Bab 11. Penyihir Hyunfi

1573 Kata
CTAR! Riana hampir saja melompat ketika petir menyambar kuat sekali. Rasanya badai akan segera terjadi. Angin di luar semakin kencang, juga gemuruh disertai petir saling bersautan menghiasi malam mereka ini. Riana tidak henti-hentinya berharap semoga Ryan dan Farhan baik-baik saja. Riana memilih untuk duduk di pinggir kasur. Rangga mendatanginya, memeluk tubuh Riana memberikan efek hangat karena dia melihat tubuh istrinya itu menggigil. Selama hidup di muka bumi menjadi orang tua Ryan, belum pernah mereka merasakan kejadian dahsyat malam ini. Petir dan gemuruh yang mereka lihat dan juga mereka dengar, serta amukan angin badai sekarang, sungguh sangat dahsyat. Penyihir Hyunfi adalah penyihir yang paling ditakuti di Negeri Zalaraya, jika benar Raja Nevard berhasil membebaskannya, maka harapan mereka untuk mengalahkan Raja Nevard otomatis akan menjadi semakin sulit nantinya. Kilat terus menimbulkan semacam flash seperti saat di foto. Mereka tidak tahu bagaimana kondisi Ryan dan Farhan sekarang. Rangga dan Riana benar-benar khawatir akan keselamatan mereka berdua. Meskipun Farhan pasti akan menjaga Ryan sebaik mungkin, tetap saja mereka tidak bisa tenang begitu saja. Rangga merasakan perlahan hawa dingin yang semula menusuk tulang, perlahan mulai menghilang. Kilat tak lagi membuat efek terang sekejap. Sama halnya dengan Riana, dia juga tidak lagi mendengar suara gemuruh atau pun suara petir menggelegar. Mereka saling tatap. Jebakan? __00__ Pusaran hitam itu perlahan mengecil, lalu mengeluarkan bunyi boom! Kecil saat menghilang. Sosok yang Ryan lihat malam itu, sekarang benar-benar terlihat nyata dari kaca mobil. Farhan meneguk ludahnya. Inikah yang dimaksud Rangga dengan nama Penyihir Hyunfi? Jika benar, maka tamatlah dia. Farhan tidak akan bisa melawannya seorang diri. Farhan merasa menyesal telah bertindak gegabah. Seharusnya dia tidak membawa Ryan pergi menjauh dari Rangga dan juga Riana. Terdengar suara gelagar petir seketika ketika sosok berjubah hitam itu tertawa. Tawanya terdengar tidak bersahabat sama sekali. Justru terdengar menakutkan. Sosok itu terus melangkah mendekat. Farhan memasang kuda-kuda bersiap dengan segala kemungkinan. Mundur pun percuma meski tahu dia tidak akan bisa melawannya seorang diri. Lebih baik mengerahkan segala yang dia bisa demi menyelamatkan Ryan. “Dasar bodoh!” Suara sosok di balik jubah itu terdengar sangat berat. Suaranya menggema di langit-langit. “1000 tahun aku dikurung, dan kalian masih menyukai kebodohan yang biasa kalian lakukan?” Dia tertawa lagi. Sosok itu mengangkat tangannya, mengarahkan ke Farhan. Tiba-tiba Farhan merasakan tubuhnya seperti terangkat ke atas. Farhan mengerahkan kekuatannya. Bagian kaki Farhan mulai dari betis hingga telapak kaki mengeluarkan cahaya terang berwarna biru. Farhan menahan tubuhnya sekuat mungkin agar melekat di bumi, tidak terangkat oleh kekuatan sosok itu. Dia tertawa melihat perlawanan yang Farhan hadirkan. “Hanya itu kemampuanmu?” Sosok tersebut berdecak. “Aku akan lihat sampai mana kau bisa bertahan makhluk lemah!” Sejurus kemudian Penyihir Hyunfi menepis tangannya ke kanan. Tubuh Farhan melayang ke kanan, membentur pohon besar. Tubuh Farhan tercetak di batang pohon itu karena saking kuatnya Penyihir Hyunfi melemparkan tubuhnya. Farhan terjatuh, terduduk lemah. Tubuhnya terasa terurai bersama tulang-tulang. Sakit sekali. Ryan hampir pingsan melihat apa yang barusan terjadi. Dia melihat dengan jelas bahwa Farhan memiliki kekuatan yang selama ini sama sekali tidak dia duga. Siapa Farhan sebenarnya? Tapi Ryan segera mengubah fokusnya. Sosok berjubah hitam itu sekarang memandang ke arahnya. Dari jauh Ryan bisa melihat senyum iblis Penyihir Hyunfi meskipun seluruh wajahnya masih ditutup penutup kepala. Ryan benar-benar panik. Dia tidak bisa melakukan apa pun. Naluri bertahannya mengatakan agar dia berpindah ke kursi pengemudi di depan—mengemudikan mobil sekencang mungkin menjauh. Ryan menginjak gas, membanting setir—memutar cepat, menginggalkan sosok berjubah itu. Baru berjalan lima meter, sosok itu melompat turun di hadapannya. Tawanya kembali menggema di langit. Ryan kembali memutar mobilnya, namun sosok itu tiba-tiba hadir lagi di depan mobilnya. Ryan benar-benar panik sekarang. Dia tidak bisa melakukan apa pun. Sungguh irama jantungnya tidak enak lagi untuk didengar. Ryan ketakutan. Sosok itu mengangkat jarinya mengarahkan ke mobil Ryan. Perlahan Ryan bisa melihat kabut hitam mengelilingi mobilnya. Mobil mulai bergerak terangkat ke atas. Ryan berusaha membuka pintu mobil. Sia-sia, pintu mobil tidak bisa dibuka. Ryan memukul-mukul kaca mobil sekuat tenaga, tetap juga tidak bisa. Mobil terus terangkat tinggi ke udara. Samar-samar Ryan bisa melihat bagian atas pohon dari jendela mobil. Penyihir Hyunfi tertawa lagi. Sosok itu sering kali tertawa. Tawanya yang tidak bersahabat itu semakin membuat Ryan tidak karuan. Ryan tidak lagi bisa merasakan kakinya. Dia benar-benar ketakukan sekarang. Dia juga tidak bisa melakukan apa-apa. Mendadak asap hitam yang mengelilingi mobilnya menghilang. Mobil bergerak cepat turun ke bawah, kemudian tiba-tiba berubah mulus, lalu mendarat sempurna di atas tanah. Ryan baru menyadari aspal sudah menjadi tanah saat turun. Farhan menghentakkan kakinya ke tanah tempat dia berdiri. Muncul gundukan tanah mengelilingi mobil Ryan kemudian membentuk seperti rumah es beruang kutub, melindungi Ryan. Seketika Ryan tidak bisa melihat apa pun. Keadaan jadi gelap gulita karena dia berada dalam gundukan tanah. Penyihir Hyunfi berdecih. “Ini semakin menarik,” ujarnya. Sudah lama dirinya tidak mengasah kekuatan yang dimiliki karena terlalu lama dikurung. Sepertinya pemanasan sedikit tidak masalah. Lagi pula Farhan bukanlah lawan yang berat menurutnya. Farhan memasang kuda-kuda mantap. Wajahnya tertarik kencang karena saking fokusnya. Kedua tangannya mengepal kuat. “Hanya itu saja kemampuanmu?” Penyihir Hyunfi menghentakkan kakinya ke tanah tempat dia berdiri. Tidak terjadi apa-apa. Penyihir Hyunfi mengangguk takzim. Harus dia akui, perlindungan yang Farhan buat untuk Ryan cukup kuat. Dia berpikir hanya dengan hentakan seadanya saja, perlindungan yang dibuat Farhan bisa hancur, ternyata tidak. “Lumayan.” Penyihir Hyunfi memasang kuda-kuda. Terdengar bunyi plop! Seperti suara gelembung meletus. Penyihir Hyunfi menghilang. Farhan melihat teliti mencari ke mana hilangnya sosok itu. Terdengar lagi bunyi plop!. Penyihir Hyunfi muncul di belakang Farhan, lalu meninju punggung Farhan kuat sekali membuatnya terpental jauh ke depan. Farhan tersungkur di tanah. Farhan berusaha berdiri sedikit kepayahan. Dia merenggangkan otot-otot tubuhnya. “Aku bahkan hanya menggunakan sepuluh persen saja dari kekuatanku makhluk lemah.” Farhan mengepalkan tangannya geram. Dia kembali memasang kuda-kuda. Sejak awal Farhan sadar bahwa Penyihir Hyunfi memang bukanlah lawannya. Tapi jika dia tidak melawan, maka Ryan akan menjadi sasaran empuk miliknya. “Tapi aku akan mengapresiasi kegigihanmu.” Tangan Penyihir Hyunfi terangkat. Muncul api dari telapak tangannya. Lama kelamaan api itu membesar sebesar buah kelapa. Penyihir Hyunfi tersungging menatap api di tangannya, kemudian melemparkannya ke arah Farhan. Farhan menghentakkan kaki kuat. Muncul benteng tanah di hadapannya. Tubuhnya tedorong ke belakang begitu api membentur benteng tanah yang dia ciptakan. Kaki Farhan semakin dalam masuk ke tanah ketika Penyihir Hyunfi mendorong tangannya ke depan. Farhan menggigit gerahamnya menahan betapa kuatnya dorongan api yang hanya sebesar buah kelapa itu. Kakinya semakin menjorok masuk ke dalam tanah. “Kau tidak akan bisa melawanku makhluk lemah.” Benteng tanah Farhan mulai retak. Cahaya oranye api mulai terlihat. Farhan masih berusaha mempertahankan benteng buatannya. Dia tidak boleh terkena api itu atau dia akan terbakar. Retakan benteng semakin parah. Kaki Farhan bahkan sudah masuk ke tanah hingga atas mata kaki. Pertahanan Farhan benar-benar akan runtuh sebentar lagi. Penyihir Hyunfi melangkah maju. Kaki Farhan semakin masuk ke dalam. Sekali hentakan. Benteng pertahanan Farhan resmi hancur. Api Penyihir Hyunfi mengarah kepadanya. Sedetik lagi api sebesar buah kelapa mengenai Farhan, tameng tipis terbuat dari air menghalangi tubuh Farhan. Api tersebut langsung hilang begitu menyentuh tameng air itu kemudian menghilang. Farhan mendongak. Rangga tengah terbang di udara dan di sampingnya ada Riana. “Kerja bagus, Farhan!” Rangga memberikan acungan jempol kepada Farhan. Penyihir Hyunfi berdecak. “Baguslah kalau kalian semua muncul. Aku jadi lebih mudah mengalahkan kalian.” Riana dan Rangga mendarat bersamaan di sini kanan dan kiri Farhan. “Tidak semudah itu Hyunfi.” Riana memejamkan matanya. Kabut hitam langsung mengelilingi Penyihir Hyunfi. Perlahan kabut hitam itu beputar, semakin kencang seperti angin p****g beliung namun sekarang dalam versi kecilnya. Riana membuka mata, kabut hitam itu mengapit tubuh Penyihir Hyunfi--mengikatnya seperti tali. “Mungkin kau memang kuat, tapi kami tidak selemah yang kau bayangkan.” Rangga berkata dengan penuh percaya diri. Penyihir Hyunfi berdecih. “Kalian hanya makhluk lemah yang berlagak pintar dan kuat.” Suaranya tertahan karena merasa sesak akibat belenggu kabut hitam milik Riana yang berfungsi menjadi sebagai tali. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Farhan pada Rangga. “Apakah kamu membawa berlian itu?” Farhan menjawab cepat pertanyaan Rangga. Rangga meminga Farhan untuk memberikan berlian itu kepadanya. Rangga memejamkan matanya, menggenggam erat berlian di tangannya. Cahaya biru keluar dari sela-sela jari Rangga. Beberapa detik kemudian, Rangga membuka genggaman tangannya. Berlian tadi sudah berubah menjadi cincin berlian. “Segera bawa Ryan pergi ke rumah Adi.” “Bagaimana caranya?” “Minta Ryan untuk memakai cincin ini. Berlian itu akan membawa kalian langsung ke sana.” Farhan mengangguk. Dia menghentakkan tanah, membuat gundukan tanah yang melindungi Ryan masuk ke dalam tanah kembali. Farhan membuka pintu menyuruh Ryan memakai cincin berlian yang dia bawa. Awalnya Ryan menolak ketika melihat kedua orang tuanya sedang berhadapan dengan sosok menyeramkan itu. Karena desakan Farhan, akhirnya Ryan memakainya. Dua detik kemudian mereka menghilang. Cahaya biru muncul, membawa mereka hilang. Ryan bahkan tidak tahu apa yang barusan terjadi, tiba-tiba dia sudah berada di halaman penuh rumput. Ryan belum memiliki waktu untuk mencerna semua yang terjadi. Ryan semakin tidak mengerti apa yang terjadi ketika melihat pamannya dan bibinya datang menghampirinya. Kalau itu paman dan bibinya, apakah dia sedang berada di kampung halaman pamannya sekarang? “Kalian baik-baik saja?” Farhan mengangguk menjawab pertanyaan Adi. Adi merangkul Ryan membantunya berjalan. Tiba-tiba Ryan merasakan pening yang sangat. Kepalanya berat sekali. Ryan hampir jatuh kalau Adi tidak menahan tubuhnya. Detik berikutnya, mata Ryan menutup, kesadarannya hilang. Adi membopong Ryan, membawanya menuju rumahnya. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN