Miracle Met You 5

1182 Kata
Entah kenapa Elden merasa aneh dengan sekitarnya, di mana tempat yang selalu ia lewati di sekolahnya saat ini tiba-tiba menjadi jalur jalan yang menyeramkan beberapa hari terakhir. Elden merasakan ada hawa tidak enak di sekitarnya, terlebih adanya bau-bau aneh yang menyerang indra penciumannya secara acak. Sudah enam hari Elden menjalani hidupnya seperti biasa, arwah perempuan yang beraroma lavender kemarin tidak lagi mengganggunya dan Elden bersyukur atas itu walaupun ia sedikit merasa bersalah karena sudah galak-galak pada arwah perempuan itu. Elden terpaku saat mencium bau mawar yang kalau tidak salah satu tahun lalu pernah tercium dihidungnya, dan bau itu sekarang masuk ke dalam kamarnya. "Masih ingat denganku, Elden?" Sebuah suara tiba-tiba menyentak Elden, suara itu kemudian terdengar terkekeh. "Siapa lo?" tanya Elden, nada dari suara cowok itu tersirat ketakutan di dalamnya, tapi hanya sedikit. "Ah kau jahat sekali. Aku Eliza, arwah yang mengganggu mu setahun lalu." Elden sekarang ingat, Eliza adalah arwah perempuan yang sangat tidak sopan sekaligus menyebalkan menurutnya. "Ngapain lo ke sini? Bukankah satu tahun lalu perkataan gue sudah jelas? Gue nggak akan bantu lo." Elden menyentak dengan galak lagi. Eliza tertawa walaupun Elden tidak bisa melihat tawanya tapi hanya bisa mendengar. "Aku tahu, aku tidak meminta tolong padamu lagi. Aku hanya ingin kau menolong temanku, Valerie." Dahi Elden mengernyit. Siapa Valerie? "Gadis yang enam hari lalu meminta tolong padamu tapi kau dengan galaknya mengusir Valerie!" cetus Eliza, ia menatap Elden tajam, Elden biasa saja karena ia tidak bisa melihat Eliza sekarang. Elden akhirnya paham. Ternyata gadis kemarin itu bernama Valerie, nama yang cantik pikirnya. "Gue tetep nggak mau!" "Kalau begitu." Eliza menjeda kalimatnya, ia pun tersenyum miring sekaligus menyeramkan. "Kau akan mati!" sentak Eliza dengan nada tajam. Elden menelan ludahnya kuat. apa dia sekarang tengah diancam? Elden merasakan aura yang menekan di dalam kamarnya saat ini. "Pergilah!" usir Elden, ia mengibas-ngibaskan tangannya di udara. "Tidak akan sebelum kau menjawabnya! Aku mau kau membantu Valerie, Elden!" Elden tetap kukuh menggeleng. "Baiklah, berarti kau memilih mati!" desis Eliza sinis. Elden menghela napas dan berpikir. "Iya-iya, gue bakal bantu dia," putus Elden pada akhirnya dengan sedikit tidak rela. Eliza terdengar sedang menepuk-nepuk tangannya layaknya anak kecil yang diberi hadiah. "Terimakasih, El. Aku akan menyuruh Valerie agar segera menemuimu." Elden hanya berlagak acuh, dan ia akhirnya bisa menghembuskan napasnya dengan lega sebab bau Eliza sudah tidak tercium oleh hidungnya, yang artinya hantu itu telah pergi. *** "Hai!" PRANGG!!! BYURRR! Elden tersentak kaget, gelas yang ia pegang langsung jatuh ke lantai dan air yang sedang ia minum tersembur. Untungnya itu bukan gelas kaca jadi tidak pecah, hanya terjatuh dan isinya berserakan di lantai. "Ngagetin gue aja lo!" Elden berseru, cowok itu menatap ke belakang. Ia mengira hantu itu berada di belakang tapi ternyata tidak. "Ahahaha." Valerie tertawa saat melihat Elden marah-marah tapi menghadap ke belakang, padahal dirinya sekarang berada di hadapan cowok itu. "Hei! Aku di depan mu!" Mendengar seruan itu Elden buru-buru berbalik dan menghadap ke depan. Sekarang bau bunga lavender itu tercium dengan jelas di hidung mancungnya. "Ngapain lo ke sini?" tanya Elden, matanya menyorot tajam menghadap ke depan, angin kosong. "Bukankah kamu bersedia untuk membantuku?" tanya Valerie balik. Elden mendengus. "Siapa yang bilang?" "Kak Eliza tadi bilang gitu," sahut Valerie wajahnya terlihat masam, tapi Elden tidak bisa melihat wajah masam gadis itu. Lama terdiam, akhirnya Elden mengalah dan mendengus. "Ya udah iya, gue bakal bantu lo." Mendengar itu Valerie terpekik senang, bukannya seram akan pekikan Valerie, Elden malah merasa pekikan Valerie itu terdengar lucu. "Ngomong-ngomong, lo tau nama gue dari siapa?" tanya Elden. Mata nya memberikan tatapan menyelidik. "Kak Eliza." Valerie membalas cuek. "Nama lo?" tanya Elden. "Carmila Valerie, kalau lebih singkat panggil Vally aja." Elden mengangguk acuh. "Jadi?" tanya Valerie, gadis itu sepertinya bingung akan berbuat apalagi. "Hm, mending lo ceritain ke gue gimana kejadian waktu lo meninggal terus apa masalah yang mau lo selesaikan," ujar Elden panjang lebar. Valerie mengangguk, ia sedikit ragu mengingat ingatannya sedikit menghilang di kepalanya. **" Elden berjalan menuju taman rumahnya, Valerie mengikutinya. Elden duduk di salah satu kursi dan menghadap lurus ke depan, bau bunga lavender itu ternyata berada di sekitarnya yang berarti Valerie juga sedang berada di dekatnya. Valerie mengingat kembali kejadian di hari sebelum ia meninggal, beberapa kejadian mulai diingatnya namun ada sebagian yang belum diingatnya. "Kok diam?" ujar Elden kesal, ia menatap asal ke udara karena sekarang ia tidak tahu di mana posisi Valerie sekarang. Valerie menatap sorot mata Elden yang terlihat kesal menunggunya untuk berbicara. "Aku sebenarnya nggak ingat kejadian waktu aku meninggal," ujar Valerie dengan nada pelan dan kepalanya menunduk. Elden menghela nafasnya. Ada rasa kesal yang menyelimuti hatinya atas ucapan Valerie. "Tapi ada beberapa kejadian yang masih tersimpan baik dipikiranku," "Ya udah cepat cerita!" cetus Elden. Elden merasa kesal karena Valerie tidak kunjung menceritakan semuanya, menurut Elden Valerie terlalu berbelit-belit, membuatnya kesal saja. "Malam hari aku pergi ke toko alat tulis, malam itu aku mau beli perlengkapan ujian karena besoknya aku mau Ujian Nasional." "Sendirian?" tanya Elden. Valerie mengangguk, "Iya, aku jalan kaki ke toko alat tulis itu karena jarak rumah ku yang dekat dengan toko itu. Tapi ku kira jalan raya waktu itu ramai ternyata sepi, aku berjalan cepat dan aku ketakutan." Valerie terdiam, ia tidak mengingat apa-apa lagi. Valerie menunduk dalam, menutup kedua matanya berusaha untuk mengingat sambungan dari kejadian malam itu. Namun semakin ia memaksakan untuk mengingat kembali kejadian malam itu, kepalanya terasa semakin sakit. "Jangan dipaksain kalau belum ingat juga," ujar Elden. Valerie terdiam, "Kalau nggak ingat juga?" "Gue bakal bantu lo buat ingat semuanya," ujar Elden. Valerie tersenyum, lebih tepatnya tersenyum sangat manis. Ia tak menyangka jika Elden, cowok ketus yang selalu memarahinya ternyata memiliki hati seperti bidadari. "Hm, ada beberapa pertanyaan yang harus gue tanyain-" "Elden!" Sontak Elden membalikkan tubuhnya, menatap Azka yang berjalan mendekati dirinya. Azka menatap Elden aneh, kening Azka bergelombang dengan alis mata yang terangkat sebelah. "Lo bicara sama siapa?" Azka menatap Elden menyelidik, matanya memicing menatap Elden. Elden terdiam, dalam hati ia mengumpat. Elden tidak tau harus menjawab apa disisi lain, Valerie tengah menertawakannya tentu Elden bisa mendengar tawa arwah menyebalkan itu. "Hm, gue nggak bicara dari tadi. Abang aja yang sok tau," elak Elden. "Lo pikir gue nggak merhatiin lo dari tadi? Gue punya mata kali!" ketus Azka. "Ehehe, cie merhatiin gue cie," goda Elden dengan santai, tidak peduli jika nanti abangnya itu malah marah padanya, Azka menatap aneh kearah Elden, "s***p lo!" setelah mengatakan itu Azka berlalu pergi meninggalkan Elden. "Ahahahaha, aku ngakak dengarnya," ujar Valerie yang diiringi dengan tawanya. Elden mendengar tawa Valerie yang normal, tidak seperti di film-film yang menampilkan tawa hantu yang menyeramkan. Tapi kemudian Elden mendengus kesal dan pergi meninggalkan Valerie yang masih menertawakan dirinya. "Dih! Marah ya?!" tanya Valerie dengan nada sedikit keras. Elden acuh tidak peduli dan tidak membalas, ia tetap berjalan masuk ke dalam rumahnya. Hampir saja Azka mengetahui jika ia tenaga berbicara dengan mahluk halus seperti Valerie dan saat ini Elden malah memusingkan jika Azka akan mengklaim jika dirinya sudah tak waras karena kedapatan berbicara sendiri. Dan itu semua karena mahkluk s****n bernama Valerie, Elden cukup sabar saja berurusan dengan mahluk tak kasat mata dengan arwah menyebalkan itu. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN