Suseno masih trauma berat gara-gara tengah malam itu, mendadak jadi sopir dua waria. Jangankan bertemu orang, mendengar dering ponsel saja, Suseno terkaget-kaget. Sampai detik ini, jantung Suseno masih berdetak tak karuan, sementara tubuhnya panas dingin gemetaran dan juga terasa sangat lemas. “Apaan sih, Hara telepon-telepon. Sudah jadi istri orang, masih saja minta jatah nafkah. Apa jangan-jangan, dia sudah ketahuan bor*oknya? Makanya dia sengaja ngerepotin aku?” “Ah, enggak ... enggak. Kebongkar boroknya, enggak ada apa-apanya dari diperkaos waria. Apaan, ... enggak tahu apa, aku lagi trauma berat!” Suseno tetap dengan keputusannya. Tak mau berurusan dengan orang lain, selain Tia. Jadi, ketika ada nomor baru yang meneleponnya, ia baru menjawabnya. “Aku Saka, ... suami Hara.” Suara