Delisa harus kembali, Lain kali Delisa akan Kemari lagi menjenguk ayah dan Juga Bunda..." Kata Delisa... "Iya ndo, Jaga dirimu baik-baik...Salam sama keluargamu" Kata Bunda Liana sembari mengelus rambut Putri tunggalnya.. "Lain kali Jika Kamu mau berkunjung, Ajak suamimu, Ayah akan memasak Makanan yang Istimewa dan Special Buat menantu Ayah..." kata Ayah Rais... "Ya allah...Jika sudah seperti ini, Rasanya aku kepengen nangis aja, Ayah Begitu berharap mas Yuda Berkunjung kerumah, Tapi Itu tak akan pernah terjadi, karena pernikahan Kami tak Bahagia..." Delisa membatin. "Iya ndo ajak Suamimu lain Kali...." kata Bunda Liana.. "Insha allah Bunda ayah, Kalau begitu Delisa Pamit, Ayah dan Bunda harus jaga kesehatan..." "Iya Ndo, Bunda sama Ayah akan selalu sehat sampai kami Memiliki cucu..." Perkataan Ibunya membuat ekspresi wajah Delisa Berubah...Ia tak sanggup jika harus menjawab perkataan Bundanya... Delisa lalu masuk kedalam Taksi dan menuju Pulang. BERSAMBUNG
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN